DUA BELAS

39.5K 3.8K 134
                                    

Shika duduk termenung di sofa ruang tamu rumahnya. Tadi pagi ia mengirimkan pesan teks menanyakan kabar Gio kepada Laura, entah kenapa perasaan Shika tidak karuan memikirkan anak tirinya. Ditunggunya balasan itu dari siang hingga sekarang saat matahari sudah mulai tenggelam tapi belum ada tanda-tanda balasan dari Laura. Pun dengan Sehan, ponselnya tidak bisa dihubungi dari kemarin.

Ponsel Shika berbunyi nyaring tanda ada pesan masuk. Ia buru-buru membukanya, berharap pesan itu datang dari Sehan atau Laura dan mengabarkan bahwa Gio baik-baik saja dan akan segera pulang. Tapi detik selanjutnya raut kecewa menghiasi wajah ayu Shika.

Yuli : Kata ibu transferin uang, Ayah mau priksa ke dokter.

Shika : bukannya minggu lalu udah aku transfer 5juta? Ayah sakit apa? Apakah parah?

Yuli : ngga usah bawel deh. Kirim aja uangnya sekarang.

Shika menekan tombol panggilan video, tapi panggilannya diabaikan oleh Yuli.

Shika : Yuli angkat VC dariku. Aku kangen sama Ayah, ingin lihat keadaan Ayah.

Yuli : Kamu kirimkan dulu uangnya baru aku angkat.

Shika lalu mentransfer sejumlah uang ke rekening atas nama Ridwan -Ayah Romi-.

Shika : Aku udah transfer. Sekarang angkat teleponku.

Selesai mengirim pesan, ia menekan tombol panggilan video kembali. Tapi dilayar hanya bertuliskan 'menyambungkan' yang berarti tidak ada sambungan internet yang terhubung. Tidak menyerah, Shika menelepon Yuli tapi hanya suara operator yang mengatakan bahwa nomor yang dituju sedang tidak aktif.

Shika menekan-nekan pelipisnya, kepalanya berdenyut. Ia tidak bisa tidur semalam, dan hari ini ia juga tidak nafsu makan. Pikirannya hanya tertuju kepada Gio, apakah dia sudah makan? Apakah dia masih menangis? Walaupun pasti Ratna dan Laura bisa menjaganya, tapi tetap saja Shika tidak tenang.

Seakan semesta tidak mengizinkannya untuk merasakan ketenangan. Dulu, Shika pergi dari rumah Romi untuk menghindari mantan ibu mertuanya dan Haris, meskipun ia juga harus meninggalkan ayah mertuanya yang sakit-sakitan. Dan sekarang, ia kembali harus berurusan dengan 'mantan mertua' suaminya.

Shika tidak mengerti kenapa ia selalu mendapatkan Ibu mertua yang tidak bisa menerima dirinya. Apa semua ibu mertua memang seperti itu? Ataukah hanya dirinya yang memang tidak pantas diterima oleh keluarga manapun.

Sebuah senyuman terbit dari bibir Shika saat netranya membaca tulisan di layar ponselnya. Seseorang yang dari pagi ia tunggu-tunggu akhirnya meneleponnya.

"Hallo, Laura? Bagaimana kabar Gio? Apa dia baik-baik saja?" Tanya Shika begitu ia mengangkat panggilan tersebut.

"Shika! Apa yang harus aku lakukan?" Terdengar nada panik dari seberang sana.

"Apa maksudmu? Apa yang terjadi?" Tanya Shika. Di sebrang sana terdengar Laura yang sangat ketakutan.

"Shika aku takut, aku ngga tau harus bagaimana? Gio.. dia..."

"Gio kenapa La?!" Tanya Shika tidak sabaran ketika Laura menggantungkan kalimatnya.

"Gio demam, mommy bilang dikasih obat penurun panas aja, aku kasih obat yang ada dirumah, lalu dia.. tolong Shika, mommy ga ada. Demi Tuhan Gio susah bernafas!" Suara Laura bergetar, antara takut dan bingung menjadi satu.

"Apa?!"

Informasi yang barusan Shika dengar bagaikan petir di siang bolong. Otaknya masih mencerna setiap kata yang Laura ucapkan. Laura bilang apa tadi? Gio susah bernafas? Tidak mungkin, ini pasti mimpi kan?

The Second Marriage (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang