BAB 06 - Hell Boy

611 85 13
                                    

Selamat Membaca👑


Berhubung pagi ini Badha berangkat bersama ayahnya, ia jadi tiba di sekolah setengah jam lebih awal dari biasanya.

Mobil merayap dengan cepat menuju Bogor. Sebenarnya Badha menolak keras usulann ayahnya yang harus mengantarnya ke Bogor sebelum kembali lagi ke Jakarta. Terlalu merepotkan, toh ia lebih senang naik motor bersama Rabu. Meski tidak dipungkiri, bisa duduk bersandar di kursi mobil sangatlah menyenangkan.

Setelah bersalaman, Badha turun. Mobil putih milik ayahnya menderu pergi. Badha bergegas masuk gerbang, beberapa siswa tampak bertabur bersamannya.

"Badha!"teriak sebuah suara.

Ditolehkanya kepala datar. Menatap Zuan yang tampak tertatih berusaha menghampirinya. Badha menghentikan langkah, menatap dengan satu alias terangkat teman satu kelasnya tersebut.

"Kenapa?!"tanya Badha begitu Zuan sudah berdiri tepat dihadapannya. Tampak bernafas dengan tersengal.

"Kemarin lo kemana seharian gak masuk kelas?"

Oh. Jadi pertanyaan itu. Tidak ada pentingnya untuk Badha jawab. Mengankat bahu acuh, Badha sambil lalu. Meninggalkan Zuan yang terbengong heran.

"Badha!"teriaknya masih berusaha menyamai langkah lebar Badha.

"Lo tau gak kalo kelas kita kemarin kedatangan murid baru?!"

Badha kembali acuh. Bodo amat dengan murid baru. Ia tidak peduli dan tak ingin ambil pusing. Tapi tunggu dulu, murid baru. Sontak kepala Badha dipenuhi memori kemarin pagi. Murid baru kan, dua siswa kaya raya kemarin. Oh astaga.

"Lo bercanda?!"

Zuan menatap Badha penuh minat. Tak menyangka jika akhirnya, usaha keras yang ia lakukan untuk menarik perhatian Badha berhasil.

Menggeleng. Zuan turut menambahkan kalimat selanjutnya dengan perasaan menggebu-gebu. "Kamu harus kenalan sama mereka berdua!"

Wait. Apa,mereka berdua?

Tuhan, baru saja Harga berharap jika yang satu kelaas bersamanya itu si cowok murah senyum. Kenapa malah dua-duanya.

Astaga. Musibah macam apa ini.

Mereka tiba di kelas. Keadaannya masih sepi. Tidak ada tanda-tanda kehidupan. Badha berjalan menuju meja kesukaannya. Pojok belakang, dekat jendela. Lokasi strategis dimana ia bisa dengan leluasa tertidur pulas ditengah mata pelajaran yang menjengkelkan.

Baru kemarin ia tidak masuk. Rasanya sudah lama sekali.

"Lo tau gak."

"Enggak!"sambung Badha saat Zuan hendak membuka mulut. Gadis bertubuh mungil disebelahnya itu tampak kesal. Meninju lengan kiri Badha.

"Mereka berdua baru pindah dari Jakarta. Orang tua Siang kebetulan punya rumah di Bogor. Sementara si Aksara, gue gak terlalu tahu banyak. Tapi katanya di tinggal di Jakarta. Mereka stay disini."

Badha yang pada mulanya tidak tertarik sama sekali, merubah posisi duduknya menghadap Zuan yang sdudah lebih dulu menarik kursi mendekat ke mejannya.

"Mereka saudara apa gimana?"

Binar senang tampak menghiasi wajah Zuan. "Katanya sih gitu, mereka berdua masih sepupu jauh gitu. Tapi yang gue heran itu. Kenapa si Aksara milih sekolah di Bogor kalo rumahnya itu ada di Jakarta?"

Mendesah. Ditimpuknya kepala Zuan geregetan. "Ya kenapa lo peduli juga. Lagian gak ada larangan kalo anak Jakarta gak boleh sekolah di Bogor!"

Zuan mendengus sebal. "Ya kalo itu kan emang elonya aja yang aneh. Tapi masa iya sih, cowok seganteng Aksara punya pemikiran aneh kayak elo. Enakan di kota juga!"

Tuhan Kenapa Aku Cantik ? [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang