Selamat Membaca♡
Hari Minggu yang menyenangkan. Badha menghabiskan sisa waktu dengan bermalas-malasan di ranjang. Membaca novel, bermain game online di komputer, menghabiskan camilan yang kemarin dibeliinya juga masih banyak aktivitas ala ala rebahan lainya lagi.
Pintu kamar Badha di buka dengan tergesa. Rabu berhambur masuk buru-buru. Lantas kembali mengunci dari dalam.
Badha yang sedang tengkurap sampai dibuat kaget. Menatap abangnya meminta penjelasan. Lelaki dengan wajah aristokrat itu beranjak menuju ranjang. Rabu tidak merecoki Badha dengan ceramah panjang lebar lantaran ia mendapati kamar adiknya berantakan bukan main, seperti sekarang ini. Agaknya Rabu memilih acuh, Badha menebak, pasti ada sesuatu yang lebih mendesak dari sekedar kacaunya kamar Badha kala itu.
Melirik heran, bahkan Rabu sanggup duduk di ranjang yang penuh dengan plastik sisa camilan Badha. Jujur, ini benar-benar aneh. Seharusnya Rabu sedang berteriak menegur Badha, tapi lihatlah sekarang. Abangnya itu duduk dengan manis, bersiap memulai kalimatnya. Badha jadi penasaran sendiri. Gerangan apa yang sebenarnya membawa Rabu kemari?
"Dek, abang butuh bantuan kamu!"
Ok ok. Sejak kapan Rabu jadi manggil Badha pake sebutan adek. Kalau lagi di luar, mereka memang biasa menggunakan panggilan abang-adik. Tapi hal itu enggak berlalu lagi kalau mereka ada di rumah, apalagi pas ngomong berdua kayak gini.
Badha menaikan satu alis hitam miliknya. "Kamu harus ikut abang, pokoknya tolong kamu nurut aja sama yang abang bilang. Sekarang ikut dulu!"
Tangan Badha ditarik bangkit, keduanya beriringan keluar dari kamar. Bahkan sangking cepatnya Rabu menarik, novel-novel punya Badha sampai jatuh berhamburan.
Sekarang keduanya berdiri di tangga. Badha masih tidak paham sampai Rabu mengarahkan kepalanya ke bawah. Tepat di ruang tamu, seorang wanita muda yang tampak modis, terlihat seumuran kakaknya sedang duduk. Berbincang akrab dengan ayah mereka.
"Namanya Amanda, abang minta kamu ikut kita berdua ya!"
"Hah?!" celetuk Badha tidak paham kemana arah pembicaraan keduanya.
"Ke mall!" lanjut Rabu menyeringai pilu. Badha membulatkan kedua bola mata miliknya.
What the fuck are you doing, Rabu.
♡♡♡
Aksara sedang duduk mengaduk arabica pesanannya, dengan bosan. Sementara sosok pria berusia setengah baya di hadapannya, sejak tadi sibuk berbicara dengan seseorang di balik telfon.
Terhitung sudah berjalan setengah jam semenjak ia memasuki salah satu foodcourt di pusat perbelanjaan kota. Dan sejauh itu pula, pikirannya dibuat melayang jauh. Berspekulasi tentang banyak hal yang barangkami akan terjadi di jari esok, dari yang bernasib baik hingga yang terburuk.
Ini hari Minggu. Wajar bila suasana mall pagi itu ramai sekali. Penuh hilir mudik manusia berbagai tipe. Suasana bising juga ramai menjadi dominasi utama. Sesuatu yang Aksara benci. Ia seperti sedang terjebak di labirin mimpi buruk. Dengungan yang memenuhi gendang telinganya mirip musik pengantar kematian.
Lagi-lagi Aksara mendesah berat. Entah sudah yang keberapa kalinya. Well, ia berharap pertemuan ini bisa segera berakhir.
"Tepat setelah pengunduran diri Pak Wirawan , separuh saham Lara Group akan jatuh ke tangan Bahtera. Akhir pekan nanti ada rapat anggota direksi!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuhan Kenapa Aku Cantik ? [TAMAT]
Teen FictionHai! Kenalin nama gue Badha Suri. Okay, kalian pasti mikir 'kok namanya aneh sih?' Hahaha! Dan kupersembahkan kepada kalian yang sedang singgah untuk membaca kisah hidup gue. Dimana menurut gue pribadi, terlahir CANTIK itu mimpi buruk. Well, mungkin...