21

4.6K 384 15
                                    

.

.

.

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, beberapa hari ini terasa begitu berat bagi Ana dan Jungkook, keduanya merasa hal yang sama, kekhawatiran seorang calon orang tua pada anaknya dan mungkin Tuhan memang masih memberikan kepercayaan dan kesempatan untuk keduanya memiliki dan mempertahankan anaknya.

"Aku harap kau menjaganya dengan baik kook, dia begitu stres dengan semua ini, kau jangan terlalu menekannya, biarkan semua berjalan dengan semestinya, jangan mengingatkan hal hal yang akan membuatnya menjadi beban"

Nasihat Seokjin memang benar, selama ini Jungkook memang tak pernah menaruh sedikitpun perhatian pada Ana, hanya sesekali saat gadis itu mengecek kandungannya dan itupun Jungkook hanya ingin mengetahui keadaan anaknya, hanya itu.

"Aku akan menurunkan kursi rodanya dulu"
Jungkook berucap setelah mematikan mesin mobilnya yang memang sudah terparkir didepan rumahnya. Ana hanya mengangguk lantas tetap diam melihat semua perlakuan Jungkook padanya, sungguh beberapa hari ini pria itu banyak menghabiskan waktu untuknya. Entah sudah sebanyak apa pekerjaan yang pria itu tinggal demi dirinya. Mungkin jika disusun akan seperti Namsan Tower, ah lupakan itu pasti berlebihan.

Terdengar bunyi pintu terbuka, Jungkook yang membukanya, pria itu lantas menatap Ana, entahlah ekspresi apa yang disematkan pria itu pada gadis didepannya. Tanpa berkata Jungkook langsung mengangkat tubuh Ana dan menurunkannya diatas kursi roda yang memang sudah disiapkan oleh Jungkook sendiri.
Mendorong kursi roda itu Jungkook sedikit melirik Ana, entahlah beberapa hari bersama gadis itu membuatnya sedikit merasakan hal yang aneh. Mengingat hal itu Jungkook menggeleng, tidak itu tidak boleh terjadi, ia harus ingat dengan tujuan utamanya, dirinya yakin yang ia lakukan semua ini hanya untuk anaknya, tidak lebih.

"Untuk beberapa hari ini kau jangan melakukan apapun, bibi JungMi yang akan mengerjakan semua pekerjaan rumah, dan katakan saja jika kau memerlukan sesuatu "
Ana mengangguk pelan lantas menatap tubuh Jungkook yang hilang dibalik pintu kamarnya.
Maniknya beralih menatap kamar yang beberapa  hari ini ditinggalkannya, tak ada yang berubah, hanya seprai yang mungkin sudah diganti dengan yang baru.
Bangkit dari kursi rodanya Ana mulai melangkah pelan menuju tempat tidur, duduk disana kemudian meraih ponsel berniat untuk menghubungi orang tuanya yang memang beberapa hari ini tak pernah dihubunginya.

"Assalamualaikum ibu"
Ana berucap setelah suara seseorang terdengar dari seberang telepon.

"Waalaikumsalam nak, bagaimana kabarmu ? Kenapa kau baru menghubungi ibu ?"

"Ah itu, aku baik bu, aku hanya sedikit sibuk akhir akhir ini"
Ana berbohong, dirinya hanya tidak ingin membuat sang ibu khawatir.

"Syukurlah, beberapa hari lalu Jungkook menghubungi ibu, dia terdengar gelisah, apa ada sesuatu yang terjadi nak ?"

Ana tidak menyangka bahwa pria yang selalu dianggapnya acuh itu memiliki rasa hormat lebih pada keluarganya.
"Tidak ada bu, dia mungkin sedang lelah saja"
Ana beralasan, terdengar hembusan nafas lega diseberang sana .

"Ibu hanya berharap kalian baik baik saja disana"
Ana lantas tersenyum saat mendengar ucapan sang ibu, dia hanya berharap agar doa dan ucapan sang ibu dapat menjadi kenyataan.

"Ibu"

"Ya nak ?"

"Bagaimana keadaan ayah sekarang ?"

"Ayahmu baik baik saja, dokter bilang pemulihannya berlangsung cepat"

Ada rasa bahagia saat mendengar kabar itu, setidaknya semua pengorbanan Ana tidak sia sia karena kesehatan sang ayah yang berangsur pulih. Mendengar pintu terketuk Ana lantas menyudahi percakapan dengan sang ibu.

Ana [Jjk-BTS] // ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang