Temptation - Bab 5

455 67 26
                                    

Hai Chingu!!!

Jangan lupa vomentnya. Ini cerita mau dilanjutin atau stag di bab ini aja dulu ya. Klo untuk short story belum muncul mood tuk buat sih jadi gak ke up 😑. Di ff ini kulihat cmn 4/5 org yg tertarik tuk komen. Yang lain ke mana? Belum lagi yg bacanya diam2. Alias gak voment. Diam2 tetap mantau ni yeeee 😏😏😏😏. Tau dah ah, klo lihat view sama voment gak seimbang, hatiku lelah sendiri. Yang tulisannya pendek2 bisa perhatian lebih. Hmmm...mungkin bisa juga nih aku up cuman dua paragraf terus TBC 😅🙈. Asyik tuh kayaknya 😁

Klo ada yang kepo kenapa aku selalu up pagi ya karena dr siang mpe malam kadang gadget gak bisa ke pegang. Alias berjibaku di duta hehe. Oke deh, segitu aja info gak pentingnya. Lanjuttttttt klo udah lebih 20 vomentnya hehe *ketawajahat

TEMPTATION

BAB 05

*******************

Sembari memeriksa jumlah item yang dipinjam demi keperluan syuting, Soeun mengingat lagi ancaman Sehun soal hubungannya dengan Lay. Namja itu benar-benar kurang ajar menurutnya. Kematian Somin bukan salahnya tapi Sehun berkata kepergian Somin di awali oleh kutukan untuk pengkhianat seperti mereka. Siapa yang mulai berkhianat sebenarnya. Bukankah namja itu yang menciumnya di rumahnya?

Di mana etika namja itu nol besar. Sudah ditampung untuk menginap oleh ayahnya, Sehun malah mengambil kesempatan dengan menciumnya. Soeun meringis pedih jika ingat pertanyaan Sehun soal Tokyo. Namja itu lupa sepertinya hingga ia masih merasa aman sampai detik ini. Sialnya, hanya ia yang ingat apa yang terjadi hingga One Night Stand itu bisa terjadi.

Jika Sehun mau tahu, kutukan bukan dimulai dari kesalahan mereka di rumahnya, melainkan di Tokyo. Hotel Kingdom.

Flashback (Author POV)

"Tokyo I'm here!!!!" Nana berseru senang setiba di Bandara Narita. Berorasi seolah baru bisa merdeka hidupnya. "Biasa saja, kau seperti gadis kampung," gerutu Soeun sambil resleting tasnya dan menarik kopernya. "Asal kau tahu, orang Jepang lebih suka kita pakai bahasa mereka. Bukan bahasa Inggris,"

"Ku doakan 10 tahun ke depan kau jadi duta," Nana cuek pada info Soeun. Ia menyeret kopernya yang lebih berat dari koper Soeun. "Na, sebenarnya berapa baju yang kau bawa? Kita hanya empat hari disini, habis itu balik ke Seoul."

"Kamu sendiri aja ya, aku nggak,"

"Bwo? Maksudnya apa?"

Nana menyunggingkan senyum smirknya lalu kedua matanya mengawasi sekitar. "Soeun, kau mau tahu apa yang kubawa?" ujarnya sambil memperlihatkan sebungkus kondom yang ada dalam tas tangannya. Soeun melotot melihat bungkus hitam bergambar siluet wanita berpose seksi. Sebuah kondom.

"Kau? Kenapa bawa itu?" Soeun dengan cepat mengambil benda itu dari tas Nana. Tapi Nana merebut kembali barang itu.

"Untuk Hyungjun Oppa." Nana mengedipkan sebelah matanya.

"Tidak tahu malu! Kau bicara sama keponakannya loh," Soeun menunjuk dirinya sendiri.

"Makanya ku kasih tahu, dan aku juga bawa ini," kata Nana menunjukkan sebuah pil dalam bungkus bening. "Itu, apa?" Soeun menatapi bingung obat itu dengan mata meneliti. Nana membisik ditelinga Soeun dan temannya itu melotot lebih lebar lagi.

"Obat......"

Nana dengan cepat menutup mulut Soeun dari belakang. Lalu tersenyum canggung pada beberapa orang yang melewati mereka. "Kau mau beri obat itu sama pamanku? Kau gila ya Nana? Ke mana janjimu yang bilang bakal menyerahkan diri kalau sudah menikah?"

"Habisnya aku masih perawan, gimana dong, Minzy mentertawaiku terus."

"Kau menyindirku?"

Nana malah tertawa melihat wajah datar Soeun. "Haha iya ya, ada yang sudah pacaran lama tapi masih perawan,"

TEMPTATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang