BAB 03 - Kuntilanak Versi Bogor

1K 132 9
                                    

Selamat Membaca👑

Badha sudah menebak jika keterlambatannya akan berakhir semacam ini. Menyebalkan dengan berbagi hal tidak berguna. Tidak ada faedah dan lain-lainnya.

Kadang ia berfikir, kenapa pihak sekolah tidak berusaha mencari trobosan baru mengenai hukuman apa yang patut diberikan kepada para pelanggar peraturan. Meski Badha tidak merasa telah melakukan tindak kejahatan kecuali kenyataan jika pagi ini ia berangkat telat. Tapi kan tidak setiap hari, toh perkara ban motor mogok seharusnya bisa ditolerir. Siapa yang sudi mendapat musibah semacam itu.

Dengan sisa semangat yang sebenarnya tidak lagi menyulut gairah, Badha berusaha menyelesaikan hukuman terakhir. Mengelap kaca jendela yang sebenarnya dan amat sangat kentara sudah bersih mengkilap. Tidak ada kotoran barang debu segelintir saja.

Cemberut, berkali kali Badha mendesah berat. Ini sesuatu yang bodoh.

Hanya tersisa satu jendela saja. Terlalu tinggi, badan Badha yang hanya 160 cm secara jujur mengalami kesulitan untuk menggapai bagian puncaknya. Ide bagus terbesit,Badha akan melarikan diri saja. Menuju markas persembunyian pribadinya. Menghilang selama seharian dan tekadnya untuk menghindari pelajaran semakin bulat, Badha ingat. Hari ini ada jadwal pelajaran Fisika, yang gurunya amat sangat Badha benci.

Setelah membereskan peralatan mengepel, Badha berjalan mengitari gedung gudang . Bangunan satu lantai dengan atap berlumut yang paling dihindari seluruh penghuni sekolahan. Tapi bagi Badha, diberi hukuman ditempat tersebut sangatlah menyenangkan. Bukan berarti Badha berharap besok ia akan telat lagi, tapi menurutnya. Lokasi gudang yang ada dibagian paling belakang, tempat terbengkalai dekat pembuangan sampah menjadikan suasananya sangat sepi, tentu saja. Tidak akan ada yang pergi ke sana kecuali komplotan Galang, banci kelas IPS yang sering menjadikan tempat dimana sekitar dua jam yang lalu Badha menghabiskan waktu untuk menjalankan hukuman sebagai sarang adegan bully.

Mengitari taman dengan batuan alam yang saat musim hujan semacam ini sering menumbuhkan beberapa tanaman liar, ada juga bunga matahari dan beberapa jenis lagi yang tidak Badha ketahui.

Pemandangan yang indah. Alami tanpa ada sentuhan tangan manusia. Jika kebanyakan dari mereka akan menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang aneh, maka akan berbeda ceritanya untuk Badha.

Setelah menyusuri jalan setapak yang hanya muat dilalui oleh dua orang dewasa bertubuh kecil, Badha tiba disebuah jembatan dimana danau kecil berwarna hijau melintag dibagian bawahnya. Untuk beberapa saat Badha tertegun, terakhir ia melewati jembatan yang sama. Keadaan airnya belum se keruh sekarang. Tak ingin ambil pusing perihal sesuatu yang tak semestinya menyita begitu banyak perhatian, Badha mlanjutkan perjalanan. Tentu saja, apa kau akan menghabiskan waktumu seharian penuh untuk memikirkan jawaban kenapa air kolam berwarna lebih pekat setelah hujan sepekan tanpa henti. Atau, mengapa Tuhan menurunkan hujan? Dan kenapa pula gangang hijau itu yang mendominasi, kenapa tidak ganggang kuning saja? agar mirip seperti kubangan saptytank. Atau akan jadi lebih menarik jika ganggang yang mendominasi air kolam berwarna merah, mirip genangan darah. Biar heboh.

Karena Badha berencana, bahkan sudah menimbang keputusan dengan amat tepat jika ia akan berjalan jalan sebentar di sekitar koridor, sebelum membeli beberapa makanan untuk dibawa ke sarang. Maka Badha membawa langkah kakikinya menyeberangi jalan setapak, memotong taman yang subur akan rumput liar untuk segera tiba di ballroom belakang sekolah. Jika ingin langsung menuju sarang, Maka Badha hanya tinggal berjalan lurus.

Lokasi taman tersemmbunyi yang ada di belakang gudang, tepat disamping bangunan tiga lantai perpestukaan menjadikannya tempat paling strategis untuk membolos. Jika tidak banyak nyamuk juga bau sampah yang kerap menyengat, sudah dapat dipastikan jika tempat tersebut akan jadi favorit seluruh penghuni sekolah setelah kantin. Bagaimana tidak, suasanannya sungguh alami, khas kota Bogor. Lengkap dengan pohon cemara yang merebak disana sini, nyaris setiap sudut taman, sudah mirip hutan pribadi saja.

Jika biasanya Galang dan gank nya masuk lewat pintu pembuangan dekat jalur evakuasi dari bagian belakang sekolah menuju lobby utama dan lapangan terbuka, maka Badha lebih senang memaksa tubuh mungilnya untuk menembus celah sempit antara gedung perpustakaan dan gudang. Lebih efisien daripada harus memutar jalan, toh kemungkinan untuk ketahuan juga sedikit.

Seperti yang seharusnya. Keadaan koridor kala itu sepi. Tak ada murid yang berlalu lalang dan Badha tersenyum dalam hati. Ini menggelikan, seharusnya ia ada didalam kelas. Menahan serangan kantuk luar biasa ketika harus mendengarkan materi matematika.

Tas sekolah. Oh iya, Badha baru ingat. Tasnya disita sampai  Badha selesai mengerjakan hukuman, tapi siapa yang peduli. Biarkan saja, jika guru di ruang BK berniat mengambil alih ransel warna hijau tersebut, Badha juga tidak masalah. Ia jadi punya alasan lain untuk meminta dibelikan tas sekolah yang baru.

👑👑👑

Gila.

Barangkali ini lebih menghebohkan dari antrian diskon akhir tahun di Kemayoran.

Suasana benar-benar jauh dari kata kondusif. Barangkali masih ber mil-mil jauhnya. Heboh, terlalu sederhana untuk menggambarkan betapa kacaunya ruang kelas kala itu.

Meriah, bising melebihi kenalpot bajaj dengan penumpang bertubuh raksasa. Jadi, begini kiranya. Kelas 12 IPA 3 pagi itu kedatangan dua siswa baru. Yang menjadikan Bu Arnila, wali kelas kami dirundung sakit kepala lantaran sikap histeris yang di tunjukan oleh siswi perempuannya.

Bagaimana tidak, dua lelaki yang mengkonfirmasi kepindahan  tersebut di anugrahi dengan wajah tampan, kaya dan keren.

Syukurlah. Badha senang sekali ketika tahu jika keuntungan dari membolos juga sanggup menyelamatkan dirinya dari mengidap sakit telinga. Apa  sedang ada konser dikelasnya.

Setelah acara perkenalan, Bu Arnila mempersilahkan kepada dua siswa barunya untuk duduk.

Lelaki dengan tubuh tegap yang mengatakan saat perkenalan jika namanya adalah Siang, memilih duduk pada bangku kosong disebelah Soke. Sementara lelaki yang tubuhnya lebih jakun dengan jaket yang masih setia melekat ditubuhnya. Secara acuh tak acuh, berjalan lurus menuju meja dengan satu kursi yang terletak tepat dibawah jenndela. Paling pojok, sangat strategis.

Pilihan yang sesuai untuk menenangkan dirinya dari hingar bingar kehidupan yang menyesakan, penuh omong kosong dan tak jauh dari drama menggelikan.

Secara langsung, Siang segera beramah tamah dengan teman satu meja. Seperti sikap aslinya, hangat dan mudah berbaur. Secara cepat, suara lembut penuh wibawa dari Siang menjadi sihir bagi beberapa murid yang secara beruntung ada di sekitar tempatnya duduk.

Acara salam-salaman bergerak cepat, merambah dari satu titik hingga menjalar penuh. Kegiatan saling memperkenalkan nama, alamat tempat tinggal dan nomor ponsel menjadi hal lanjutan yang sangat membosankan.

Siang secara mudah menjadi pusat perhatian. Menguasai nyaris seluruh atmosfir ruang kelas menjadi sehangat senyumnya. Sisanya memilih acuh, sementara Bu Arnila menyimak kebisingan yang barangkali juga telah ia pertimbangkan dengan ekspresi wajah puas. Tentu saja, banyak kemungkinannya. Mungkin salah satunya karena ia akan segera mengambil alih tugas, memperkenalkan kepada setiap manusia di sekolah tentang ketampanan dua siswa yang mendadak menjadi penghuni baru di kelasnya.

Kepala-kepala saling bertolehan. Senyum terbaik diperlombakan untuk memikat hati sang casanova. Tapi agaknya, Siang sedikit terganggu. Kendati ia lebih memilih untuk meladeni teman-teman barunya. Ia tahu, sikap berlebihan gadis gadis yang mulai mengerumuninya sungguh menyedot habis udara pernafasan. Rasa tidak nyaman lebih mendominasi lantaran Siang tahu, lelaki yang duduk tepat dibelakangnya jauh lebih terganggu.

Biarlah. Mereka tidak bisa mencegah respon apa yang teman-temanya berikan. Jadi, anggap saja ini kejutan tak terduga untuk Aksara. Hari pertama lengkap dengan drama menggelikan.

Jujur, bisakah pagi ini semua berjalan dengan lancar.

~b e r s a m b u n g~

Tuhan Kenapa Aku Cantik ? [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang