TIGA PULUH DUA

49.3K 3.2K 125
                                    

Dikenal sebagai sosok yang tangguh, tidak banyak yang tahu bahwa Sehan memiliki trauma. Trauma yang menjadikannya menjadi posesif dan overprotektif terhadap orang  yang dicintainya.

Sedari kecil, Sehan sudah kehilangan wanita yang sangat ia sayangi, wanita yang telah melahirkannya. Lalu saat ia menikah untuk pertama kalinya, Ia juga kehilangan istri tercintanya saat berjuang melahirkan keturunannya.

Dan kini Sehan dihadapkan pada keadaan yang membuatnya bimbang, dimana ia tidak tau apakah harus bahagia atau merasa takut. Karena rasa keduanya bersarang di hati Sehan selama masa kehamilan Shika.

Sehan bahagia mengetahui bahwa ia akan mempunyai anak lagi, apalagi melihat wanitanya yang ternyata menginginkan seorang anak setelah berjuang selama bertahun-tahun. Tapi di sisi lain, Sehan merasa takut. Takut akan kejadian dahulu terulang kembali. Takut jika Shika mengalami hal yang sama dengan Maura. Takut jika Sehan akan ditinggalkan oleh wanita yang dicintainya, lagi.

Ketakutan Sehan menjadi nyata setelah melihat sang istri yang memasuki kehamilan 35 minggu mendadak tubuhnya bergerak tidak terkendali dan kaku setelah sebelumnya mengeluh tidak bisa tidur.

Jantung Sehan berpacu lebih cepat dari biasanya dan terasa hampir lepas, ia panik luar biasa. Hanya beberapa detik Shika kejang sebelum ia kehilangan kesadarannya. Tanpa menunda-nunda lagi Sehan berlari ke parkiran mobil sembari membawa tubuh Shika dalam dekapannya. Berteriak memanggil pak Darmo agar segera menyiapkan mobil menuju rumah sakit. Beruntung jalanan lengang karena jarum jam menunjukkan pukul dua dini hari.

"Istri Anda mengalami eklamsia, Pak. jadi saya sarankan untuk menjalani proses persalinan secepatnya. Karena kalau tidak segera dilakukan akan berakibat fatal untuk janin dan juga ibunya."

Bak tersambar petir di siang bolong, ketakutan yang selama ini menghantui Sehan terasa semakin jelas dan nyata. Sehan memang sudah mengetahui akan bahaya yang mengancam istrinya saat muncul tanda-tanda bahwa Shika mengalami preeklamsia. Riwayat penyakit PCOS yang di derita Shika menyebabkan peningkatan tekanan darah secara tiba-tiba, Shika juga mengalami sakit kepala yang semakin parah,  mual dan muntah, dan tangan serta kaki yang membengkak. Maka dari itu, Sehan selalu overprotektif kepada istrinya. Menemani Shika saat ia kontrol ke dokter kandungan, memenuhi semua keinginan wanita itu dan menjadi suami siaga agar Shika dan janinnya sehat hingga proses persalinan tiba.

Tapi sepertinya Tuhan mempunyai kehendak lain. Bagaimanapun mereka berusaha agar kondisi Shika membaik tetap tidak dikabulkan oleh Tuhan. Sehan mengusap wajahnya kasar, terlihat sangat frustasi mengetahui keadaan Shika yang sedang di ambang kematian. Putus asa karena sebuah kutukan yang terus mengejar dirinya disaat ia memiliki seorang istri yang akan melahirkan.

"Lakukan apapun yang terbaik menurut dokter. Tolong selamatkan Istri dan Anak saya. Kalaupun hanya bisa menyelamatkan salah satunya. Tolong selamatkan istri saya. Saya mohon, Dokter."

Sehan memohon dengan pilu. Belum pernah sekalipun dalam hidupnya ia memohon-mohon kepada orang lain seperti ini. Tapi demi wanita yang di cintainya, ia rela melakukan apa saja asalkan Shika tidak mempunyai nasib yang sama seperti mendiang istri pertamanya yang menghadap Tuhan ke surga saat melahirkan.

"Silahkan bapak tanda tangani surat persetujuan untuk dilakukan persalinan melalui operasi caesar."

Sehan menandatangani surat tersebut dengan perasaan kalut. Terus merapalkan doa untuk keselamatan istri dan anaknya. Tapi jika Tuhan berkehendak lain, Sehan berjanji pada dirinya sendiri untuk terus menduda selama hidupnya.

***

Cahaya matahari yang menyilaukan masuk dari jendela kaca yang tirainya di biarkan terbuka. Ruangan bernuansa putih itu cukup tenang meski ada suara obrolan seseorang dengan suara tertahan. Khawatir suara mereka menimbulkan kegaduhan dan mengganggu tidur seorang wanita yang masih tertidur pulas.

The Second Marriage (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang