29 - Torn.

21 4 0
                                    

Saat itu musim dingin tiba. Angin berhembus lebih dingin dari hari sebelumnya hingga membuat siapapun yang ketika berbicara akan mengeluarkan kepulan asap dari bibirnya. Pakaian hangat senantiasa dirapatkan dengan tubuh semata - mata agar tubuh tetap merasa hangat, selain dengan bantuan minuman hangat atau hotpack. Anak - anak tampak riang bermain salju di depan halaman rumah masing - masing, membuat manusia salju dan berlarian mengejar satu sama lain dengan sebuah tawa menghiasi mereka. Para orang dewasa lebih memilih untuk berada di dalam rumah, duduk di depan perapian dengan secangkir cokelat panas yang mampu menghangatkan tubuh. Musim dingin saat itu jauh lebih dingin dari tahun sebelumnya.

Hawa dingin yang menusuk tak mampu Kim Ara rasakan ketika bertemu dengan sosok pria dihadapannya-- Kim Seokjin, kekasihnya. Hawa dingin tak mampu Ara rasakan bukan karena kehangatan yang diberikan oleh Seokjin padanya seperti biasanya. Kali ini semuanya berbeda semenjak beberapa saat lalu ketika pertengkaran kesekian kali mereka dimulai. Sebagai sepasang kekasih yang telah menjalin hubungan bukan hanya sekedar hitungan bulan atau genap satu tahun, ini bukanlah pertengkaran pertama mereka dan ini bukan pertama kalinya bagi mereka untuk menghadapi satu sama lain dengan emosi yang bersarang pada diri masing - masing.

Ara mengusap wajahnya dengan kasar, enggan untuk menatap Seokjin yang masih setia berdiri tak jauh darinya. Begitu juga dengan Seokjin yang mulai frustasi dengan pertengkaran mereka yang tak kunjung menemui titik akhir. Apa yang membuat keduanya bertengkar sempat mereka bahas beberapa hari sebelumnya, namun Ara yang kebetulan cukup keras kepala enggan untuk membahas permasalahan tersebut jika tak bertemu langsung dengan Seokjin. Sedangkan Seokjin juga merasa berat ketika harus membahas hal tersebut secara langsung dengan Ara mengingat akhir dari pembahasan tersebut selalu pertengkaran.

Kakek dari Seokjin memiliki wasiat tentang sebuah perjanjian beliau dengan salah satu teman dekatnya. Seokjin akan dijodohkan dengan anak dari teman dekat Kakeknya tersebut. Bukan hanya Seokjin yang terkejut, melainkan kedua orang tua Seokjin pun merasakan hal yang sama. Pasalnya kedua orang tua Seokjin mengetahui wasiat tersebut dua minggu sebelumnya. Kedua orang tua Seokjin tahu betul bahwa anaknya telah memiliki seorang kekasih yang cantik dan amat mencintai Seokjin, dan mereka masih mengusahakan sesuatu supaya perjodohan tersebut dibatalkan. Bagaimanapun juga kedua orang tua Seokjin tak akan merenggut kebahagiaan anaknya dengan sebuah perjodohan konyol diatas surat wasiat. Melakukan sebuah perjodohan bukanlah tradisi keluarga Seokjin.

Seokjin berusaha untuk terus terang pada Ara dan meyakinkan gadisnya untuk tak perlu merasa khawatir soal perjodohan konyol tersebut. Seokjin dan kedua orang tuanya bahkan enggan untuk menyetujui hal tersebut mengingat Seokjin telah memiliki niat yang lain dihatinya, yaitu menikahi Ara. Hanya saja Ara terlalu cemburu buta dan merasa sangat cemas setelah mendengar soal perjodohan tersebut dari bibir kekasihnya sendiri.

"Sayang, kau tak perlu cemas. Bahkan kedua orang tuaku tak ingin perjodohan itu dilaksanakan. Aku akan terus bersamamu apapun keadaannya."

Kalimat itu tak pernah Seokjin berhenti katakan semenjak setengah jam yang lalu ketika pertengkaran mulai memanas. Seokjin tahu bahwa Ara hanya merasa takut jika suatu saat dirinya memang menikah dengan anak dari teman dekat Kakeknya. Hanya saja Seokjin yakin bahwa hal tersebut tak akan pernah terjadi sampai kapanpun dan jika hal itu memang benar terjadi, Seokjin akan menolak dengan keras demi cintanya pada sosok Ara.

"Kau memintaku untuk tak cemas ketika aku tahu bahwa kekasihku hendak dijodohkan dengan gadis lain? Katakan bagaimana bisa aku tak cemas, Seokjin?" Kini suara Ara terdengar seperti seseorang yang sudah berada diujung nasib, frustasi setengah mati.

Seokjin menarik nafas dan menghembuskan dengan perlahan. Kedua kaki panjangnya mulai melangkah mendekat kearah Ara dan berlutut dihadapan gadis tersebut. Digenggamnya tangan cantik gadisnya dan ia kecup berulang kali, berusaha untuk menenangkan emosi apapun yang ada didalam diri gadisnya. Ini bukan pertama kalinya Seokjin menghadapi gadisnya yang sedang marah dan Seokjin tahu ia harus mengalah untuk melakukan sesuatu. Ara adalah gadis yang keras kepala, namun Seokjin tak pernah mengeluh soal itu dan memilih untuk selalu mengalah demi hubungan mereka.

THAT WINTER✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang