DUA PULUH DUA

39.5K 3.2K 63
                                    

"Ini semua mau di bawa?"

Sehan menatap satu travel bag ukuran besar, tas bayi ukuran sedang, dan dua buah bantal di atas sofa.

Pagi-pagi sekali Shika dan Mak Inah sudah sibuk menyiapkan keperluan untuk acara piknik hari ini. Shika tidak mau ada satu barangpun yang tertinggal, apalagi untuk keperluan Gio.

"Iya, Mas." Shika menyahut seraya memasukan termos ke dalam travel bag.

"Shika, barangkali kamu lupa. Kita tidak menginap disana," ujar Sehan mengingatkan.

"Iya aku tau, Mas. Lalu?"

"Kenapa bawa banyak barang?"

Shika yang sedang mengecek isi tasnya pun menoleh ke arah suaminya yang tampak keberatan dengan barang bawaan yang akan mereka bawa.

"Ini semua di butuhin disana, Mas."

"Memang isinya apa aja?" Tanya Sehan penasaran. Ia tidak habis pikir dengan kebiasaan para wanita, khususnya ibu-ibu. Setiap akan bepergian selalu membawa tas lebih dari satu. Bukankah itu sangat merepotkan?

"Keperluan Gio, makanan, cemilan."

"Sebanyak ini?"

"Iya. Ada pakaian Gio, baby carier, alas piknik, susu, obat-obatan, mainan, bekal makan siang dan cemilan." Shika menyebutkan satu-satu barang yang sudah dimasukan ke dalam tas.

"Memang disana nggak ada penyewaan dan kantin?"

"Lebih baik kita persiapan Mas. Daripada nanti disana ngga ada? Kita sendiri yang repot," kata Shika keukeuh.

"Tapi kalau dibawa semua juga bikin repot."

"Kan barangnya ditinggal di mobil Mas. Apalagi kita bawa bayi, jadi persiapannya harus bener-bener."

"Sudah, sudah, ndak usah berdebat masih pagi. Sehan, Gio itu masih bayi, jadi persiapannya memang banyak. Mamah kamu juga dulu repot sekali kalau mau jalan-jalan ngajak kamu." Mak Inah yang baru datang bersama Gio segera melerai perdebatan pasangan suami istri itu.

Akhirnya, mau tidak mau Sehan mengalah. Karena yakin tidak akan pernah menang melawan emak-emak.

"Mak inah beneran nggak mau ikut?" Tanya Shika ke wanita yang sudah lanjut usia tersebut.

"Mak udah bosen piknik, dulu waktu Sehan masih kecil sering diajak Nyonya, jadi Mak di rumah saja."

"Yasudah Mak istirahat saja di rumah ya. Nanti Sehan bawain oleh-oleh," ujar Sehan sembari tersenyum hangat.

"Gantengnya mamih ayo sini. Kita jalan-jalan liat gajah." Shika mengambil alih Gio dari Mak Inah.

"Kami berangkat dulu, Mak." Pamit Sehan dan Shika.

"Iya. Hati- hati dijalan."

***

Gio melonjak kegirangan setiap kali Sehan memperlambat laju mobilnya dan Shika menunjuk satwa yang berkeliaran bebas di lingkungan yang dibuat mirip dengan habitat aslinya. Entah mendapat keturunan pemberani darimana, Sehan hanya geleng-geleng kepala saat melihat tidak ada rasa takut di diri Gio saat ia ikut memberi makan rusa.

Setelah melakukan perjalanan untuk melihat satwa - satwa dari jarak dekat. Mereka mengunjungi arena Baby Zoo, melihat Shika dan Gio antusias melihat bayi singa, Sehan berinisiatif mengabadikan momen tersebut dengan berfoto bersama.

"Ayah, ayo kita naik gajah," Ajak Shika saat mereka sudah puas berpoto.

"Gajah?"

"Iya. Gio mau naik gajah."

The Second Marriage (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang