Selamat Membaca ♡
Badha sedang ada di salah satu toko buku ternama Jakarta. Hari ini ia ada janji tamu dengan manager toko.
Sore dibawah guyuran hujan. Badha tenggelam di balik sweater tebal miliknya. Duduk menggoyangkan kaki, mengusir rasa bosan. Pertemuan sudah berakhir sekitar satu jam yang lalu. Tapi Badha masih bertahan, ia enggan untuk beranjak. Menikmati hujan dari balik kaca jendela menyenangkan juga.
Badha bukan tipikal orang yang menyukai hujan tapi nyatanya berteduh saat diguyur bulir beningnya. Namun Badha juga tidak benci hujan. Tergantung situasinya saja. Jadi bisa di bilang, Badha netral terhadap hujan.
Kalau ia sedang buru-buru dan mendadak hujan turun hingga mengacaukan semuanya, Badha akan benci hujan saat itu. Tapi sekarang, hujan memang menghambatnya untuk pulang. Tapi kali ini Badha suka dengan hujan.
Kopi yang dipesanya tadi sudah habis. Dan sekarang cup kedua sedang mengepulkan asapnya.
Selain membuat onar. Badha juga suka melamun. Memikirkan banyak hal yang berkelebat dalam otaknya sangatlah menyenangkan. Menurutnya.
"Wah wah. Kayaknya kita beneran jodoh!"
Badha tersentak. Menoleh, kedua bola mata miliknya sukses melotot. Ini kenapa monyet satu bisa berkeliaran di toko buku sih. Gimana ceritanya.
"Lo! Ngapain di sini?!" teriak Badha menujuk garang. Astaga, mimpi buruk apalagi ini.
♡♡♡
Satu jam sebelumnya, Aksara sedang ada di kantor Lara Group. Perusahaan yang semenjak kedua orang tuanya meninggal ada di bawah kuasa kedua orangtuanya Siang.
Tentu saja. Aksara belum genap 20 tahun. Mana bisa dirinya memimpin perusahaan besar. Tidak ada yang janggal sebelumnya, keluarga Bahtera juga menjadi pemegang saham perusahaan. Tapi, belakangan ini. Beberapa hal ganjil yang bahkan tak ingin Aksara dengar mulai menghantui tidur malamnya.
Ia beruntung karena beberapa orang kepercayaan almarhum kedua orang tuanya masih setia. Dan berkat bantuan juga ketulusan mereka, Aksara bisa duduk di kursi direksi. Sebenarnya ini menyebalkan. Ayolah, yang benar saja. Ia baru delapan belas tahun, tapi sudah harus ikut rapat yang bahkan tidak bisa ia pahami dengan baik. Segala kata yang telinganya dengar berdengung samar. Membentuk koloni yang terus berputar dalam benaknya.
Meskipun Aksara tak tahu mengenai hal-hal yang berkaitan dengan perusahaan, ia cukup pandai untuk paham, bahwa perusahaan memang sedang tidak baik-baik saja. Walaupun sebenarnya amat sangat enggan untuk memikirkan berbagai spekulasi juga kesimpulan, Aksara tahu. Ia memang harus mengambil keputusan.
Dan hal pertama yang perlu ia lakukan adalah, menemui keluarga Ajidarma. Aksara butuh bantuan.
"Kapan beliau di keluarkan dari perusahaan, paman?!"
Pria tua dalam balutan suit hitam itu menoleh. "Berdasarkan hasil pertemuan dewan direksi, Direktur Ajidarma resmi keluar dari Lara Group minggu depan, selepas rapat pengalihan saham miliknya di laksanakan. Tapi surat resign miliknya sudah ada di meja Pimpinan pagi ini."
Aksara diam. Menimang untuk sesaat. Jujur, ia tidak memungkiri jika kepalanya berdenyut seperti hendak meledak.
"Jadi, saham beliau tetap aman bukan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuhan Kenapa Aku Cantik ? [TAMAT]
Teen FictionHai! Kenalin nama gue Badha Suri. Okay, kalian pasti mikir 'kok namanya aneh sih?' Hahaha! Dan kupersembahkan kepada kalian yang sedang singgah untuk membaca kisah hidup gue. Dimana menurut gue pribadi, terlahir CANTIK itu mimpi buruk. Well, mungkin...