Tumpukan dokumen merupakan pemandangan biasa bagi Kim Ara yang kini sudah resmi menjadi penerus perusahaan keluarganya. Baik tangan maupun matanya tak berhenti bekerja untuk memberi tanda tangan atau memeriksa dokumen yang memang harus ia periksa. Sudah melewati jam makan siang, namun gadis tersebut masih enggan untuk pergi dari ruangannya padahal ia belum mengisi perutnya sejak pagi tadi. Fokusnya saat ini hanya pada dokumen - dokumen yang akan ia selesaikan hari ini juga supaya ia mendapatkan sedikit waktu luang nantinya. Lagipula malam nanti ia berniat untuk mengunjungi rumah Ibunya karena sudah hampir satu minggu ini ia tak bertemu dengan Ibunya.
Kedua alisnya akan menyatu jika ia sedang fokus pada sesuatu yang sedang ia kerjakan. Kemudian tangannya mulai memberikan sebuah tanda tangan diatas kertas putih yang sudah ia periksa isinya. Kepalanya mulai terasa pusing dan ia pun memijit pangkal hidungnya dengan pelan. Menjadi seorang pemimpin perusahaan di usia muda rupanya bukan hal yang mudah untuk dilakukan, terlebih ia adalah seorang gadis yang seharusnya masih memiliki banyak impian untuk diraih. Namun ia tak akan menyerah begitu saja karena perusahaan yang ia pimpin sekarang adalah perusahaan miliknya sendiri.
Ara mengangkat kepalanya saat mendengar suara ketukan pintu beberapa kali. Ia mencoba untuk menebak siapa yang datang kali ini karena seingatnya ia tak memiliki janji pertemuan apapun dengan siapapun. Tuan Choi pun tak memberitahu apapun sebelumnya. Belum sempat ia menyuruh seseorang diluar sana untuk masuk, seorang pria muncul terlebih dulu dengan pakaian kantornya yang masih lengkap.
Park Jimin dengan senyuman manisnya datang sambil membawa sebuah plastik yang entah berisi apa. Bukan hal yang mengejutkan lagi bagi Kim Ara untuk melihat Jimin yang masuk seenaknya ke dalam ruangannya tanpa ada perintah apapun terlebih dulu— berbeda jauh dengan Yoongi yang akan menunggu perintah darinya. Bahkan belum sempat Ara menyuruh pria tersebut untuk duduk, Jimin telah mendaratkan tubuhnya diatas sofa panjang dengan begitu santainya.
"Ada tujuan apa kau datang kemari?" Tanya Ara tanpa berbasa - basi terlebih dulu pada Jimin mengingat mereka sudah saling mengenal sangat lama.
"Tuan Choi memberitahuku bahwa kau belum keluar dari ruanganmu untuk makan siang. Kemarilah. Aku membawakan makanan kesukaanmu." Jimin menepuk sisi sampingnya, memberi tanda pada Ara untuk duduk disana.
Ara tersenyum tipis dan mulai bangkit dari kursi kebanggaannya untuk berpindah ke sofa, tepat disebelah Jimin yang sedang membuka sebuah kotak berisikan beberapa potong ayam yang masih panas dan cukup menggoda perutnya. Bahkan Ara baru merasa lapar setelah mencium aroma makanan. Jimin menaruh kotak ayam tersebut ke hadapan Ara sekaligus membuka kaleng soda dingin yang sudah dibeli sebelumnya. Jimin tak mungkin membiarkan Ara mati karena tidak minum setelah makan.
"Terima kasih, Jimin." Ujar Ara berterima kasih pada Jimin yang langsung dibalas anggukan kepala serta senyuman manis oleh sahabatnya itu.
Ara segera mengambil satu potong ayam dan memakannya dengan pelan. Jimin hanya ikut memperhatikannya tanpa berniat untuk ikut makan dan menghabiskannya bersama. Beberapa hari ini Jimin sulit mengunjungi Ara mengingat kesibukan mereka berdua yang sama - sama padat sehingga tak memiliki waktu luang sedikit pun. Begitu juga dengan Yoongi yang jauh lebih sibuk dari mereka berdua.
"Mengapa hanya aku yang makan?" Tanya Ara setelah menyadari bahwa sejak tadi Jimin hanya diam memperhatikannya sedang makan.
"Aku sudah makan sebelum kemari. Lagipula aku membelikannya untukmu, jadi kau yang harus menghabiskannya." Ara hanya mengangkat kedua bahunya acuh dan kembali menikmati ayamnya yang masih panas. Bekerja tanpa henti ternyata membuatnya kelaparan.
Sebenarnya Ara cukup merindukan masa dimana ia selalu menghabiskan waktu bersama Jimin dan Yoongi. Kedua pria itu adalah sahabatnya sejak lama dan melihat kenyataan bahwa masing - masing mereka sudah sangat sibuk membuatnya cukup sedih karena mereka tak bisa lagi sering berkumpul seperti dulu. Tetapi Ara pun sadar bahwa usia mereka semakin bertambah dan mereka memiliki pekerjaan masing - masing yang akan menyita waktu mereka. Sekarang sudah bukan saatnya bagi mereka untuk bermain, melainkan fokus pada kehidupan sekarang dan mempersiapkan masa depan nantinya. Ditambah Jimin dan Yoongi adalah seorang pria yang harus lebih bekerja keras demi menghidupi keluarganya nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
THAT WINTER✔️
Fanfic"Aku tak pernah bercanda dengan kalimatku. Aku akan menikahimu secepatnya dan musim dingin adalah pilihanku." Kim Ara tak pernah menyangka bahwa kalimat itu akan terucap dari bibir manis milik Kim Taehyung. [M] -prettyprasetya.