Sehan tersenyum lebar menatap piring-piring di hadapannya yang sudah kosong, menandakan bahwa makanan yang tersaji diatas piring tersebut telah tandas. Pelakunya adalah wanita cantik di hadapannya yang sedang menghabiskan jus melon sembari menatap pemandangan laut dengan suara debur ombak yang menenangkan, semilir angin malam yang berhembus menerpa kulit membuat rambut wanita itu berkibar indah.
"Mau nambah lagi?" Tawar Sehan.
Shika menggeleng seraya mengelus perutnya yang membuncit. Memberi isyarat bahwa dirinya sudah kenyang karena perutnya sudah terisi penuh. Tentu saja bukan hanya karena makanan yang telah ia makan, tapi juga karena ada janin empat bulan didalamnya.
Tiga hari lalu Sehan mengajak Shika untuk menemaninya ke suatu acara. Sehan mengatakan bahwa acara ini penting karena diadakan oleh kliennya dan harus membawa pasangan. Mau tidak mau Shika setuju untuk ikut setelah melewati perdebatan yang sangat panjang karena Shika tidak ingin meninggalkan Gio. Beruntungnya Bu Ratna dengan senang hati bersedia menjaga Gio selama mereka pergi.
"Mas, kok dari tadi cuma kita berdua? Yang punya acara mana? Ngga apa-apa nih kita makan duluan?"
Shika mengedarkan pandangannya ke sekeliling tempat restoran yang sepi. Dari awal masuk ke resto tersebut Shika sudah terkagum-kagum dengan dekorasinya yang terkesan sangat romantis. beberapa bunga tulip yang terpanjang indah, serta banyaknya cahaya lilin yang tamaram menjadikan suasana malam ini bertambah romantis.
Shika pikir ini acara ulang tahun pernikahan klien Sehan sehingga suaminya itu minta ditemani, tapi setelah beberapa saat hanya ada mereka berdua saja, apalagi pelayan silih berganti hanya melayani mereka, hingga makanan yang tersaji sudah habis, tidak ada tanda-tanda kedatangan orang lain atau yang punya acara. Shika mulai curiga.
Sehan mengulurkan tangannya meraih tangan Shika, meskipun sadar bahwa tangan Shika menegang, ia terus menggengamnya dengan erat.
"Maaf. Mas bohong. Sebenernya ini semua Mas persiapkan untukmu."
Tiga bulan terakhir ini Shika sibuk mondar mandir ke pengadilan untuk mengurus kasus Haris. Dan hakim memutuskan memberi hukuman penjara selama 12 tahun kepada Haris. Maka dari itu, Sehan ingin membuat Shika bahagia dan melupakan kejadian masa lalu dengan mengajaknya makan malam di pinggir pantai.
"Untuk apa Mas?" Tanya Shika yang masih belum mengerti tujuan Sehan.
"Untuk melamar kamu."
"Melamar? Tapi kita sudah menik__"
Shika menggantungkan kalimatnya saat Sehan mengambil sesuatu dari kantong jas dan menyodorkannya di atas meja dihadapan Shika.
Benda berbentuk persegi panjang itu dibuka oleh Sehan. Kotak tersebut berisi sebuah kalung emas berwarna putih dan liontin berbentuk hati dengan berlian yang mengelilinginya. Dari tempatnya saja sudah terlihat bahwa kalung tersebut dari merk terkenal dan pasti mahal.
"Mas tau kita sudah menikah, dan sebentar lagi akan punya anak. Tapi Mas ingin melamarmu dengan cara yang benar. Bukan dengan syarat yang dulu pernah kita lakukan. Tapi tulus dari hati ingin menjadikan kamu sebagai pendamping hidupku selamanya."
Shika menelan ludah gugup mendengar perkataan yang terlontar dari bibir suaminya. Meskipun tidak ada acara lamaran seperti ini, Shika akan tetap mendampingi Sehan selamanya, sampai rambut mereka berdua memutih, dan sampai mereka terpisah oleh kematian.
"Zakira Ashika. Maukah kamu menjadi pendamping hidupku, selamanya berada disisiku, menjadi istriku dan menjadi ibu dari anak-anakku?"
Senyum lebar terpatri di bibir Sehan saat Shika menganggukan kepala. Sehan langsung bangkit dari duduknya lalu mengambil kalung dan memasangkannya di leher Shika. Lalu duduk kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Second Marriage (Completed)
RomanceZakira Ashika adalah seorang penulis novel sebelum ia menikah. Setelah sang suami gugur dalam tugas negara, ia harus menjadi tulang punggung keluarga suaminya. ketika suatu hari kejadian yang mengerikan menimpanya, ia bertekad untuk keluar dari ruma...