Selamat Membaca 👑
Badha masuk kedalam kelas dengan menggunakan masker, benda berwarna hijau itu menutupi nyaris separuh wajahnya. Hanya menyisakan bagian bawah bola mata saja.
Barangkali, jika perlu ia akan menenakan tiga lapis jaket tebal. Yang ia tidak suka dari Bogor adalah udara dinginnya. Hanya saat ia sakit saja.
Beberapa teman satu kelasnya sudah duduk dimeja masing-masing. Saat pertama kali melangkahkan kaki, Badha menerima lirikan mata tajam dari Talita. Setelah itu, gadis dengan make up menor itu tampak berbicara dengan ganknya. Dan secara bersamaan, tiga gadis lain dengan make up yang sama tebalnya, mulai menatap Badha penuh selidik. Seolah tengah mencari pembenaran dari apa yang telah mereka dengar. Badha tidak peduli seandainya Talita, si gadis bermulut bisa itu akan mengatakan semua hal buruk. Tentang pesta semalam, juga sikap Badha sebagai tuan rumah yang amat sangat buruk.
"Lo kenapa, flu?"tanya Zuan tulus. Teman-teman yang lain segera menoleh, menatap Badha penuh teliti. Sisanya segera memberondong pertanyaan yang tak ingin Badha jawab satupun.
"Iya lah kena flu. Kemarin malam Badha habis nyebur kolam renang soalnya."lapor Talita menjawab rasa penasaran semua teman satu kelas.
Badha berdesisis. Entah apa maksud Talita, ingin membantu Badha menjawab atau malah tengah menyulut api untuk mengumbar aib. Badha tidak peduli, hidungnya terlalu gatal hanya untuk menanggapi Talita yang bodoh.
Badha duduk. Meletakan tasnya, menelengkan kepala diatas meja.
"Bener yang dibilang Talita. Kok bisa gimana?!"
Badha bersin tepat di hadapan Zuan. Gadis mungil itu nemekik tertahan, tapi tidak marah karena ia tahu. Badha sedang tidak enak badan, dan nanti juga cerita. Sambil menghibur diri, Zuan kembali duduk di kursinya. Tampak menengok kebelakang, begitu tahu netra Badha kembali terpejam. Ia kembali menatap kertas dipermukaan mejanya.
Sementara Badha mendesah. Kenapa ia menurut saja ketika ibunya menyuruh agar tetap masuk sekolah. Untuk bernafas saja Badha kesulitan. Hell, is butuh obat. Badanya panas, tapi Badga terlalu enggan untuk merepotkan orang lain. Terlalu malas untuk meminum obat.
Ia akan tidur saja.
Badha sadar, pilihan untuk kembali duduk di belakang akan jadi masalah lain. Karena bisa jadi, Aksara akan menempati kursi di sebelahnya. Tak masalah jika ia bisa tidur dengan bebas selama pelajaran berlangsung. Badha senang pelajaran bahasa inggris. Ia tidak ingin melewatkannya dengan mengungsi ke UKS. Lagipula, ini hanya demam biasa. Kebetulan saja udara Bogor sedang lembab. Seharusnya Badha menuriti saran ibunya untuk diantar sekolah menggunakan mobil saja. Tidak terkena angin sampai jadi lemas begini.
Derap langkah kaki terdengar. Badha dapat merasakan seseorang menarik mundur kursi di sebelah kanannya. Pasti itu Aksara.
Ia terlalu lemah untuk menggerakkan anggota tubuh. Sesaat kemudian, Badha merasa suara milik guru bahasa inggris miliknya. Badha dapat merasakan degup jantungnya yang menggila. Setelah itu, tak ada suara yang mengusik. Kepalanya juga terasa sangat berat. Berputar tidak karuan, Badha merasa dingin, tapi suhu tubuhnya panas. Ya Tuhan, Badha berdesis. Seseorang mengguncang tubuhnya, dan saat bersamaan. Sebuah suara memanggil namanya parau, tubuh Badha dibalik perlahan. Siluet wajah seseorang tampak samar. Ekpresinya panik, Badha tahu itu. Dan setelahnya, sesuatu yang kental serta berbau amis mengalir keluar dari dua lubang hidungnya. Teriakkan memanggil namanya saling bersahutan, telinganya berdengung dan setelah itu semuanya gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuhan Kenapa Aku Cantik ? [TAMAT]
Teen FictionHai! Kenalin nama gue Badha Suri. Okay, kalian pasti mikir 'kok namanya aneh sih?' Hahaha! Dan kupersembahkan kepada kalian yang sedang singgah untuk membaca kisah hidup gue. Dimana menurut gue pribadi, terlahir CANTIK itu mimpi buruk. Well, mungkin...