Suasana kedai kopi yang hangat ditambah aroma kopi yang semerbak menjadi penenang tersendiri bagi Kim Ara. Sejujurnya gadis bersurai hitam tersebut bukan seorang penikmati kopi. Ia lebih suka menikmati secangkir cokelat panas di saat musim dingin seperti ini. Maka dari itu, secangkir cokelat panas telah berada diatas meja untuk menemaninya kali ini.
Ara mengambil cangkirnya dan meniup minuman panasnya sehingga kepulan asap dapat terlihat diatas cangkir yang ia genggam. Dengan perlahan ia meneguk minumannya dan mengeratkan genggamannya pada cangkir agar tangannya merasakan sedikit kehangatan. Musim dingin tahun ini jauh lebih dingin dari tahun sebelumnya, namun suasana kedai ini masih selalu ramai oleh para pengunjung yang mampir hanya untuk sekedar menghangatkan diri.
Ara kembali menaruh cangkirnya keatas meja dan mengalihkan pandangannya kearah seorang pria bermata sipit yang duduk dihadapannya saat ini. Pria yang sudah berstatus menjadi sahabat dekatnya sejak bertahun - tahun yang lalu. Pria yang selalu ia jadikan sebagai tempat untuk bersandar setelah merasa lelah dengan kehidupan yang ia jalani. Pria bersurai cokelat, bermata sipit, memiliki bibir yang lebih tebal dari pada Ara— Park Jimin.
"Jadi, apa yang membuatmu ingin bertemu denganku?" Tanya Ara memulai percakapan diantara mereka berdua yang sudah menghabiskan waktu hampir sepuluh menit hanya untuk saling berdiam diri.
"Apakah aku salah jika aku ingin bertemu dengan sahabatku?" Ara hanya bisa tertawa kecil setelah melihat ekspresi kesal yang diberikan oleh Jimin.
Jimin adalah pria yang sudah mengenalnya sangat lama, hampir belasan tahun yang lalu. Jimin juga merupakan seseorang yang menyaksikan perjalanan kehidupan Ara dulu. Ara seringkali menemui Jimin hanya untuk sekedar berkeluh kesah jika permasalahan yang sedang ia hadapi tak bisa ia curahkan pada Seokjin. Sebenarnya ada satu pria lagi yang menjadi sahabatnya selain Jimin, sayangnya pria tersebut sangat sibuk.
"Bagaimana keadaan Ayahmu?" Tanya Jimin mulai mencari sebuah topik pembicaraan.
"Masih sama seperti sebelumnya. Belum ada perubahan yang baik."
Jimin mengangguk mengerti. Sebenarnya tanpa bertanya pun ia akan tahu bagaimana kondisi Tuan Kim melalui Tuan Choi. Jangan salah, Jimin juga sangat dekat hubungannya dengan Tuan Choi sehingga ia bisa memantau apapun yang berkaitan dengan Ara melalui pria tua tersebut. Jimin melakukan semua ini hanya karena ia merasa bertanggung jawab atas apa yang menimpa Ara mengingat gadis tersebut sudah tak memiliki siapapun lagi untuk ia jadikan sandaran.
"Dari berita yang kudengar, kau akan menggantikan posisi Ayahmu dalam memimpin perusahaan?"
Ara mengangguk, "Aku berniat untuk menggantikan posisi Ayah karena aku tak bisa terus bergantung pada Namjoon yang masih belum bisa ditemukan. Aku belum memberitahunya melalui media tetapi rupanya media sudah terlebih dulu berasumsi demikian."
"Kau tahu, pihak media sangat pintar dalam mencari sebuah informasi atau membuat asumsi." Ara kembali mengangguk, menyetujui ucapan Jimin mengenai pihak media yang pintar dalam membuat asumsi.
"Aku tak tahu harus melakukan apa untuk saat ini selain menggantikan posisi Ayah dalam memimpin perusahaan. Sebenarnya aku ingin fokus pada kesehatan Ayahku dan fokus untuk mencari Ibu beserta Namjoon. Namun waktuku tak sebanyak itu."
Jimin tahu betul bahwa Ara seringkali merasa frustasi karena kepergian Ibu beserta Kakak lelakinya setelah perceraian kedua orang tuanya. Jimin selalu meminta pada Tuan Choi untuk memantau kondisi Ara karena ia hanya takut jika sahabatnya itu melakukal hal yang diluar logika jika terlalu terbebani.
Jimin tak ingin kehilangan Ara dan Jimin sangat peduli pada Ara.
"Sebaiknya kau fokus pada perusahaanmu dan biarkan Tuan Choi yang mengurus pencarian Ibu serta Namjoon." Ujar Jimin yang dibalas oleh anggukan kepala dari Ara.
KAMU SEDANG MEMBACA
THAT WINTER✔️
Fanfic"Aku tak pernah bercanda dengan kalimatku. Aku akan menikahimu secepatnya dan musim dingin adalah pilihanku." Kim Ara tak pernah menyangka bahwa kalimat itu akan terucap dari bibir manis milik Kim Taehyung. [M] -prettyprasetya.