Selamat Membaca ♡
Peluit di tiup dengan keras. Tanda jika kelas olahraga segera di mulai.
Badha masih ada di dalam kelas, mengikat rambutnya. Tapi yang aneh, semenjak datang tadi. Aura yang Badha keluarkan sungguh penuh intimidasi. Pokoknya mengerikan. Kayak lagi diliiputi amarah gitu. Apalagi tatapan matanya, kayak siap nembus orang yang lagi ditatap. Zuan aja gak berani nanya kenapa Badha jadi uring-uringan gini.
Dengan kekuatan penuh, Badha menarik simpul terakhir pada ikat rambutnya. Matanya lurus ke arah Sokela. Zuan tahu, tapi enggak tahu kenapa.
Sementara Aksara sendiri sibuk terbahak. Sokela menoleh, namun buru-buru beranjak begitu tahu Badha menggebrak meja keras. Talita yang masih tenang dengan simpul pada sepatu olahraganya ikut menoleh. Begitu tahu sumbernya berasal dari Badha, gadis itu bangkit. Melenggang keluar kelas.
Aksara menyusul. Cowok itu bersenandung riang. Entah apa maksudnya. Badha memejamkan mata. Mengatur nafasnya yang memburu. Padahal belum olahraga. Astaga Badha.
Zuan setia menunggu. Sedikit tersentak kaget begitu netra milik Badha terbuka tiba-tiba. Gadis itu menoleh, menatap sahabatnya. Zuan di ujung kursi menelan saliva susah payah.
"Gue lagi pingin makan orang!" ujar Badha berdesis, mendorong kursi kasar. Bahkan bangku tak bersalah itu sampai terjungkal.
Zuan mendelik. Lantas mengekori Badha sambil berusaha menebak. Kira-kira dia ada salah apa ya sama Badha.
Lapangan utama sudah penuh dengan murid yang pagi itu mendapat jadwal olahraga. Dan salah satu kerukunan adalah kelas Badha. Zuan berhambur mengisi barisan tepat di hadapkan Sokela yang sudah siap memimpin pemanasan.
Badha datang dua menit setelahnya. Dengan segera menarik tubuh kurus Zuan, mendorongnya ke barisan paling ujung. Siang segera menangkap tubuh Zuan. Dan sekarang, tempat Zuan tadi sudah berganti dengan Badha.
Aksara di sisi lain ikut terbahak. Talita tampak mengulas senyum tipis. Sementara Soke pucat. Menatap Badha takut-takut.
"Siap grak!" teriak Siang begitu tahu, Badha memberi kode seolah tengah menghabisinya menggunakan telapak tangan.
"Badha kenapa sih, kan aku dulu yang ada di barisan itu?" lirih Zuan menggerutu.
Siang terkekeh kecil. "Badha baik ya, emang teman pengertian dia itu."
Mendengar respon yang Siang berikan, Zuan menoleh. Menatap dengan kedua alis tertaut. Maksudnya apa sih. Kok jawabannya gak nyambung banget sama keluhan Zuan tadi.
♡♡♡
"Papah!"
Bu Ratih berlari tergopoh-gopoh. Menuju ruang keluarga dimana suaminya biasa menghabiskan waktu untuk membaca.
Biasanya Pak Wijaya ada di kantor, tapi pagi ini berbeda. Ada misi spesial yang akan ia laksanakan.
"Sudah datang!"
Pria dalam balutan kemeja itu bangkit dari duduknya. Berjalan menghampiri suaminya. Setelah membenarkan letak dasi yang ia kenakan, Pak Wijaya berlalu keluar rumah. Bu Ratih membuntuti. Keduanya beriringan menuju rumah mewah yang kini tampak ramai.
"Selamat pagi, saya Elang Wijaya! Pemilik baru saham Ajidarma,"
Semua pasang mata menatap dalam heran. Lantas saling berbisik. Dengungan menguar bebas di udara, bediri tak jauh dari Pak Wijaya adalah pasangan Ajidarma. Lets play the game.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuhan Kenapa Aku Cantik ? [TAMAT]
Fiksi RemajaHai! Kenalin nama gue Badha Suri. Okay, kalian pasti mikir 'kok namanya aneh sih?' Hahaha! Dan kupersembahkan kepada kalian yang sedang singgah untuk membaca kisah hidup gue. Dimana menurut gue pribadi, terlahir CANTIK itu mimpi buruk. Well, mungkin...