Sehan mengejapkan mata ketika wajahnya diterpa cahaya matahari. Membuka matanya perlahan dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruang yang tampak asing.
Sekelebat netranya menangkap siluet wanita berambut panjang yang berdiri membelakanginya. Sehan teringat kejadian semalam hingga ia bisa berakhir disini, ia tersenyum cerah saat mendapati istrinya masih berada disini menunggunya sampai terbangun untuk pulang bersama.
Sehan bangkit dari ranjang dan mendekati Shika yang masih sibuk dengan kegiatannya di depan meja. Sehan memeluk tubuh seksi istrinya dari belakang, menempatkan kepalanya di pundak Shika dan menghirup aroma wanita yang sangat ia cintai. Shika menegang di tempat, terlalu kaget mendapati tingkah suaminya yang tidak seperti biasanya.
"Morning, Honey," Sapa Sehan serak, khas seseorang yang baru bangun tidur.
"Selamat siang juga, Mas," sahut Shika.
"Sudah siang ya?"
"Jarum jam menunjukan angka satu dan matahari sudah di atas kepala, jadi sekarang sudah siang." Shika masih mengaduk teh dihadapannya.
Sehan mempererat pelukannya dan semakin memperdalam ciumannya di ceruk leher Shika. Merasa geli, Shika membalikkan badan dan menatap lelaki dihadapannya yang masih tampak mengantuk.
"Mas cepetan mandi gih, lalu kita makan siang dan setelah itu kita pulang."
"Aku masih mau disini denganmu." Sehan sudah akan memeluk Shika jika wanita itu tidak segera mencegahnya.
"Tapi kita harus segera pulang. Karena lelaki keduaku sudah menunggu di rumah." Sebelum Sehan bangun, Shika sudah menelepon Mak Inah untuk menanyakan kabar Gio.
"Sepertinya kebalik. Aku yang menjadi lelaki kedua, sedangkan Gio yang pertama. Kamu lebih mementingkan Gio daripada suamimu sendiri." Sehan pura-pura merajuk.
Shika terkikik melihat muka suaminya yang jengkel. Shika baru tau bahwa Sehan bisa bersikap kekanakan seperti ini dan itu sangat menggemaskan.
"Aku lebih dulu sayang sama Gio daripada sama Mas, Kalau Mas mau tahu."
"Lalu bagaimana dengan lelaki ketiga kamu?"
"Lelaki ketiga? Siapa?" Shika mengernyit tak mengerti.
"Ridwan, yang setiap bulan selalu dikirim uang olehmu."
Shika terlonjak mendengar penuturan Sehan. Sudah saatnya ia harus jujur kepada suaminya.
"Dia Ayahku. Lebih tepatnya mantan Ayah mertua. Beliau jatuh sakit saat mendiang Mas Romi meninggal, jadi aku yang mengurusnya. Aku tidak tega melepas tanggungjawab ku merawat Ayah makanya aku setiap bulan mengirimkan uang untuk berobat."
"Kenapa kamu tidak bilang padaku?"
"Aku takut Mas marah karena masih berhubungan dengan keluarga mantan mertuaku. Tapi Mas tenang aja, aku sudah mengembalikan semua uang yang aku pinjam, aku akan mengirimkan bukti transfernya ya."
Shika akan beranjak mengambil ponselnya tapi urung ketika Sehan menahannya.
"Bukan itu masalahnya Shika. Selama ini aku pikir kamu menipuku. Sudahlah ini juga salahku karena tidak pernah bertanya padamu. Tapi kamu janji sama aku, mulai sekarang jangan pernah menutupi apapun dariku, aku juga akan lebih terbuka sama kamu." Sehan mengusap pipi Shika lembut.
Shika mengangguk mengiyakan. "Aku janji, Mas. Ayo sekarang cepat mandi, Mas bau." Shika memencet hidungnya sendiri.
"Apa aku sebau itu? Kamu selalu bilang kalau aku bau setiap kali aku belum mandi." Sehan membaui badannya sendiri. "Tidak bau kok "
KAMU SEDANG MEMBACA
The Second Marriage (Completed)
RomanceZakira Ashika adalah seorang penulis novel sebelum ia menikah. Setelah sang suami gugur dalam tugas negara, ia harus menjadi tulang punggung keluarga suaminya. ketika suatu hari kejadian yang mengerikan menimpanya, ia bertekad untuk keluar dari ruma...