BAB 08 - Tembolog Ayam

442 85 1
                                    

Selamat Membaca👑

Sore harinya, hujan mengguyur kota Jakarta. Lebat sekali, dilihat Badha dari balik jendela kamar. Ia menebak, barangkali akan bertahan lama.

Dan untuk alasan itupula, Badha menahan dirinya untuk pergi beranjak menuju kamar mandi. Masih dalam balutan seragam sekolah, gadis dengan rambut yang dikuncir asal itu lebih memilih untuk berbaring di ranjang yang empuk. Menghabiskan sisa waktu dengan membaca novel romance kesukaannya, tentu saja karya fenomenal  dari Jane Austen.


Angin berhembus kencang. Tirai berwarna emas di kusen jendela tampak berterbangan. Badha beranjak setelah sebelumnya menggeram kesal. Diletakannya novel dengan sedikit menghentak.

Percikan air langsung menyambut permukaan wajah Badha. Jendela berhasil ditutupnya saat suara guntur terdengar menggelegar.

Badha menatap pemandangan dihadapannya. Taman dan kolam renang rumah kedua orangtuannya basah karena hujan. Beberapa daun gugur mengotori halaman. Dari kamarnya sekarang, Badha dapat dengan leluasa menatap pemandangan ujung gang kompleks miliknya.

Sepi. Tak ada kehidupan apapun. Tapi entah mengapa, ia tidak juga beranjak. Dan setelah nyaris lima menit lamanya mematung, netra coklat miliknya menatap sebuah nadi kehidupan. Mobil mewah dengan warna merah menyala tampak melaju perlahan sebelum berbelok masuk kedalam pekarangan rumah mewah yang brangkali dimaksut ibunya kemarin.

Apa itu penghuni rumah kaca tersebut. Tetangga barunnya. Ah melihat dari mobil apa yang ia kendarai tadi sudah cukup menjelaskan seberapa kaya mereka. Jadi, tidak terlalu mengherankan jika rumah tersebut menjadi salah satu properti pribadi.

Baru saja pintu bagian kanan mobil terbuka, Badha sudah penasaran sekali dengan pengemudinya. Tapi kenapa pula suara menyebalkan ibunya mengusik sih.

"Badha kamu ngapain berdiri di situ?!"

Tuh kan. Refleks Badha menoleh kebelakang, menatap ibunya yang sedang menutup pintu kamar. Dan saat kepalannya kembali fokus pada objek menarik tadi, keberuntungan benar-benar sudah menguap hilang. Sosok tadi sudah berlari kecil dan hilang dibalik pintu rumah. Hanya siluet tubuh tinggi yang sepenuhnya tertutup hodie hitam saja yang bisa Badha lihat.

"Mama ngapain sih ganggu aja!"sunggut Badha berjalan kembali menuju ranjang, menghempaskan tubuhnya kesal.

Entah kenapa, gagal melihat gerangan tetangga baru tadi membuat emosi Badha kacau. Ulah ibunya memang kadang sangat menjengkelkan, seperti sekarang ini.

Wanita tua itu menaikan satu alisnya. Kenapa putrinya tampak sangat marah hanya karena ia pergi ke kamarnya.

"Mama mau ngomong, dengerin dulu!"

Badha mendelik ketika ibunya itu ikut bergabung dengannya dirajang. "Kapan sih Badha gak dengerin setiap kali Mama ngomong?!"

Wanita itu mengibaskaan tangannya acuh, tepat diwajah Badha. Menggeram tertahan, ingin sekali Badha melempar ibunya keluar lewat jendela.

"Jadi gini Badha, Mama gagal bujuk Daddy mu buat undang tetangga baru kita makan malam bersama,"

Oh astaga. Badha tahu dengan betul bagaimana kelanjutan kisahnya. Bagaimana ini. Ditatapnya wajah ibunya tersebut dengan horor.

"No, Ma!"

"Eh eh jangan jadi anak durhaka kamu ya. Mama belum selesai ngomong, jangan dipotong dulu dong!"sunggut ibunya.

Badha mengerucutkan bibir. Kegilaan apa lagi yang akan ibunya ciptakan. Ya Tuhan, Badha ingin hilang saja. Dengan was was, ditunggunya kalimat lanjutan dari ibunya. Sungguh, ini lebih menegangkan dari ending film horor manapun.

Tuhan Kenapa Aku Cantik ? [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang