3

6.6K 567 28
                                    

.

.

.

Entah sudah berapa kali Ana berjalan kesana kemari seraya berharap yang terbaik pada sang ayah, kakinya bahkan tidak merasakan lelah, sang ibu juga adik yang juga sama berharap operasi yang dijalankan sang ayah itu berhasil, doa dan harapan tidak pernah putus dari ketiganya.

Beberapa hari lalu setelah Ana menandatangani surat perjanjian itu keesokan paginya Ana mendapat kabar bahwa pengobatan dan juga operasi ayahnya akan segera dilaksanakan, rasa syukur juga bahagia saat itu mereka rasakan, ibunya sempat bertanya bagaimana bisa Ana mendapat uang sebanyak itu dalam waktu singkat, namun Ana hanya bisa menjawab bahwa ini adalah pertolongan Allah hanya itu yang ia bisa katakan, dan soal pernikahannya itu akan dilaksanakan satu bulan lagi setelah penandatanganan perjanjian itu.

Ceklek
Lampu ruang operasi berganti menandakan bahwa operasi yang dijalani sudah selasai yang tak lama kemudian seorang dokter keluar dari sana. Dengan terburu ketiganya menghampiri sang dokter.

"Bagaimana dok ?"
Tanya sang ibu dengan wajah khawatir, dokter itu kemudian tersenyum lalu menjawab.

"Selamat nyonya, operasi yang dijalankan berjalan dengan baik, dan suami anda baik baik saja hanya saja dia masih dalam pengaruh obat bius, mungkin besok pagi kami akan memindahkan suami anda keruang rawat. "
Ucap dokter itu kemudian meninggalkan ketiganya. Dengan perasaan bahagia ketiganya menangis haru, Ana yang juga melakukan hal yang sama berucap dalam hatinya.
'Aku akan melakukan apapun demi kalian, ayah, ibu, Ahra, aku tidak akan memaafkan diriku jika sesuatu terjadi pada kalian, tidak tidak akan pernah'

.

.

.

Jeon Jungkook, pria itu berbalik saat suara seorang wanita memenuhi rungunya.
Seorang gadis dengan kemeja putih dipandukan dengan rok pendek seraya membawa sebuah berkas ditangannya.

"Tuan, ini dokumen yang dikirim oleh Nona Choi, dia mengatakan bahwa anda harus membaca setiap detailnya"
Ucap gadis itu kemudian membungkuk lalu pergi, sedang Jungkook membuka dokumen itu, sejujurnya dirinya sudah tahu apa isi dari dokumen itu, hanya saja ia ingin mengecek semuanya.

Mengangguk pelan Jungkook lantas meraih ponselnya dan mengetikkan sesuatu disana.

'Katakan padanya tiga minggu lagi aku akan menemuinya'

'Baik tuan '

Setelah mendapat balasan demikian Jungkook menaruh ponselnya kembali dan melanjutkan pekerjaannya.

.

.

.

Dua minggu berlalu semakin hari keadaan sang ayah semakin membaik dan besok pagi sang ayah diperbolehkan untuk pulang dengan syarat selalu menjaga kesehatan dan setiap tiga hari sekali harus check up.

Ana yang sedang membereskan pakaian sang ayah terhenti karena pertanyaan yang diajukan sang ayah.
"Nak, ayah ingin sekali memiliki seorang cucu, kapan kau menikah nak ?"

Ana yang bingung harus menjawab apa akhirnya ia hanya bisa tersenyum lalu menatap sang ayah.
"Kalau jodoh pasti tak akan kemana yah"
Ucapnya lalu melanjutkan kembali aktivitasnya.

"Bagaimana dengan Fahrin ? Dia pria yang baik, ayah juga menyukainya"
Fahrin, pria yang sudah dianggap seperti anak oleh ayahnya itu memang pria yang baik juga sholeh, namun Ana bahkan hanya menganggap Fahrin adalah sahabat saat masa sekolah dan sampai sekarang ia tetap menganggapnya seperti itu tidak lebih.

Ana [Jjk-BTS] // ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang