TUJUH BELAS

42.5K 3.2K 28
                                    

"Semua yang sudah saya jelaskan mengenai kerjasama kita ada di proposal ini. Jadi Mbak bisa menggunakan ini sebagai acuan untuk mempertimbangkan tawaran kerjasama kami."

Wina menyerahkan sebuah map di tangannya. Sesuai janji yang telah ditetapkan sendiri oleh Wina kemarin, ia datang tepat jam sepuluh di kantor Randi untuk membahas tawaran kerjasamanya dengan Zacka yang notabene adalah Shika, Kakak iparnya sendiri.

"Baiklah akan saya pertimbangkan." Jawab Shika.

"Saya sangat mengharapkan kita bisa bekerjasama dalam proyek ini. Oh iya, kami juga akan mengadakan book signing setelah talk show, dan saya sudah bisa membayangkan semua Zackilicious akan hadir karena ingin mengenal sang idolanya." Mata Wina berbinar-binar cerah mengimajinasikan perkataannya sendiri.

"Wow kedengarannya akan seru sekali mengingat para Zackilicious tidak pernah tau seorang Zacka yang sebenarnya," timpal Randi sambil melirik ke arah Shika yang sedang membaca proposal.

"Saya yakin para Zackilicious akan antusias dengan berita ini," Kata Wina masih menggebu-gebu.

"Zack, kamu tidak ada hal lain yang ingin di bicarakan?" Tanya Randi ke Shika yang dari tadi terdiam.

"Ah iya. Apa kami bisa meminta waktu untuk mendiskusikan tawaran kerjasama ini?" Tanya Shika.

"Tentu saja. Tapi kami hanya bisa memberikan waktu dua hari saja, sejujurnya karena tanggal acara telah ditetapkan jauh-jauh hari dan sekarang tersisa empat bulan lagi, kami juga harus mempersiapkan banyak hal yang lain. Dan kerjasama dengan seorang penulis adalah satu hal yang sangat penting jadi kami harus membuat konsep acara dengan sebaik-baiknya dari beberapa bulan yang lalu."

"Dua hari saja cukup. Kami akan mengabari jika sudah membuat keputusan." Kata Shika.

"Baiklah. Saya kira cukup untuk hari ini. saya sangat berharap Mbak bisa menerimanya, dan kabari saya jika sudah membuat keputusan. As soon as possible."

"Akan kami pertimbangkan. Terimakasih untuk tawarannya."

Wina berdiri dan menyalami Shika dan Randi lalu keluar dari ruangan diikuti Shika.

"Makasih banyak udah bersedia nemuin aku loh, Mbak," sahut Wina, mengubah gaya bicara formalnya begitu mereka sampai di lobby kantor.

"Santai aja Win."

"Ya walaupun Mbak mau datang karena aku udah tau siapa Zacka sebenernya. Pasti kalau aku belum tau, Mbak nggak akan mau ketemu, kan?" Tanya Wina blak-blakan.

Shika tertawa nyaring. Dari awal berkenalan dengan adik iparnya ini, Shika sudah bisa menebak bahwa Wina memiliki sifat ambisius dan juga humoris. Ia bisa menempatkan diri kapan waktunya sedang serius dan kapan waktunya sedang bercanda. Tapi itu tidak berlaku jika dengan Sehan, karena Wina kerap kali menjahili kakaknya dengan sifat konyolnya.

"Kamu pulang sendiri?" Tanya Shika kemudian.

"Iya. Mbak kesini naik apa? Mau ikut pulang bareng? Nanti aku antar sampai rumah," tawar Wina.

"Mbak naik mobil. Ada Gio dan Mak Inah juga ikut tapi nunggu di cafetaria. Kamu duluan aja, Mbak masih ada urusan."

"Oh aku kira Mbak sendiri. Ya sudah aku duluan ya Mbak, harus balik lagi ke kantor, karena kalau tidak paduka Sehan bakal marah-marah," terang Wina sembari cekikikan membayangkan muka angker Sehan ketika dirinya dipanggil Paduka.

"Iya. Hati-hati dijalan, Win."

"Oke, Mbak." Wina pamit setelah bercipika-cipiki.

Shika kembali ke ruangan Randi setelah Sosok Wina sudah keluar dari gedung kantornya.

The Second Marriage (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang