Selamat Membaca👑
"Badha!"
Suara itu terus terulang. Menggema di lorong lantai atas, dimana kamar Badha Suri berada.
Si empunya sedang tidur tengkurap. Menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut tebal bermotif Spongebob. Sementara teriakan lantang itu kembali mengusik atmosfir penuh ketenangan seorang Badha Suri.
"Astaga anak satu ini! Badha bangun! Ini udah jam berapa?!"
Oh Gosh. Ini benar-benar mimpi buruk. Dan monster dengan suara cempreng itu berhasil mengusik Badha.
Menggeliat resah, terlebih saat silau dari sinar matahari menelusur ke seluruh sudut kamar tidurnya.
"Kamu tuh ya! Kebiasaan sih!"tegur ibu-ibu dengan pakaian bermotif batik.
"Five minutes again darling, OKAY!"rajuk Badha dengan diakhiri kerlingan mata manja.
"Oh tentu big no Badha. Kamu tidak sedang ada di posisi tawar menawar pagi ini. Ayo cepet bangun!"
"Arghh!!!"
Teriak Badha melotot.
"Apa?! Kamu mau gigit Mama,mau nyakar lagi?!"
Badha duduk dengan kepala menggeleng. Ia ingat kejadian lusa lalu. Saat Badha dengan ganasnya menggigit tangan ibunya karena kesal, wanita cantik yang berdiri menatap garang ke arah Badha itu menjual peralatan memancing Badha.
"Ini hari Minggu, Ma."Badha berujar, berusaha mencari pembelaan seandainya dengan itu si Mama bisa luluh.
"Justru itu Badha. Kamu anak perawan, gak baik kalo jam segini masih tidur. Nanti jodoh kamu diambil sama tetangga depan rumah gimana? Mau kamu?"
What the hell. Wanita itu ngomong apa sih, sebenarnya tuh gimana heh. Kok belibet. Badha bersandar pada kepala ranjang, bergerak kembali menutup kedua matanya. Ia masih butuh lelap. Tapi sebelum itu, mari buat mamanya meradang lagi.
"Siapa bilang Badha masih perawan, Badha udah gak suci."
Wanita tua itu melotot. Memukul kepala putrinya debgan bantal.
"Kamu kalo ngomong ya."teriak ibu Badha naik pitam.
Badha melirik sekilas, mengulum senyum dengan mata menyipit. Ibunya berdiri sambil mengibaskan tangan.
"Astaga, pagi-pagi udah darah tinggi aja. Badha! Go mandi sekarang!"selimut itu ditarik perlahan.
"NO Ma,"
"YES Badha,"
Ajang tarik menarik selimut pun terjadi. Berlanjut jadi pertandingan yang menyenangkan.
"Okey aku mandi sekarang!"tutur Badha memberi keputusan final. Mama terlalu senang sampai tidak memperhatikan keadaanya yang tidak dalam keuntungan.
Keseimbangan wanita tua yang masih tampak modis itu kacau, hingga saat jemari Badha benar-benar raib dari tepian selimut. Mama Badha jatuh terjengkang.
Teriakan nyaring mengalun. Badha bergerak mengikuti irama dari Mamanya. Seolah ia adalah dirigen seriosa yang handal. Masuk ke dalam kamar mandi dengan santai seolah memang tidak terjadi sesuatu.
"BADHA. AWAS KAMU YA!!!"
Pagi yang indah di kediaman asri Bapak Elang Wijaya dan Ibu Ratih Wijaya.
💧💧💧
"Ah iya, saya Diana. Senang berkenalan dengan Bu Ambar dan Talita, cantik sekali kamu!"
"Makaih Tante, Tante Diana juga cantik kok,"
"Kamu bisa aja."
"Jadi, Bu Diana ini baru pindah ya?"tanya yang lainya.
Bu Ambar menyahuti."iya. Dari Bandung, rumahnya ada di ujung gang. Yang paling gede!"
Wanita yang sedang jadi bahan pembicaraan itu tersenyum. Tak tahu harus menanggapi apa kalimat yang menurutnya sangat berlebihan.
"Wah. Kita punya tetangga baru dong!"
"Jangan sungkan buat mampir lo Bu,"sahut si ibu dengan jilbab berwarna hijau.
"Dengan senang hati. Jadi merepotkan saja."
"Enggak merepotkan kok Bu."imbuh Bu Ambar mencolek bahu lawan bicaranya.
Wanita yang dipanggil dengan nama Diana itu sedikit terkesiap, kaget dengan perlakuan yang diterimanya.
"Tante jangan lupa mampir ke rumah. Aku jago masak loh, nanti aku bisa masakin Tante makanan. Dijamin enak!"sambung Talita dengan wajah berbinar.
Acara belanja sayur di kompleks pagi itu jadi sedikit unik. Berbeda dari yang biasanya. Topik yang dipilih juga baru.
"Eh Bu Ratih, ada Badha juga."
Semua mata lansung tertuju pada dua sosok yang berjalan dari Barat.
Bu Ratih tampak tersenyum hangat. Sementara Badha yang sejak meninggalkan gerbang rumah terus ditariknya itu tampak meronta.
"Wah tumben Badha ikut belanja."
"Mumpung hari Minggu. Biasanya dia sibuk les!"jawab Bu Ratih masih dengan senyum merekah.
Netra miliknya mengedar."Ada tatangga baru ya?!"tanyanya antusias ketika mendapati wanita dengan rambut disanggul rapi itu tak henti menatap Badha tertarik.
Kepalanya sejurus kemudian menoleh. Mengangguk dengan senyum hangat."Saya Diana."ujarnya memperkenalkan diri.
"Saya Ratih. Dan ini anak saya,bBadha!"
"Hust Badha, sini!"panggil Bu Ratih ketika putrinya itu malah sibuk berjongkok.
Tak ada sahutan. Bu Ratih menoleh kepada wajah cerah diujung gerobak sayur Pak Cecep. Tersenyum canggung atas perlakuan Badha.
"Badha emang begitu, suka aneh!"jelas Bu Ambar yang hanya dibalas dengan tatapan selidik dari beberapa wanita yang saat itu sedang belanja sayur.
Tertawa canggung. Badha berjalan mendekat.
"Kamu tuh ya, dipanggil bok ya nyahut!"sunggut Bu Ratih kesal.
"Ini bungsu saya, namanya Badha. Ayo kenalan dulu sama Tante Diana!"
Badha menolehkan kepala. Fokusnya tertuju pada wanita yang tampak tersenyum lebar kearahnnya itu.
"Saya Badha!"
"Ih jauhin kucing itu. Jorok banget kamu Badha!"teriak Talita panik.
Bukanya menjauhkan kucing yang ada dipegangnya, Badha malah mendekatkan kucing tersebut.
Talita menjerit tertahan, berjalan mengitari gerobak sayur.
Yang lain memutar bola mata jengah. Sisanya diam dengan senyum dikulum, sudah hafal dengan tabiat Badha Suri.
"Badha. Gue bunuh kucing itu tau rasa lo!"
Sementara itu, Bu Ratih tampak menepuk jidat perlahan. Ini memalukan, terkadang.
Dan diujung gerobak, Bu Diana tampak tersenyum penuh arti.
~ b e r s a m b u n g ~
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuhan Kenapa Aku Cantik ? [TAMAT]
Novela JuvenilHai! Kenalin nama gue Badha Suri. Okay, kalian pasti mikir 'kok namanya aneh sih?' Hahaha! Dan kupersembahkan kepada kalian yang sedang singgah untuk membaca kisah hidup gue. Dimana menurut gue pribadi, terlahir CANTIK itu mimpi buruk. Well, mungkin...