TIGA

42K 3.7K 60
                                    

"Mau sampai kapan lo ngediemin gue kayak gini?" Shika merayu sahabatnya yang sejak semalam mendiamkannya.

Shika merapatkan tubuhnya dan memegang tangan Siska tersenyum dan mengedip-ngedipkan matanya memohon agar sahabatnya itu buka suara.

"Kenapa sih elo ngga bilang kalau mau pergi ke rumah bekas mertua lo? Kalau elo bilang, gue sama Mario bisa nganter kesana," sewot Siska.

"Gue cuma ngga mau ngerepotin kalian. Lagian cuma ngambil barang-barang gue aja kok."

"Tapi kalau ada gue kemarin, ngga akan begini muka lo." Siska mengangkat dagu Shika. "Lo inget kan hari ini elo nikah? Gimana bisa elo tampil cantik di hari spesial yang cuma sekali seumur hidup lo kalau muka lo lebam gini?!" Siska menatap ngeri ke area pipi Shika yang membiru.

"Ini pernikahan kedua gue, kalau lo lupa." Shika meringis mendapat tatapan sengit dari Siska.

Kemarin, Shika kembali ke rumah orang tua Romi. Dengan tujuan untuk meminta restu dan mengambil barang - barangnya yang tertinggal. Ia tidak mungkin datang ke rumah suami barunya nanti memakai baju pinjaman dari Siska seperti ketika ia menginap di rumah sahabatnya itu. Shika juga harus mengambil berkas penting seperti ijasah, Handphone, dan laptopnya.

Sebelum memasuki rumah, ia memastikan terlebih dahulu kalau si bajingan Haris sedang tidak berada di rumah. Sebenarnya Siska ragu kembali ke rumah itu lagi, rumah yang menjadi kenangan buruk untuk dirinya. Shika meyakinkan diri bahwa ia harus menghilangkan rasa traumanya. Dengan mendatangi mertua nya, ia ingin berdamai dengan masa lalu dan membuka lembaran baru kehidupannya.

Diluar dugaan, ibu Romi tidak terima dengan keputusan Shika yang akan menikah lagi. Alasannya? Tentu saja karena gaji Romi. Ketika seorang Tentara gugur atau meninggal dunia, Ahli waris akan menerima uang perawatan jenazah dan gaji bulanan masih tetap mengalir selama si istri masih berstatus janda, tetapi jika si istri menikah lagi, otomatis gaji itu akan dihentikan.

Yuli pun turut mengambil suara. Merasa dirugikan karena selama ini ia dan ketiga anaknya hidup dari gaji Romi juga. Bahkan ketika Shika menyinggung kejadian pelecehan yang dilakukan Haris, mereka bertambah murka dan memukul Shika. Tentu saja mereka lebih percaya Haris bahwa Shika lah yang menggoda duluan.

"Elo tau kan kalau gue sayang banget sama lo?" Nada bicara Siska melembut. "Gue ngga mau elo kenapa-napa. Gue ngga mau elo disakitin sama orang - orang yang udah ngga ada hubungannya lagi sama elo." Airmata Siska mengalir deras, mengingat penderitaan yang Shika alami selama ini.

"Sudah jangan nangis lagi. Gue jadi pengen ikut nangis juga, nanti mata gue bengkak di hari pernikahan gue." Shika memeluk Siska sambil berurai air mata.

"Hey Shi and Sis! Stop menangis, ini hari pernikahan bukan hari berkabung." Mario berjongkok di bawah sofa menatap kedua wanita yang sedang menghapus air mata masing-masing. "Tidak boleh ada air mata lagi hari ini, okey? Cepat bersiap-siap tiga jam lagi akad akan segera dimulai." Ujar Mario yang dijawab anggukan oleh Shika dan Siska.

***

Sehan mematut dirinya didepan cermin dalam kamarnya, merapikan dasi yang terlihat miring, setelan tuxedo yang ia kenakan sangat pas di tubuh tegapnya.

"Kakak." Pintu kamar Sehan terbuka lalu tertutup kembali menandakan ada seseorang yang masuk.

"Aku sudah pernah bilang untuk mengetuk pintu dulu sebelum masuk, dimana sopan santunmu, Wina?" Ujar Sehan memandang perempuan 26 tahun yang duduk di ranjangnya melalui kaca lemari.

"Ini di rumah kak, bukan di kantor." Wina memutar bola matanya, kesal dengan sikap kakaknya yang sangat disiplin.

"Kau tidak ke kantor?"

The Second Marriage (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang