BAB 36 - Eight.prod

226 43 2
                                    

Selamat Membaca ♡


Badha sedang ada di balik pohon cemara, menatap gerombolan manusia yang memadati lapangan utama sekolah. Permen loli rasa mangga kesukaannya masih setia di dalam mulut. Pandangan matanya tajam, tapi raut datar juga tenang masih tersuguh di paras eloknya.

"Berasa liat Gal Gadot lewat," celetuk satu suara di sebelah kiri Badha.

Mendengar hal tersebut, kepalanya sempurna menoleh. Badha tidak setuju jika gadis yang tengah di kerubungi itu diibaratkan dengan Gal Gadot. Enak aja.

"Iya gue ngerti lo suka sama Talita, tapi ibaratinya juga gak sama Wonder Women idola gue, dong!" ketus Badha meninju lengan Aksara.

Ia, cowok itu ikut mengintip. Sebenarnya enggak megintip juga sih. Mereka baru kembali dari ruang BP setelah ketahuan membolos saat jam pelajaran.

Aksara nyengir kuda. Memasang senyum andalannya. Dipikir Badha bakal luluh gitu, enggak lah. Yang ada malah enek. Pingin nonjok.

"Udah ah cabut. Kena bulu ulat tau rasa lo!" ajak Badha menyeret celana Aksara. Keduanya memilih kembali masuk ke dalam kelas.

Dan see, ada yang aneh. Badha melihat meja dimana Zuan duduk di kerumuni orang. Sekilas memang tidak ada yang aneh. Tapi sesuatu sedang terjadi, setidaknya bukan sesuatu yang baik. Begitu cara kerja kacamata seorang Badha Suri.

Badha menghentikan langkahnya tiba-tiba. Menatap dengan mata tajam. Aksara yang sedari tadi membuntuti Badha terkejud nyaris menabrak punggung gadis di hadapannya. Lantas melongok, memastikan apa yang menjadi penyebabnya. Baru bibirnya terbuka hendak bertanya, langkah lebar Badha kembali membuat niatnya urung.

Aksara cuma bisa geleng-geleng kepala. "Soke kemana?" tanya Badha pada gadis berjilbab yang duduk di meja paling depan. Dengan segera dihentikannya kegiatan menulis, menatap ke arah Badha.

"Tadi di panggil Bu Andra ke kantor, Sokela juga ikut."

"Ok. Thanks!" jawab Badha sambil menggeram. Gadis tadi yang wajahnya sempat pucat mengangguk dengan buru-buru. Gemetar sendiri karena diajak bicara seorang Badha Suri.

Aksara yang sedari tadi diam menyimak ikut menghampiri meja yang sudah ditinggalkan Badha. "Ada apa sih, kok auranya Badha ngeri banget?!"

Gadis berjilbab tadi kembali mendongak. Wajah Aksara menyembul di hadapanya. Sekarang ia jadi tersipu malu, tidak gemetar seperti saat di tanya Badha tadi.

Baru hendak menjawab. Suara meja digebrak mengejutkan seluruh penghuni kelas. Aksara ikut terlonjak, mendongak ke asal suara. Badha sudah bersedekap dada. Sementara satu kursi berhasil di tendang dan see, berakhir terbalik di lantai.

"Lo bakal tahu jawabannya sendiri," lanjut gadis berjilbab tadi. Aksara menoleh bingung. Sementara tema satu kelasnya beringsut menjauh. Aksara semakin heran.

Ditatapnya Badha juga Zuan. Aha, ingatannya saat Badha menceritakan bagaimana ia menyelamatkan Toni yang selalu jadi sasaran bullying juga ketakutan Galang and the gank kepadanya. Iya. Aksara ingat. Apa kali ini Badha hendak jadi pahlawan lagi.

"Wah baju siapa nih bagus-bagus!" teriak Badha mengambil acak salah satunya, lantas ia kenakan dengan cepat. Sebuah gaun berwarna merah.

Sinta meloto dengan perlakuan Badha.

"Ih! Lo apa-apaan sih, Badha!" dengusnya menghalangi Badha yang kembali meraih pakaian acak untuk ia kenakaan.

"Wah. Ini celana kolor lo ya, Sinta. Bagus tau, ada renda-rendanya gini!" teriak Badha mengangkat tinggi tinggi celana pendek yang biasa digunakan anak gadis saat mengenakan rok.

Tuhan Kenapa Aku Cantik ? [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang