34

4.3K 381 10
                                    

.

.

.

"Maaf Tuan, laporan anda belum bisa kami proses, mengingat ini baru beberapa jam setelah kejadian, dan kami akan memprosesnya kembali setelah 2x24 jam "

"Sial, apakah begitu sikap pengabdi masyarakat kepada masyarakatnya ? Bahkan mereka tidak peduli jika putraku mungkin dalam bahaya saat ini"

Jungkook memukul cermin didepannya, dia bahkan tidak peduli jika pecahan cermin itu bisa melukai tangannya. Menatap dirinya lewat pantulan cermin yang telah retak lantas tersenyum miris saat dirinya merasa telah menjadi ayah yang gagal untuk putranya. Dibelakang sana ada Ana yang masih terisak karena kehilangan Ji Hyun ditambah dengan kalimat pedas yang beberapa menit lalu Jungkook katakan.

Memangnya kenapa kalau dia sudah gagal menjadi ibu yang baik bagi Ji Hyun ?

Toh selama ini Ana memang tak pernah dianggapnya sebagai istri ataupun ibu dari Ji Hyun bukan, Ana hanya seseorang yang ditugaskan merawat putranya, bukankah begitu ?

Memandang gadis berhijab dibelakang sana terisak sedikit banyak membuat Jungkook merasa bersalah karena telah memakinya bahkan dihadapan para pelayannya. Jungkook menegakkan tubuhnya lantas berbalik memandang presensi Ana secara langsung. Gadis itu bahkan sangat sedih melebihi dirinya lantas bagaimana jika dia benar benar akan pergi meninggalkan Ji Hyun. Apakah Ana bisa melakukannya ?.

"Maafkan aku"
Ucap Jungkook lemah sedang tangannya menyentuh puncak kepala Ana, ya seharusnya inilah yang dilakukan Jungkook, tapi entah mengapa kemarahan selalu saja membutakan akal dan fikiran setiap orang bahkan seorang Jeon Jungkook yang terbiasa berjibaku dengan para investor yang terkadang membuat darah mendidih karena ketidaksetujuannya dalam beberapa hal.

Ana sendiri masih menunduk dirinya sangat takut menghadapai Jungkook, bagaimanapun Jungkook begitu menyeramkan ketika marah dan ia tidak tahu dimana letak kesalahannya hingga Jungkook berkata sedemikian menyakitkan.

"Maafkan aku"
Jungkook berjongkok guna melihat wajah Ana yang menunduk, dia hanya tidak ingin jika Ana kembali menjauh darinya seperti yang ia lakukan saat diawal mengandung Ji Hyun. Sejujurnya pada saat itu Jungkook merasa sangat kasihan terhadap Ana, setiap pagi dirinya bahkan tidak sarapan dan hanya memakan sepotong roti selai dan segelas susu karena morning sickness nya. Pasti saat itu sangat menyiksa bagi Ana tapi dia tetap menjalaninya dengan penuh kesabaran. Dan tidak mungkin jika dia sengaja meninggalkan Ji Hyun mengingat semua pengorbanan yang Ana berikan untuk putranya itu.

Ana sendiri mengusap kedua pipinya lantas beralih melihat tangan Jungkook yang penuh luka, bahkan darah mulai keluar dari beberapa luka itu, bagaimana bisa Jungkook bahkan tak merasakannya ?

"Kau terluka"
Ana menatap manik pria didepannya lantas menoleh mengedarkan pandangannya mencari sebuah kotak yang akan selalu menjadi penyelamat siapa saja.

"Tunggulah sebentar, aku akan mengobatimu"

Jungkook menurut lantas duduk disofa tepat disebelah dimana Ana beberapa detik lalu duduk. Menatap punggung sempit gadis berhijab yang sedang sibuk membuka satu persatu nakas lalu membungkuk ketika berhasil menemukan kotak itu dinakas paling bawah.

Duduk kembali ditempatnya Ana hanya sedikit memberi jeda untuk meletakkan kotak itu ditengah diantara mereka.
Meraih tangan besar jungkook lantas membersikan lukanya terlebih dahulu menggunakan cairan antiseptik dan mengobatinya lantas melilitkan perbannya dengan hati hati, bahkan tak ada respon apapun dari sang pemilik tangan, Ana bahkan berfikir mungkin saja memang tidak sakit.

Sedang Jungkook yang kini sedang melihat bagaimana telatennya seorang Ana mengobati dirinya hanya bisa menggingit bibir saat Ana tanpa sengaja menekan lukanya cukup keras, bahkan gadis itu tak menoleh sedikitpun guna memeriksa ekspresi Jungkook saat ini, gadis itu terlalu fokus.

Ana [Jjk-BTS] // ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang