20

4.8K 399 15
                                    

.

.

.

"Jung"

"Hmm"

"Jika nantinya aku yang pergi dulu, apa kau akan tetap mencintaiku ?"

"Kau ini bicara apa ? Sudahlah, kau akan tetap bersamaku, mempunyai seorang putra dan putri lalu kita akan melihat mereka sekolah, bekerja lalu menikah, dan kita akan menikmati usia senja kita bersama"
Jungkook berucap tanpa melepas pelukannya dari Nayeon, tangannya yang sibuk mengelus lembut rambut Nayeon dan hidungnya yang sibuk menghirup aroma gadis yang kini sedang bersandar didadanya.

"Kau percaya akan adanya takdir kan Jung ?"
Tanya Nayeon setelah sebelumnya bangkit dan menatap serius Jungkook. Pria dengan kaos putih polos itu lantas mengangguk ragu, entah mengapa hanya saja pembicaraan ini seperti sudah lebih dari serius, tapi sungguh Jungkook bahkan tak menginginkan hal ini.
Tersenyum lembut Nayeon lantas mengusap lembut punggung tangan prianya.

"Aku hanya ingin kau berjanji"

Jungkook mengeryit sedang satu tangannya digenggam oleh dua tangan kecil Nayeon.

"Berjanjilah untuk tidak melupakanku walau nantinya aku sudah tiada"

Jungkook sendiri seketika menarik tangannya lantas mendecak kesal saat mendengar perkataan dari Nayeon, sedang gadis itu hanya terkekeh pelan mendapati ekspresi kesal Jungkook. Bagi Jungkook ini bukanlah hal hal yang pantas untuk menjadi bahan candaan, sungguh jika saja Jungkook ingin dia bisa saja marah pada gadis itu. Apa Nayeon tidak tahu bagaimana perasaan pria itu saat semua itu terjadi ?.

"Aku hanya bercanda kook ah"

Jungkook tak berniat membalas ucapan itu, dia masih kesal karena ucapan Nayeon.

"Jangan pernah mengatakan hal itu lagi"
Ucap Jungkook lantas setelahnya mendapat pelukan hangat dari Nayeon.

.

"Tidakkah kau berfikir, seharusnya saat itu kau katakan saja hal yang baik"

Jungkook menatap dalam foto seorang gadis dengan gaun berwarna putih yang sedang tersenyum itu. Lantas melihat kearah jendela yang mana disana ada Ana yang sedang menyiram tanaman dihalaman belakang. Setiap kamar dirumah itu memang memilki view yang sama yaitu halaman belakang rumah yang memang sudah dibentuk sedemikian rupa oleh Jungkook, namun nyatanya kehadiran Ana sedikit banyak telah memberi warna pada taman yang memang sudah asri itu, terlihat dibeberapa titik taman kini memiliki beberapa warna tambahan karena bunga yang sengaja Ana tanam disana.
Rupanya Nayeon dan Ana memang memiliki kesamaan yaitu suka dengan bunga, namun perbedaan pada keduanya adalah Nayeon memiliki alergi pada serbuk sari, jadi mau tak mau Nayeon hanya mampu mengoleksi beberapa tanaman hijau.

Melihat gerak gerik Ana dari kejauhan sedikit banyak membuat Jungkook berfikir, seharusnya dia memang tidak melibatkan Ana dalam hal ini, menjadikannya seorang istri dan seorang ibu rahim bagi anaknya memang adalah hal yang paling kejam, tidak ada seorang wanita pun yang akan melakukan hal itu bukan ?
Seketika dirinya teringat dengan kalimat yang Ana ucapkan beberapa hari lalu.

"aku tidak akan menjual anakku "
Sebuah kalimat yang beberapa hari ini mengacaukan fikirannya, tentu saja Jungkook khawatir jika nantinya Ana tidak bisa merelakan anaknya.

"Apa aku terlalu kejam Nayeon ah ?"
Tanyanya, Jungkook lantas memejam dan membuang nafas kasar setelahnya, namun saat maniknya kembali terbuka dilihatnya Ana yang kini sedang membereskan beberapa pot itu seketika menghentikan kegiatannya, sedang tangannya beralih memegang perutnya, wajahnya meringis kesakitan. Jungkook yang melihat ini seketika menaruh figura berisi foto Nayeon diatas meja kemudian dengan langkah cepat pria itu turun dan menemui Ana yang kini sedang bersusah payah berjalan untuk menuju kesebuah kursi.

"Ada apa ?"
Ana menggeleng kuat, gadis itu tidak tahu apa yang terjadi, hanya saja entah mengapa tiba tiba dia merasakan sakit pada perutnya.

"Lebih baik kita kerumah sakit"
Jungkook berucap setelahnya membawa Ana menuju mobilnya.

Pria itu sejak lima menit lalu hanya berjalan kesana kemari, entah perasaannya begitu khawatir akan keadaan anaknya, atau mungkin keadaan gadis itu, yang jelas Jungkook ingin keduanya baik baik saja, setidaknya dia masih bertanggung jawab atas Ana bukan.

Hingga saat pintu putih itu terbuka Jungkook dengan cepat menghampiri Seokjin dan seorang dokter lainnya yang membantu.
"Bagaimana hyung ?"

Seokjin sempat melirik dokter itu sekilas lantas kembali menatap presensi pria didepannya, menghela nafas setelahnya menunduk.
"Kandungannya sangat lemah kook, aku tidak yakin dia bisa melewatinya"

Bagai dihantam batu besar, Jungkook seketika terdiam ditempatnya, selama ini Ana terlihat baik baik saja, bahkan dia telah memeriksa keadaan gadis itu yang memang adalah salah satu persyaratan yang harus Ana penuhi saat akan terikat perjanjian.

"Tapi kau jangan khawatir, aku akan berusaha keras untuk menolongnya"
Seokjin lantas menepuk pundak pria dihadapannya pelan kemudian memilih untuk pergi meninggalkan Jungkook yang masih terdiam menatap pintu putih dihadapannya.

"Nayeon ah, aku harus bagaimana ?"
Jungkook lantas mulai melangkah membuka pintu putih itu perlahan, dapat dilihat disana seorang gadis berhijab yang sedang terbaring lemah sedang satu tangannya tertancap selang infus. Dia bingung sungguh, bagaimana jika yang diucapkan Seokjin terjadi, apa mungkin dia bisa menerima kenyataan itu.

Duduk tepat disamping tempat tidur, Jungkook menatap Ana, wajah yang biasa terlihat segar dan ceria itu kini terlihat lebih pucat, ia tidak tahu apa yang bisa membuat gadis didepannya itu seperti ini.

"Ibu"
Ana menggumam dalam tidurnya, Jungkook yang melihat ini tiba tiba menyentuh kepala Ana lantas mengusapnya lembut, ia tidak tahu untuk alasan apa dia melakukannya, hanya saja Jungkook merasa hal inilah yang bisa ia lakukan untuk saat ini.

Merasa ada sentuhan pada kepalanya, Ana membuka maniknya perlahan, dilihatnya disana Jungkook yang sedang menatapnya khawatir, melihat hal ini tangan Ana lantas terangkat dan menyentuh punggung tangan pria didepannya, tersenyum tipis saat tiba tiba Jungkook menarik tangannya dan membuang pandang dari Ana.

"Aku baik baik saja"
Ucap gadis itu lemah, bagaimana bisa gadis itu berkata demikian namun kenyataannya sangat berbanding terbalik.

"Istirahatlah, aku harus menemui Jin hyung"
Setelah berucap demikian Jungkook lantas memilih untuk pergi dari ruangan.
Disisi lain Ana hanya mampu menatap kepergian pria itu dengan tatapan sendu, entah mengapa hanya saja Ana merasa lebih nyaman ketika pria itu didekatnya, walau terkadang rasa itu akan hilang saat mengingat perkataan Jungkook yang selalu menganggapnya gadis asing ataupun gadis sewaan yang dibayar hanya untuk mengandung anaknya.

"Aku akan pastikan kau baik baik saja"
Ana mengusap perutnya, dia tahu keadaannya saat ini, dan Ana yakin bahwa tidak akan ada yang terjadi pada anak yang dikandungnya.

Tanpa Ana ketahui Jungkook bahkan belum sepenuhnya pergi, pria itu masih setia berdiri didepan pintu yang belum sepenuhnya tertutup, Jungkook menunduk tatkala mendengar kalimat Ana, nyatanya gadis itu benar benar menjaga anaknya dengan baik bahkan perasaan lembut gadis itu tak pernah berkurang sedikitpun pada anak yang berada dikandungannya.

.

.

***

Kemarin upSekarang upPuas ga tuh kalian 🤭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kemarin up
Sekarang up
Puas ga tuh kalian 🤭

Udahlah
Jangan lupa vote ya
Makasih 👇💜💜🙏

Ana [Jjk-BTS] // ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang