TIGA PULUH

43.3K 3.2K 47
                                    

Sehan duduk sembari melipat kedua tangannya di depan dada, wajahnya terlihat tampak seram memandang Shika yang juga sedang memandangnya sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal di atas ranjang pasien.

Perasaan tidak enak menyelimuti hati Shika melihat sang suami yang sedari tadi menekuk mukanya. Netra Sehan seakan mampu menembus jantung Shika saking tajamnya pandangan lelaki itu.

"Aku bukannya mau mengerjaimu, Maasss." Ucap Shika mencoba membujuk Sehan yang sedang ngambek. Lebih tepatnya pura-pura ngambek.

"Lalu?" Tanya Sehan pendek.

"Aku bukannya ngga menghargai usaha kamu. Tapi beneran deh, Mas. Aku ngga tahan sama baunya. Bau bakso nya itu ngga enak banget. Mas ngga lihat aku sampe muntah-muntah?" Shika merajuk sembari mengerucutkan bibir.

"Tapi Mas beli bakso-bakso ini di tempat yang berbeda. Ini bakso viral yang sering dikunjungi para food vlogger, ada lobsternya, ngantrinya panjang. Masa ngga enak?" Sehan menatap tiga mangkok berisi bakso yang belum tersentuh sama sekali dengan nelangsa.

Demi memenuhi keinginan istri tercinta yang sedang ngidam, Sehan segera membeli bakso yang diinginkan Shika. Tidak ingin sang istri menunggu lama, ia hanya membeli bakso pertama yang ia temui di sepanjang jalan rumah sakit.

Shika sangat antusias saat Sehan membawa plastik hitam lalu menyiapkan bakso tersebut di mangkok. Tapi saat mangkok tersebut di sodorkan ke arahnya, asap dari kuah bakso yang masih mengepul dan terhirup Shika membuat perutnya langsung bergejolak dan keinginan untuk muntah menyerangnya.

Sehan pikir bakso yang ia beli di pinggir jalan memang tidak enak dan tidak higienis sehingga membuat Shika sampai muntah-muntah. Karena tidak ingin mengecewakan wanitanya, Sehan kembali membeli bakso yang direkomendasikan para food vlogger dan rela menempuh jarak jauh dan mengantri demi semangkok bakso untuk sang calon ibu dari anaknya. Dan hasilnya tetap sama saja. Shika tetap tidak tahan dengan baunya.

Pun dengan bakso terakhir yang Sehan beli dan Shika tetap muntah-muntah hanya dengan menghirup aromanya. Sehan pikir ini faktor dari kehamilan istrinya sehingga mempengaruhi indra penciuman. Sehan jadi teringat saat Shika menolak ajakannya untuk bercinta karena alasan dirinya bau. Dan dengan teganya Sehan menuduh Shika berselingkuh padahal istrinya sedang mengandung darah dagingnya.

"Maafin aku, Mas. Aku juga ingin makan bakso itu tapi aku ga kuat sama baunya. Selama tujuh tahun ini aku ngga pernah makan bakso, jadi aku ngga tau kalau resep bakso nya sudah ganti. Aku ngga suka sama resep bakso yang sekarang."

Mendengar jawaban polos dari istrinya tak ayal membuat Sehan tersenyum tipis dan rasa kesalnya menghilang begitu saja. Sehan bukannya kesal karena ia harus bolak balik dan mengantri membeli bakso, tapi ia hanya kesal kenapa Shika tidak mau memakannya padahal wanita itu sangat ingin. Bagaimana kalau Shika kelaparan?

Sehan beranjak dari sofa dan duduk di atas ranjang, membelai surai halus istrinya. Ini kehamilan pertamanya, Sehan tidak mau Shika merasa tidak diperhatikan dan kekurangan apapun yang ia inginkan.

"Yasudah jangan dipaksakan. Ada makanan yang dipengen lagi ngga selain bakso? Nanti Mas belikan."

"Aku mau seblak, Mas."

Seblak? Tunggu sebentar. Sepertinya Sehan menangkap keanehan dari keinginan sang istri. Tadi bakso, sekarang seblak. Makanan tersebut adalah makanan yang tidak pernah di sentuh Shika selama menjalani pola hidup sehat. Sehan menatap istrinya dengan curiga.

"Itu keinginan bayi atau keinginan kamu?" Sehan mengutarakan kecurigaannya.

"Keinginan bayi di perut aku dong, Mas." Shika mengelus perutnya yang masih rata sambil nyengir kuda.

The Second Marriage (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang