#4
[Sebagian cerita telah dihapuskan untuk penerbitan 🙏 dihapus dari bab 62-92.]
Dia adalah Penelope Marryes. Perempuan sampah yang sama sekali tidak diakui keluarganya. Tidak cantik, tidak seksi dan tidak memiliki bakat. Berbanding terbalik denga...
Maafkan untuk segala kesalahan dalam penulisan dan maaf apabila ada kata-kata yang tidak nyaman ataupun menyinggung para pembaca. Saya hanya seorang penulis amatir yang masih perlu banyak belajar.
Mohon jangan lupa untuk komentarnya, satu komentar dari kalian begitu berharga 😄💙💜🖤💜
Happy Reading 💮
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
💮🌸💮🌸💮🌸💮🌸💮🌸🌸🌸💮🌸🌸🌸💮💮
"Nona muda, anda mau kemana?." Tanya si tua Emma yang keluar dari pintu rumahnya yang terletak di belakang rumah kediaman Marryes.
Aloist keluar dari rumah melewati pintu dapur dan otomatis langsung dilihat oleh Emma dari rumahnya.
Aloist memakai mantel dan sepatu bot, di luar ada rintik hujan dan bekas-bekas hujan lebat membuat air tergenang.
"Jalan-jalan." Jawab Aloist.
"Tapi ini....." Emma menengok ke dalam rumahnya yang terdapat jam dinding kecil di sana, ".....ini sudah jam 22:00."
Aloist mengangguk mengiyakan lalu dia menghela nafas sambil menengok ke rumah besar Marryes. Dia seolah menunjukkan kepada Emma jika dia terganggu oleh suara berisik di dalam rumah itu.
Sudah dari empat hari yang lalu seluruh pelayan di kediaman ini begitu sibuk. Untuk menyiapkan perayaan malam ini.
James mengadakan pesta di rumahnya. Pesta pengangkatannya yang baru saja dilantik untuk naik jabatan.
Aloist padahal sudah banyak menghabiskan waktu di kantor FBI agar tidak terganggu, tapi tetap saja dia masih harus pulang ke rumah ini.
Aloist melanjutkan jalannya tapi Emma berlari dari rumahnya mendatangi Aloist walaupun rintik hujan kecil membasahinya.
"Nona muda.... Anda harus menjaga kesehatan...." Emma mengatakan itu sambil memasang syalnya di kepala Aloist hingga membentuk kerudung kecil.
Emma memperhatikan Aloist yang terdiam saat Emma memasangkannya syalnya. Lalu Emma tersenyum. "Anda mengingatkan saya dengan mendiang ibu Nona muda...." Ujarnya.
Emma tampak mengenang sambil menyelipkan anak rambut Aloist ke balik daun telinganya. "Sama seperti mendiang nyonya terdahulu, nyonya selalu tampak tenang seperti air dan termurnikan seperti Nona muda--"
"Aku pergi." Aloist memotong ucapannya, tidak ingin mendengarnya lebih jauh dan memilih segera pergi.
"Nona Penelope!." Emma memanggil sekali lagi.
Aloist menoleh kembali, Emma tampak ragu lalu akhirnya dia bicara, "Saya dengar dari Tuan besar juga tamu-tamu Tuan besar ketika mereka membicarakan soal Nona, kata mereka Nona bekerja di Federal Bereau of investigation, terus terang itu mengagetkan saya, saya ingin bertanya, apa anda pernah melihat--"