TIGA BELAS

40K 3.6K 96
                                    

"Aku menyerah."

Dua kata yang Sehan dengar dari mulut Shika sontak membuatnya terperanjat. Sehan tidak menyangka bahwa istrinya akan berkata demikian.

"Apa maksudmu, Shika?" Tanya Sehan.

"Walaupun Aku hanya ibu sambung, tapi aku menyayangi Gio seperti anak kandungku sendiri. Aku lelah Mas. Aku capek selalu dipandang sebelah mata. Kamu dan Gio adalah alasanku untuk tetap bertahan. Tapi.."

"Tidak usah berbelit-belit Shika. Aku hanya minta pertanggungjawabanmu tentang Gio!" Selah Sehan murka.

Sehan tidak mengerti maksud ucapan Shika. Ia hanya butuh penjelasan dan pertanggungjawaban dari wanita itu. Sehan mempercayakan Gio padanya, tapi sekarang anaknya terbaring di PICU membuatnya kalut. Dan orang pertama yang terlintas dalam benaknya adalah wanita di hadapannya yang bertugas menjaga Gio.

"Bukan aku yang harus bertanggungjawab, tapi kamu."

"Jangan melimpahkan kesalahanmu kepada orang lain." Desis Sehan.

"Aku tidak bisa melanjutkan hubungan yang seperti ini Mas. Mas sadar atau tidak, musibah yang dialami Gio adalah kesalahanmu. Karena Mas tidak pernah tegas mengambil keputusan yang berhubungan dengan Gio. Kamu memang menyerahkan semua tanggungjawab anakmu kepadaku, tapi kamu seakan lupa kalau neneknya masih turut campur mengasuh Gio dan kau mengizinkan itu."

"Jadi kamu menyalahkan mommy?"

"Aku menyalahkan keputusanmu yang tidak bisa tegas kepada beliau. Kamu selalu menuruti semua keinginan Mommy tanpa berfikir apakah itu baik atau tidak untuk Gio. Seandainya kamu tegas melarang mommy membuat pesta semua ini tidak akan pernah terjadi."

Bagaikan ada palu besar yang menghantam kepala Sehan, semua ucapan Shika seolah menyadarkannya. Sehan memang tidak bisa menolak keputusan Ratna karena ia tidak ingin mengecewakan Maura yang sudah mengorbankan nyawanya demi Gio. Apa itu salah?

"Kau hanya membuat alasan agar tidak disalahkan."

"Kalau begitu salahkan aku sepuas hatimu, lalu kita berpisah." Ucap Shika tegas.

Mendengar kata berpisah membuat darah Sehan mendidih. Kenapa istrinya sangat ngotot ingin berpisah darinya? Apakah dia sudah tidak mencintainya lagi? Atau Shika sudah punya pria idaman lain? Memikirkan istrinya punya orang lain di hatinya membuatnya teringat dengan nama Ridwan, nama seseorang yang setiap bulan selalu dikirimkan uang oleh Shika memakai ATMnya.

"Kalau kita berpis.."

Sehan menarik leher Shika lalu membungkam mulut wanita itu dengan bibirnya. Ia memagut bibir Shika dengan kasar, untuk memberi pelajaran pada istrinya yang berbicara hal yang tidak masuk akal. Berani-beraninya dia meminta cerai dan memilih pria lain disaat hati Sehan terasa sesak karena menahan rindu selama dua hari kemarin.

Shika berusaha memberontak dengan memukul-mukul dada Sehan, tapi Sehan semakin menarik tengkuk Shika untuk memperdalam ciumannya. Sehan ingin meluapkan rasa frustasinya, ia tau bahwa tindakannya salah langsung menuduh istrinya tanpa bertanya terlebih dahulu apa yang sebenarnya terjadi dan tidak menyangka kalau Shika malah ingin berpisah darinya.

Pagutan Sehan melembut saat Shika berhenti memberontak. Beruntung mereka berada di parkiran basement gedung rumah sakit sehingga tidak banyak yang berlalu lalang disekitarnya. Sehan melepaskan tautan bibirnya, lalu menghirup oksigen sebanyak-banyaknya.

"Aku anggap kau tidak pernah berkata tentang perpisahan. Dan jangan pernah membahas tentang itu lagi." Ucap Sehan lirih.

"Keputusanku sudah bulat. Kita berpisah dan kau bisa menikah dengan Laura atau wanita manapun yang bisa mengurus Gio yang sesuai dengan kriteria neneknya."

The Second Marriage (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang