EPILOG

66.3K 3.8K 99
                                    

Pagi-pagi sekali Shika bangun dan bersiap-siap melakukan rutinitasnya sebagai ibu rumah tangga. Mandi, menyiapkan sarapan, membangunkan suami dan anak-anaknya, lalu menyiapkan pakaian untuk mereka di saat mereka sedang mandi.

Hari ini berbeda dengan hari biasanya karena Shika dan Sehan mempunyai acara masing-masing. Dan tentu saja Shika harus menyiapkan keperluan semua anggota keluarganya.

Dan disinilah Shika berada, di ruang keluarga lantai atas sedang duduk sembari menyisir rambut Seshi.

"Kakak, sarapannya sambil duduk ya." Shika berteriak saat dilihatnya Gio berlari-lari sembari memakan rotinya meninggalkan remah-remah roti di setiap langkahnya.

"Iya Mih."

"Mamih, kaos kaki Ayah mana?" Sebuah teriakan dari arah kamar terdengar oleh Shika.

"Ada di laci biasa, Ayah," balas Shika ikut berteriak.

"Ngga ada, Mih."

"Masa ngga ada? Coba dicari lagi, Mamih inget kok udah masukin di dalam situ."

"Ngga ada Mamih Sayang."

"Seshi, Mamih tinggal dulu. Duduk diam disini ya, jangan kemana-mana. Kakak, Mamih minta tolong jagain Adek sebentar ya."

"Iya mih."

Shika menghembuskan nafas pelan lalu beranjak dari tempat duduknya menuju ke dalam kamar. Lalu langsung mencari kaos kaki yang biasanya ia taruh di dalam laci lemari. Ketika sedang mencari, sebuah tangan melingkari perutnya.

"Istirahat dulu. Jangan kecapean." Suara lirih Sehan di sebelah telinga Shika menciptakan hembusan nafas hangat pada leher Shika.

"Kita akan terlambat kalau terus seperti ini, Mas." Meskipun mulutnya menolak, tapi tubuhnya mengatakan lain. Shika memejamkan mata sembari menggenggam tangan suaminya yang di berada di perutnya.

"Aku tidak masalah kalau terlambat."

"Tapi Aku yang keberatan. Ini acara yang sudah lama aku tunggu-tunggu. Jadi kita harus segera bersiap-siap." Shika melepaskan pelukan suaminya lalu mengambil kaos kaki di dalam laci. "Ini kaos kakinya, paduka." Lalu melenggang meninggalkan Sehan.

"Mamih, tadi Adek maem loti. Disyuapin kakak," tutur Gio begitu Shika tiba.

"Oiya? Wah kakak keren. Makasih kakak."

"Syama-syama Mamih."

"Para kesayangan Ayah. Ayah berangkat kerja dulu ya. Honey, Mas berangkat dulu ya. Nanti Mas nyusul ke tempatmu."

"Iya, hati-hati dijalan ya Mas."

"Seshi, Ayah berangkat dulu ya cantik." Sehan mencium kening putrinya lembut.

"Dada Aya."

"Jagoan Ayah. Nanti jangan nyusahin Oma disana ya."

"Iya Ayah."

"Ayah berangkat dulu. Assalamualaikum."

"Dadah Ayah. Waalaikumsalam." jawab Shika dan anak-anak serempak.

Begitu Sehan sudah pergi, Sikha membereskan perlengkapan yang berserahkan.

"Kakak ngga apa-apa main sendiri dulu di rumah oma? Adek nanti ikut Mamih." Tanya Shika ke anak sulungnya.

"Ngga papa Mih, Adek ikut Kakak aja Mih ke lumah Oma."

"Adek masih kecil, kalau nangis nanti ngerepotin Oma. Kakak juga di rumah oma jangan bandel ya."

"Iya Mih. Kakak syuka di lumah oma. Soalnya bisya makan es klim. Yeeeaaaa."

"Pantesan seneng banget mau main ke rumah Oma. Ternyata ada maunya." Ujar Shika yang di balas oleh cengiran Gio.

The Second Marriage (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang