DUA PULUH TUJUH

35.9K 2.6K 77
                                    

Perpustakaan yang di bangun oleh perusahan Sehan terdiri dari tiga lantai. Lantai pertama terdapat lobby, kantin, dan buku anak-anak. Berbagai macam buku bacaan lainnya berada di lantai dua. Sedangkan lantai tiga terdapat beberapa aula dengan ukuran yang berbeda-beda.

Acara pembukaan perpustakaan di mulai pukul delapan dengan agenda sambutan oleh Sehan, kemudian acara pemotongan pita sebagai tanda peresmian. Dilanjutkan dengan acara workshop dan fansign oleh Zacka.

Para petinggi perusahaan, klien, tamu undangan, termasuk Shika sudah duduk di kursi yang telah disediakankan di area lobby yang menjadi tempat acara peresmian berlangsung.

Para tamu undangan yang sudah datang mulai kasak kusuk karena sekarang jarum jam menunjukkan pukul sembilan kurang lima belas menit, yang artinya acara pemotongan pita sudah terlambat dari waktu yang telah dijadwalkan.

"Selamat Pagi para undangan yang terhormat. Kami memohon maaf atas keterlambatan acara ini. Sebentar lagi Pak Sehan akan segera tiba. Beliau baru saja sampai di bandara setelah menempuh perjalanan dari Korea."

Suara Wina yang berdiri di atas podium menginterupsi para tamu undangan yang hadir. Tak terkecuali Shika yang langsung menghembuskan nafas lega mendengar penuturan Wina.

Mengetahui keberadaan Sehan yang sudah tiba di Indonesia, itu berarti suaminya baik-baik saja. Sudah satu minggu semenjak Sehan pergi ke Korea, tapi tak sekalipun ia mengabari Shika. Entah karena sibuk dengan pekerjaan disana atau mungkin sengaja menghindari Shika karena masih salah faham atas kejadian tempo hari.

"Zack. Elo ngga papa?"

"Kenapa emang, Bang?" Tanya Shika kepada Randi yang barusan bertanya.

"Elo pucet. Sakit?" Tanya Randi cemas.

"Ngga kok, Bang. Mungkin karena gugup aja."

"Bismillah dulu. Gue yakin elo bisa." Randi menyemangati.

"Thanks."

"Laki lo lama banget dah. Coba tanya udah nyampe mana?"

"Bentar lagi juga nyampe. Sabar."

Meskipun menyuruh Randi untuk bersabar, nyatanya Shika sendiri tidak bisa melakukan apa yang diucapkan mulutnya. Terbukti dengan keadaannya yg menghentak - hentaknya kaki ke lantai. Demi apapun, Shika ingin segera bertemu dengan Sehan, lalu menjelaskan tentang kesalahfahaman di antara mereka.

Beberapa menit kemudian, Wina kembali membuat pengumuman bahwa Sehan telah tiba dan acara akan segera di mulai.

Shika berdiri dan menoleh ke belakang, tepatnya ke arah pintu masuk. Dadanya bergetar saat seorang lelaki tampan memakai jas hitam memasuki gedung, senyum menawan tersungging di bibirnya saat menyapa dan meminta maaf karena datang terlambat kepada para tamu undangan.

Netra Shika tak pernah lepas memandang suaminya yang semakin mendekat ke arahnya. Shika menfokuskan tatapannya, tubuh Sehan masih tegap seperti biasa, senyum masih menghiasi bibirnya, tapi rasa lelah tidak dapat di sembunyikan oleh mata lelaki itu yang sekarang memiliki lingkaran hitam di bawah matanya. Apa Mas Sehan kurang tidur?

Tiba di hadapan Shika, Sehan menatap lekat mata bening istrinya. Untuk beberapa saat mereka saling pandang. Shika sudah akan mengucapkan sesuatu tapi urung ketika suara Wina kembali menggema memberi pengumuman bahwa acara grand opening Ars Library akan segera dimulai.

Acara pertama yaitu sambutan dari Sehan dan beberapa para pemegang saham. Lalu di lanjutkan dengan pemotongan pita sebagai tanda peresmian bahwa perpustakaan telah di buka untuk umum.

Shika mendapatkan sebuah kehormatan untuk ikut bergabung ke dalam jajaran petinggi untuk melakukan pemotongan pita. Setelah acara sambutan berakhir, Shika melangkah ke depan dan berdiri di sebelah Sehan dan beberapa para pemegang saham yang sudah berjajar sembari memegang pita panjang dan gunting. Lalu bersama-sama mereka menggunting pita tersebut setelah mendapatkan instruksi.

The Second Marriage (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang