DUA PULUH

41.2K 3.4K 43
                                    

Hari selanjutnya Shika kembali ke kantor Sehan untuk melakukan pemotretan untuk keperluan promosi. Ini pertama kalinya bagi Shika melakukan pemotretan dan dia sangat gugup sekarang.

Berbeda dengan kemarin. Hari ini Shika membawa serta Gio ikut bersamanya, Shika tidak bisa meninggalkannya karena bocah berpipi tembam itu akan merengek jika tidak diajak, Shika juga merasa kasihan ke Mak Inah kalau harus mengasuh Gio yang sedang aktif-aktifnya.

Bersyukurlah bocah kecil yang sudah bisa berjalan dengan lancar itu tidak rewel dan banyak yang menjaganya selagi Shika sedang berpose di depan kamera.

***

"Ada kerumunan apa itu?"

Sehan yang sedang berjalan dengan Bagas heran ketika melihat beberapa pegawainya tengah berlarian menghampiri kerumunan.

"Itu..." Bagas menjeda ucapannya, sekretaris Sehan itu merasa tidak enak untuk mengucapkannya. Masa Bos engga tau sih?

"Kenapa?" Tanya Sehan lagi.

"Oh itu, ibu Shika sedang pemotretan Pak," Jawab Bagas.

Sehan menghentikan langkahnya. Ah iya, kemarin Shika sudah bilang akan melakukan pemotretan di kantor. Karena begitu banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan agar weekend ini bisa free dan pergi liburan dengan Gio dan Shika, Sehan jadi melupakan hal-hal kecil.

Sehan berjalan mendekati kerumunan di ikuti oleh Bagas. Ia ingin melihat istrinya saat melakukan photo shot, pasti Shika sangat cantik. Sehan menghentikan langkahnya persis di belakang kerumunan para pegawai, sengaja ia melihat Shika dari kejauhan agar ia tidak merusak konsentrasi istrinya.

"Itu istri si Bos?"

"Iya, Gue denger dia itu penulis Zacka loh."

"Gue kira istri si Bos cewek biasa aja kayak berita-berita yang beredar, ternyata bukan orang sembarangan."

"Serasi ya sama si Bos."

"Cantik dan seksi banget. Gue juga mau kalau nikah sama janda yang bentukannya kayak gitu."

Sehan mengernyit mendengar kalimat terakhir dari pegawai lelaki di depannya. Sehan memandang sekitar ke semua orang yang berkerumun, dan fakta yang ia dapat ialah semua orang sedang mengagumi kecantikan istrinya.

Perasaan tidak nyaman merambat masuk ke hati Sehan. Sehan tau bahwa para pegawainya itu hanya mengungkapkan pujian untuk Shika. Tapi Sehan tidak menyukai miliknya dipandang intens oleh lelaki lain walaupun ada beberapa pegawai wanita juga. Oh ya, salah satu alasan kenapa dia menolak menikah dengan Laura adalah karena wanita itu adalah seorang model. Sehan berani jamin, tidak akan ada seorangpun suami yang mau istrinya dinikmati oleh orang lain walaupun dalam bentuk foto.

"The most wanted Nyonya Zacka Arsyanendra."

Sebuah suara yang sangat Sehan hafal masuk ke gendang telinga pria tampan itu. Sehan melirik ke sebelah kirinya dimana suara berat itu muncul.

"Bagaimana rasanya? Ada rasa panas belum di hati lo ngeliat Shika di puji laki-laki lain?" Lanjut lelaki itu.

"Ngapain disini? Kerjaan udah beres?" Sahut Sehan mengabaikan pertanyaan konyol sahabatnya, Mario.

"Gue enggak asal milih calon istri buat elo. Mungkin semua orang bakal memuji Shika sebagai sosok yang sempurna sekarang. Tapi gue kenal Shika sejak dia SMA, dia punya kekurangan. Dan gue yakin elo bisa menerima kekurangan dia," Kata Mario serius, bahkan tidak mengindahkan pertanyaan bosnya.

Sehan menghadap Mario untuk pertama kalinya setelah lelaki itu datang, merasa penasaran dengan ucapan lelaki bermata sipit itu. "Maksud lo?"

"Gue udah tau kalau Shika adalah Zacka dari awal karirnya. Gue bahkan merahasiakan identitasnya meskipun perusahaan kita sedang nyari-nyari dia, jadi gue ngga akan mengatakannya. Tapi gue yakin, saat lo bener-bener cinta sama Shika, dia pasti akan memberitahu sendiri." Mario tersenyum miring sembari menepuk punggung Sehan pelan.

The Second Marriage (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang