2

7.3K 565 11
                                    

.

.

.

Entah sudah berapa lama Ana merenung menatap sebuah kartu nama digenggamannya, sang ibu juga adiknya sedang keluar untuk membeli makanan sedang Ana bertugas untuk menjaga sang ayah diruang rawatnya.

"Apa aku harus melakukan ini ayah ?"
Ucapnya seraya memandang wajah teduh milik sang ayah.

"Aku ingin ayah sembuh"
Ucapnya lagi kemudian mencium tangan sang ayah.

"Ayah, aku tahu jika ayah dan ibu mengetahui hal ini, kalian pasti tidak akan menyetujuinya, tapi aku ingin ayah sembuh setidaknya untuk melihat aku dan juga Ahra menikah, ayah pernah berjanji bukan bahwa ayah akan menjadi wali saat aku menikah, maka tepatilah janji ayah"
Ucapnya, tak terasa air mata yang sudah menggenang itu jatuh.

"Ana ingin ayah merestui Ana"
Ucapnya dalam isakan tanpa melepaskan ciuman pada punggung tangan sang ayah.

.

.

.

Pagi menjelang, hari ini Ana harus mengantar sang adik menuju sekolah, Ahra sendiri pada awalnya menolak untuk sekolah namun dengan nasihat Ana yang sudah seperti ibu ibu pada akhirnya Ahra menyerah dan mau untuk masuk sekolah walau dengan syarat tertentu.

"Kak, pulang nanti Ahra ingin menemui ayah, kakak berjanji akan menemani Ahra menemui ayah kan ?"
Ana hanya mengangguk disela sela kegiatannya membersihkan piring yang telah ia dan sang adik gunakan. Sebenarnya semalam Ana juga Ahra ingin menginap dirumah sakit namu sang ibu melarangnya dengan alasan nanti kedua putrinya juga akan sakit lagipula tidak baik jika keduanya harus menginap dirumah sakit.
Alasan yang sangat kuno bukan ? Bahkan kedua putrinya itu sudah mengerti namun perintah adalah perintah yang tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun.

"Kakak janji, kakak akan menjemputmu saat kau pulang nanti"
Ahra tersenyum senang, walau gadis itu kini sudah duduk di kelas satu SMA tapi perilakunya bahkan masih sangat manja dan kekanakan.

"Janji ?"
Ucap Ahra seraya mengacungkan jari kelingking nya. Ana yang melihat ini hanya bisa mengikuti kemauan sang adik.

"Janji, sekarang ayo kita berangkat"
Ucap Ana lalu keduanya pergi berangkat dengan aktivitasnya masing masing.

.

.

.

Hujan mendominasi kota sore itu namun langkahnya tak pernah berhenti, berharap seseorang yang ingin dia temui ada ditempatnya.

Berdiri didepan sebuah gedung dengan dua puluh lantai Ana melihat kembali kartu nama itu, setelah mengantar sang adik kerumah sakit kini Ana akan menemui seseorang yang ditemuinya kemarin.

"Sepertinya benar"
Monolognya lalu mengeratkan genggamannya pada payung yang ia bawa.
Melangkah menuju sebuah gerbang yang terdapat dua orang security disana.

"Permisi pak"
Ucapnya pada salah satu security.

"Apa benar ini Jeon Corporation ?"
Tanyanya lagi, yang ditanya kemudian mengangguk mantap.

"Iya nona, ini Jeon Corporation, apa ada yang bisa saya bantu ?"

Ana sekilas melihat kearah gedung mewah itu. Mengalihkan pandangannya kembali Ana kemudian menatap security itu lagi.
"Ah iya, kemarin saya bertemu dengan seseorang dia mengatakan bahwa aku harus datang kemari"
Ucap Ana kembali lalu menyodorkan sebuah kartu nama yang ia pegang.

Melihat kartu nama yang dibawa dengan segera security itu mempersilahkan masuk lalu membawa Ana menuju seorang resepsionis disana.

"Nona ini ingin bertemu dengan manajer "
Ucap security itu kemudian pergi setelah memberitahu resepsionis disana.

Ana [Jjk-BTS] // ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang