.
.
Canggung...
Begitulah atmosfer yang Ana rasakan, rasanya setelah beberapa minggu keduanya tidur diruangan yang sama namun rasa itu tak pernah hilang sedikitpun bahkan rasanya kini bertambah besar tatkala menyadari bahwa kamar yang biasa Jungkook gunakan kosong, namun entah mengapa pria itu bahkan masih betah berada dikamar Ana. Ah tidak Ana tidak berhak berfikir seperti itu bukan. Lagipula ini rumah Jungkook dan kamar yang digunakannya juga milik pria yang sibuk dengan dokumennya didepan sana.Merasa diperhatikan sedemikan detail oleh Ana Jungkook melirik Ana dibalik kacamata bacanya. Lantas tersenyum tipis saat menyadari bahwa gadis didepan sana sedang merasa tidak nyaman dengan keberadaannya. Ya wajar saja mengingat beberapa minggu ini Jungkook akan datang dan tidur saat Ana sudah terlelap dan sebaliknya Ana akan bangun sebelum Jungkook bangun, bahkan setelah sekian lama keduanya belum berbagi ranjang yang sama dan kini ketika kamar Jungkook kosong Ana jadi berharap pria didepan sana kembali kekamarnya seperti sebelum Ahra datang.
"Kau tidak nyaman dengan keberadaanku ?"
Tanya Jungkook sengaja, entahlah dia hanya memastikan dan jangan lupakan ekpresi gadis didepannya yang akan memasang ekspresi gugup tatkala ditanya demikian."T tidak, kenapa kau berfikir seperti itu ?"
Ana menjawab, Jungkook terkekeh, Ana bisa saja menjawab demikian tapi tidak bisa dipungkiri bahwasannya ekspresi gadis itu mengatakan hal lain."Kau tidak perlu berbohong hanya karena tidak ingin menyinggung diriku. Aku tidak keberatan jika kau lebih membuka dirimu. Aku lihat kau banyak bicara dengan Ahra"
Ana mendongak, menatap wajah Jungkook yang sedang menahan tawa, nyatanya Jungkook kini memang sangat jauh berbeda dengan yang ia lihat dan kira selama ini. Pria itu sedang bergurau ? Yang benar saja.Ana malu lantas menunduk dalam. Mencoba mengatur nafasnya dari pesona Jungkook yang sekilas membuatnya terlupa akan tujuan keberadaannya disini. Tidak Ana tidak ingin berharap lebih dari pria itu. Dia tidak ingin dikecewakan karena keberadaannya yang bahkan tidak dianggap. Cukup bagi Ana yang akan merasa kehilangan ketika waktu itu tiba.
"Tenang saja, aku akan tidur dikamar itu lagi"
Jungkook berucap lantas kembali kearah sofa menyusun dokumen dan membawanya keluar."Aku tidak keberatan jika harus berbagi kamar denganmu"
Ana berucap, entah keberanian dari mana. Jungkook yang mendengar ini seketika menghentikan langkahnya. Menunduk sekilas sebelum akhirnya berbalik memandang gadis yang masih setia duduk ditepian ranjang tempat tidurnya."Aku tidak memaksamu untuk_"
"Aku tidak keberatan Tuan Jeon"
Ana menatap dalam manik Jungkook memberi isyarat bahwa dia siap untuk apapun yang akan terjadi kedepannya. Bahkan jika mungkin dia akan jatuh dalam pesona Jungkook.Jungkook tersenyum hambar lantas menggeleng pelan tidak percaya.
Ana, apakah gadis itu kini sudah mulai menerimanya ? Bahkan setelah luka yang ia torehkan selama ini, tidak dianggap dan satu hal lagi yang Ana belum ketahui adalah bagaimana dirinya dalam ancaman ketika terus berada disisi Jungkook. Pria itu memang belum mengetahui sepenuhnya tapi dengan ketenaran Jungkook dan besarnya nama perusahaannya tidak memungkinkan jika dirinya mempunyai banyak musuh yang siap mencelakainya bukan ?."Ana, aku mengerti tapi aku tidak bisa melewati batasanku, masa depan tidak pernah kita tahu akan seperti apa jadi sebelum aku melewati batas itu lebih baik kita tetap seperti ini, kau dan aku"
Ana masih menatap manik hitam Jungkook dalam diam, hatinya terasa nyeri saat bagaimana secara tidak langsung Jungkook menolaknya. Dia sadar akan hati Jungkook yang masih sangat mencintai Nayeon, tapi apakah dia tidak boleh sedikit berharap. Agaknya Jungkook pun tidak akan pernah membuka hatinya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ana [Jjk-BTS] // END
أدب الهواةTerjebak dalam pernikahan tanpa cinta bukanlah hal yang diinginkan siapapun, termasuk Ana, seorang gadis sederhana yang harus terjebak dalam pernikahan yang bahkan siapapun tak menginginkannya. "Semua hanya demi ayah" Sebuah kalimat yang selalu men...