29

4.4K 354 25
                                    























.

Hari ini Ana dan Ji Hyun bisa pulang karena menurut Seokjin keadaannya sudah membaik lagi pula Ji Hyun juga sudah cukup kuat untuk merasakan suhu diluar, namun dengan catatan Ana ataupun Jungkook harus tetap memperhatikan Ji Hyun mengingat putra Jungkook itu terlahir prematur.

"Selesai"

Ana menoleh melihat sang adik dengan begitu riang membantu bibi JungMi mengemas semua pakaian, padahal bibi JungMi sudah menolak bantuan dari gadis berhijab itu, namun memang buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, seperti Ana Ahra pun tak berbeda jauh dengan sang kakak yang memang tidak pernah menganggap bibi JungMi sebagai pelayannya.

"Kak aku sudah tidak sabar ingin memberitahu kabar baik ini pada ibu dan ayah"
Ana terdiam sejenak, dirinya ingat semenjak kejadian yang menimpanya Ahra memang tak diperbolehkan untuk memberitahu hal ini pada kedua orang tuanya, mengingat sang ayah yang masih dalam masa pemulihan jadi ia tidak ingin mengambil resiko dengan kemungkinan terburuk yang akan terjadi.

"Kak setelah sampai rumah aku bisa menghubungi ibu kan ?"
Ahra bertanya sedang Ana tersenyum lantas mengangguk pelan, cepat atau lambat kedua orangtuanya harus mengetahui hal ini bukan.
Hingga atensinya teralihkan saat melihat pintu ruangannya terbuka dan menampilkan seorang perawat dengan seorang bayi digendongannya.

"Terimakasih"
Ana berucap setelahnya tersenyum bahagia saat Ji Hyun kini sudah berada digendongannya. Menatap wajah mungil Ji Hyun tak terasa air mata Ana keluar, entah mengapa tapi baginya Ji Hyun adalah anugerah terindah yang pernah ia miliki, sungguh walaupun Ji Hyun bukan anak biologisnya namun kenyataan tak pernah merubah bahwasannya Ana juga lah yang mengandungnya.

"Kak dia tampan sekali ya, aku yakin saat besar nanti dia akan menjadi pria seperti kak Jungkook "
Ana mengangguk pelan, nyatanya perkataan sang adik sangatlah benar, mengingat Ji Hyun adalah anak Jungkook seutuhnya.

"Ibu dan ayah pasti sangat bahagia melihat Ji Hyun "
Ahra membayangkan, disisi lain Ana memang bahagia namun saat mengingat kenyataan bahwasannya mungkin impian Ahra hanyalah hayalan semata, Ana hanya mampu tersenyum hambar, dia bahkan tidak tahu akan mengatakan atau menjawab apa untuk pertanyaan yang mungkin akan orang tuanya ajukan nanti.












.

Jungkook meninggalkan ruangannya setelah mengatakan beberapa perintah pada Eunbi, hari ini dia akan pulang lebih cepat mengingat dirinya berjanji akan menjemput Ana dari rumah sakit, ada sedikit rasa bahagia saat mengingat keadaan Ana dan putranya, sungguh melihat keadaan keduanya kini sudah mulai membaik Jungkook merasa sedikit lega, setidaknya perasaan bersalahnya sedikit berkurang.

"Eommeonim "

Jungkook melambatkan langkahnya lantas tersenyum saat seorang wanita paruh baya mendekat kearahnya.

"Eommeonim, ada apa ? Kenapa eommeonim disini ?"
Langkah Jungkook berhenti tepat didepan wanita yang tingginya hanya sebatas telinga.
Menoleh kesana kemari setelahnya mempersilahkan wanita itu duduk saat mendapati sebuah sofa yang terletak disisi lobby.

Tatapan Munhee begitu serius Jungkook sendiri sangat yakin bahwa wanita dihadapannya itu akan membicarakan hal yang pasti begitu penting.
"Kook ah, kau masih ingat dengan pembicaraan kita tempo lalu bukan ?"

Jungkook mengangguk ragu, pembicaraan yang Munhee maksud mungkin soal Ana dan perjanjian itu.
"Baguslah, ini, aku sudah merevisi beberapa bagian dari perjanjian itu, kau hanya perlu menyuruh gadis itu untuk menandatanganinya"

Ana [Jjk-BTS] // ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang