PROLOG

86.3K 4.3K 83
                                    

Namaku Zakira Ashika, Biasa dipanggil Shika. Umurku 29 tahun. Aku seorang kasir di minimarket, dan hari ini aku sedang menikmati liburanku.

Aku memandang keluar jendela ruang tengah rumah keluarga mertuaku, melihat rintikan hujan yang semakin deras mengguyur bumi sambil sesekali menyuapkan makan siang ke ayah mertuaku yang duduk di kursi roda.

Rumah yang tidak terlalu besar ini di isi delapan orang. Ayah dan ibu mertua, adik ipar dan suami nya beserta ketiga anak nya yang masih balita dan yg terakhir, tentu saja diriku sendiri.

BRAAK

Suara pintu kamar terbuka kencang dan muncul sosok lelaki berbadan penuh tato sambil menguap lebar khas orang baru bangun tidur. Haris -suami Yuli, adik ipar ku-

"Yuli mana?" Tanya Haris acuh sambil menuangkan air dari teko ke dalam gelas dan meneguknya.

"Yuli sama ibu pergi keluar, bawa anak-anak juga. Mungkin terjebak hujan makanya belum bisa balik," Jawabku sambil membersihkan sisa-sisa makanan yang berceceran di baju ayah.

Aku akan menuju dapur untuk menaruh piring di wastafel ketika langkahku di cegah Haris. Haris mencekal lenganku yang langsung ku tepis.

"Hey, gue punya penawaran bagus buat lo," ucap Haris sambil memandang tubuhku intens. Aku mengernyit saat indra penciumanku mencium aroma alkohol dari mulut nya.

"Penawaran apa?" Aku sudah tidak nyaman dengan tatapannya yg seolah menelanjangiku. Aku harus menyelesaikan ini secepatnya agar bisa segera pergi dari hadapan pria pengangguran ini.

"Elo pengen punya anak kan? Tiga taun nikah sama Romi ngga hamil juga. Gimana kalo tidur sama gue? Gue jamin lo bakal langsung hamil. sama kayak Yuli tuh, kerjaannya hamil mulu kayak kucing," Haris menarik kembali lenganku lebih erat.

"Lepasin Haris! Jangan kurang ajar. Ingat, aku kakak iparmu," ancamku sambil terus berusaha melepaskan cengkraman Haris.

"Elo emang kakak ipar gue, tapi itu tiga tahun yang lalu sebelum Bang Romi meninggal. Mungkin Bang romi yang mandul, jadi kalian belum punya anak juga." Haris melepaskan cengkramannya.

Apakah aku sudah bilang bahwa aku seorang janda? Ya, aku menjadi janda setelah suamiku gugur dalam menjalankan tugas negara tiga tahun lalu. Diusia pernikahan kami yang ketiga.

"Makanya sekarang lo coba sama gue. Gue jamin elo langsung hamil," kedua tangan haris meremas pundak ku sambil sesekali mengelusnya.

"Jangan macam-macam haris," Aku berusaha melepaskan tangan nya dari pundak ku.

"Ngga usah munafik, Ka. Elo udah ngejanda tiga tahun, gue tau elo kesepian dan butuh kehangatan. Gue siap muasi.. ."

Haris terdiam saat tamparanku mengenai pipi nya. Ia mengelus pipi yang kutampar dan mengeram marah. Detik selanjutkan tubuhku melayang, dibopong bagai karung beras oleh Haris ke dalam kamarnya.

Aku berteriak minta tolong, memandang nanar ke ayah yang juga terkejut melihat kelakuan Haris padaku.

"Hangan... Hangan hais..." (Jangan... Jangan haris...) Ayah meraung ingin menghentikan perbuatan Haris. Aku masih berteriak ketika tubuhku dilempar ke atas kasur nya. Ayah hanya bisa menangis melihat kelakuan bejat menantu laki-lakinya itu.

The Second Marriage (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang