14 - Same Feeling, Same Girl.

32 5 0
                                    

Kedua manik indah milik Ara hanya bisa memandang kosong kearah halaman rumahnya yang tertutup oleh salju dengan sempurna. Sudah ke sekian kalinya ia menghela nafas panjang hingga kepulan asap tampak keluar dari bibirnya. Banyak hal yang sedang bersarang di dalam kepalanya saat ini, namun ia masih belum tahu bagaimana cara menyelesaikan semuanya. Semakin ia memikirkannya, maka semuanya semakin rumit.

Kim Seokjin kembali datang menghampiri Ara melalui mimpi gadis tersebut semalam. Perasaan Ara sangat kacau setiap kali ia bermimpi tentang pria yang amat ia cintai tersebut. Meskipun kejadian yang menimpa Seokjin sudah berlangsung tiga tahun yang lalu, namun Ara masih enggan untuk melupakan setiap detail kejadiannya yang berakhir membuat perasaannya kacau dan gelisah. Bahkan ia sendiri tak tahu akan sampai kapan ia terus seperti ini?

Perhatiannya teralihkan ketika sebuah mobil pengangkut datang membawa pohon natal yang telah Ara pesan beberapa hari sebelumnya. Tanpa diberi perintah, Tuan Choi langsung menghampiri petugas yang mengantar dan mempersilahkan mereka untuk masuk sambil membawa pohon natal tersebut.

"Nona Kim." Panggil Tuan Choi yang sudah berdiri tak jauh dari posisi Ara saat ini.

"Tempatkan pohonnya di ruang tengah dekat perapian. Bisakah Tuan Choi mengurus semuanya? Aku harus pergi ke suatu tempat."

"Saya akan mengantar anda." Ara segera menggelengkan kepalanya dan tersenyum pada Tuan Choi.

"Tidak perlu. Aku akan mengemudi sendiri." Jawab Ara dengan lembut untuk meyakinkan Tuan Choi.

Pada akhirnya Tuan Choi hanya bisa menganggukkan kepala untuk menuruti apa kemauan Nona Mudanya meskipun terselip rasa khawatir karena melihat ekspresi gadis muda tersebut. Ara segera memakai coat panjangnya dan mengambil kunci mobil yang sudah ia siapkan sebelumnya. Ia harus pergi ke suatu tempat sekarang.

Ara mulai menjalankan mobilnya dengan kecepatan normal. Hatinya merasa sangat tak tenang sejak semalam karena nama Seokjin selalu berputar di kepalanya sampai saat ini. Jika sedang seperti ini, Ara akan selalu beranggapan bahwa Seokjin sedang merindukannya dan ia harus datang menemui Seokjin. Maka sekarang, ia sedang dalam perjalanan menuju ke tempat dimana ia bisa bertemu dengan Seokjin yang sudah tiada.

Setelah menghabiskan waktu selama bermenit - menit di perjalanan, Ara menghentikan mobilnya tepat di sebuah ladang rumput yang memiliki bukit di sisi lain. Lantas ia segera keluar dari mobil dan merapatkan pakaiannya ketika angin berhembus dengan kencang menerpa kulit serta rambut panjangnya. Kedua kakinya mulai melangkah dengan perlahan agar tak tergelincir karena salju turut menutupi ladang rumput ini.

Ara menghembuskan nafas panjang dan tersenyum saat melihat apa yang harus ia temui sekarang. Kakinya mulai melangkah mendekat kearah batu nisan yang letaknya bersebelahan dengan pohon yang berukuran cukup besar. Perlahan perasaannya mulai merasa tenang saat berdiri disana. Kepalanya menunduk untuk melihat batu nisan yang ada disana, kemudian senyumannya mengembang.

"Kau merindukanku?"

Tak ada jawaban apapun yang bisa Ara dengar saat ini selain hanya suara angin yang sedang berhembus. Ia hanya bisa merasakan hawa dingin tanpa merasakan hembusan nafas hangat milik Seokjin ketika pria tersebut selalu mendekapnya dari belakang. Semua itu hanya bisa Ara simpan didalam memorinya tanpa bisa merasakannya lagi, sampai kapanpun.

"Aku juga sedang ingin bercerita tentang sesuatu padamu. Tetapi aku takut jika aku menyakiti hatimu setelah kau mendengarnya."

Selama ini hanya Seokjin lah yang selalu ia jadikan sebagai tempat untuk bercerita selain Jimin dan Yoongi. Bercerita dengan Seokjin tak akan membuatnya kesal karena Seokjin hanya akan selalu mendengarkannya tanpa berkomentar apapun. Berbeda dengan Jimin atau Yoongi yang akan berkomentar ini dan itu padanya setiap kali ia mulai bercerita tentang sesuatu.

THAT WINTER✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang