DELAPAN

41.3K 3.6K 50
                                    

Sehan terkekeh menonton video di layar Ipad-nya. Ia sedang duduk di kursi kebesarannya di kantor dengan setumpuk berkas yang harus ia pelajari di atas meja. Sesekali matanya menatap video yang tak bersuara di hadapannya.

Sudah satu minggu sejak kejadian adegan panas dengan istri seksinya, tapi efeknya masih terasa hingga sekarang. Buktinya, Sehan selalu memantau CCTV rumahnya dimanapun Shika berada!

Keesokan harinya setelah pergulatan panas itu terjadi. Mereka sama-sama bersikap biasa saja dan saling menutupi kecanggungan masing-masing, bahkan ketika mereka sarapan bersama.

Sehan sibuk dengan makanannya dan fokusnya teralihkan saat tidak sengaja matanya melihat ke arah leher Shika. Lehernya sudah tidak mulus lagi akibat perbuatannya. Sejak kapan cupang bisa bikin wanita makin terlihat seksi?

"Kenapa Mas?" Tanya Shika saat suaminya terus menerus memandanginya.

Sehan tergagap saat Shika memergokinya yang sedang memperhatikan wanita itu.

"Ah tidak, itu.." Cepatlah berfikir Sehan!

"Ah ya, kau sudah memakai kontrasepsi?"

Shit! Kenapa malah bertanya hal yang tidak berbobot.

"Hah? Maksud Mas?" Shika mengernyit tak mengerti.

"Aku masih ingat kamu mengajukan syarat tidak mau punya anak. Karena semalam kita melakukannya, jadi kupikir harus melakukan pencegahan dengan memakai kontrasepsi." Sehan menjelaskan dengan kikuk, dapat dilihat Shika yang menatapnya dengan sorot mata... Sedih?

"Ah iya. Aku akan mengurusnya sendiri, Mas tidak usah khawatir." Shika menunduk lesu dan melanjutkan memakan telur rebusnya dengan tidak berselera.

Sehan mengingat percakapan itu dan kembali menatap ipad-nya. Melihat Shika yang sedang bermain cilukba dengan Gio yang di balas dengan gelakan tawa oleh anaknya membuat ia turut tersenyum.

"Apa berkas-berkas itu terlihat sangat lucu sampai Mas senyum-senyum sendiri begitu?" Sebuah suara terdengar dari arah pintu kantornya.

"Laura?" Sehan terkejut ketika melihat siapa yang datang. Ia bangun dari duduknya dan menghampiri wanita cantik itu sembari memeluk dan bercipika cipiki singkat, lalu mempersilahkan duduk di sofa.

"Kapan kau datang?" Tanya Sehan lagi.

"Barusan." Laura nyengir memamerkan deretan giginya yang putih.

"Maksudku tiba di Indonesia." Sehan memutar bola matanya jengah.

"Tiga hari yang lalu."

"Dan kamu tidak mengabari Mas, lalu tiba-tiba datang tiga hari kemudian? Dasar bandel." Sehan melotot tapi orang yang menerima pelototannya malah tertawa keras.

"Maaf Mas, kemarin aku masih jetlag. Aku hanya ingin memberi kejutan untuk Mas Sehan. Dan ternyata aku berhasil." Laura bersorak riang.

"Lalu bagaimana kabarmu?"

"Buruk." Laura cemberut. Cepat sekali berubah mood, tadi senang, sekarang sedih.

"Kenapa?"

"Sahabatku marah padaku dan tidak mau bicara denganku lagi." Mata Laura berkaca-kaca.

"Apa kau melakukan sesuatu yang membuatnya marah?" Tanya Sehan yang dijawab anggukan oleh Adiknya Maura itu. "Mungkin sahabatmu ingin sendiri dulu. Kalau dia benar sahabatmu pasti dia tidak akan lama marah padamu," Lanjut sehan menenangkan.

"Semoga saja. Tapi ada satu hal lagi yang membuatku merasa buruk." Laura menatap Sehan lekat.

"Ada apa? Apa ada yang menyakitimu lagi." Tanya sehan perhatian. Ia sudah menganggap Laura sebagai adiknya sendiri, selain Laura adalah adiknya Maura, dia juga seumuran dengan Wina.

The Second Marriage (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang