Selamat Membaca♡
Seperti yang sudah bisa ditebak. Setelah hari itu, sore dimana Siang menceritakan semuanya. Ada batasan baru yang mendadak tumbuh diantara Badha juga Siang. Seperti ada tembok penghalang, sulit bagi keduanya untuk tampak baik-baik saja.
Badha jadi sulit bertatap muka dengan Siang. Sementara Siang sendiri kesulitan mengimbangi bagaimana reaksi Badha ketika keduanya sedang terjebak di satu abrolan.
Seperti sekarang ini, Badha hanya diam ketika guru mata pelajaran memerintahkanya maju ke depan, berpasangan dengan Siang mempresentasikan tugas individu. Mewakili teman kelasnya.
Badha mengerjap. Masih belum paham dengan apa yang ia alami, ia sadar. Beberapa teman satu kelasnya menatap aneh. Sementara sosok Siang sudah berdiri tegap di depan kelas. Menatap Badha dalam.
Aksara yang duduk tepat di sebelah Badha mengulum bibir, menatap air muka dua orang yang begitu dikenalnya ini. Berusaha mencerna situasi apa yang sedang terjadi.
Sudah berlalu dua hari. Dan belakangan ini memang ada yang aneh dengan keduanya. Badha juga Siang secara mendadak berubah jadi dua pribadi asing.
Disenggolnya lengan Badha. Gadis itu menoleh. Aksara menatap meneliti, menunjuk papan tulis dengan ujung dagu miliknya.
Badha mengerjap. Menarik satu nafas panjang. Lantas bangkit, mendorong kursi mundur. Berjalan kaku ke arah depan. Siang diam saja, pandangannya lurus.
Dan begitu sudah saling bersebelahan, kecangguangan merambat memenuhi atmosfir kelas. Badha berdeham, berusaha tampak santai. Meski wajahnya mengisyaratkan hal lain. Kepalanya terangkat fokus.
"Jadi, silakan kalian berdua mempresentasikan tugas individu Minggu lalu!" perintah guru perempuan tersebut.
Badha berdeham. "Mohon maaf, tapi saya belum mengerjakan tugas individu tersebut. Saya tidak bisa mempresentasikan hasilnya. Saya mohon maaf." ujar Badha sambil membungkuk sopan. Semua orang tergelak. Tidak ada yang salah dengan Badha. Gadis itu masih aneh seperti biasannya.
Tapi, kacamata Aksara menangkap hal lain. Sesuatu yang mengusik pikiranya. Sementara Badha terbahak, Aksara meraih ponsel miliknya.
♡♡♡
Bel istirahat berbunyi dua menit yang lalu. Badha masih bertahan di tempatnya duduk. Memasukan tumpukan buku tugas kedalam tas, meraih earphone. Netra miliknya melihat pergerakan dari meja diman Siang berada, cowok itu bangkit. Melenggang keluar kelas, sendirian dan entah pergi kemana.
Badha berusaha acuh meski tidak dipungkiri, otaknya dipenuhi banyak tanya. Menoleh kearah samping kiri, Aksara masih asik terlelap.
"Badha, pergi ke kantin yuk!" itu suara Zuan. Mendongak, wajah gadis dengan kacamata itu berjarak satu jengkal darinya. Seperti biasa, tersenyum lebar.
"Talita mau traktir pajak jadian loh, Sokela juga mau traktir siomay Mang Cecep."
Badha menoleh, Talita juga Soke tampak berjalan menghampiri meja miliknya.
"Awas aja lo beli banyak makanan. Bikin bokek aja!" peringat Talita dengan mimik wajah mengancam.
"Loh Siang mana?" tanya Zuan tiba-tiba.
"Katanya nanti nyusul." Soke menimpali.
Badha diam. Itu berarti, ada kemungkinan dia bakal ketemu sama Siang di kantin. Mendongak, Badha siap dengan jawabannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuhan Kenapa Aku Cantik ? [TAMAT]
Teen FictionHai! Kenalin nama gue Badha Suri. Okay, kalian pasti mikir 'kok namanya aneh sih?' Hahaha! Dan kupersembahkan kepada kalian yang sedang singgah untuk membaca kisah hidup gue. Dimana menurut gue pribadi, terlahir CANTIK itu mimpi buruk. Well, mungkin...