Joy sudah mengatakan semua kepada Surya dan Irene, bahwa Sehun mengiyakan perjodohan ini. Senangnya, batin Surya dan sang istri. Joy juga senang, tapi bukan karena Sehun. Melainkan janji sang ayah.
"Gimana caranya kamu bikin dia iyain perjodohan ini?" pertanyaan Irene membuat Joy terdiam sejenak. Mana mungkin ia akan bilang kalau mengaku hamidun? Tidak, kan?
"Ey, ditanya juga! Malah ngelamun" omel Irene membuat Joy tersentak. Joy nyengir, "mama dan papa tidak perlu penasaran. Yang diperlukan sebenarnya tinggal komitmen. Penting sekarang aku jadi nikah sama dia, selesai" jelas Joy berbohong tentunya. Dasar anak nakal.
"Oh, ya. Aku mau ke kamar dulu, ya! Mau nonton drakor!" ujar Joy ingin menghindar. Bisa mati berdiri dia kalau di situ terus. Ia bisa bernafas lega waktu tiba di dalam kamar. Ia lupa sesuatu, yaitu resiko setelah ia berbohong tentang kehamilan itu! Bodohnya Joy.
Joy merebahkan dirinya di atas ranjang. Menatap langit-langit kamar. Ia lelah, bingung dan frustasi tentunya.
Ponselnya tiba-tiba berdering. Joy mengambil ponselnya yang awalnya berada di atas nakas. Matanya nyaris keluar saat melihat siapa yang menghubunginya. Foto profilnya kelihatan.
"Mampus!" Joy panik. Namun, ia tetap menjawabnya. "Halo" ujar Joy datar.
"Kamu dimana?"
"Kepo banget" jawab Joy membuat Sehun berdecak.
"Saya serius. Kamu dimana?"
"Di hatimu" jawab Joy masih bercanda.
"Joyana..."
"Bawel amat dah. Di rumah. Kenapa?" tanya Joy balik.
"Saya di kantor. Bisa ke mall dekat kampus?"
"Ya elah gue kira ngajak ketemuan di kantor"
"Kamu mau?"
"Y-ya gak pa-pa" jawab Joy ragu.
"Tapi saya gak mau"
Joy menjauhkan layar ponselnya dari telinganya sebentar. Menatap ponselnya aneh. "Kenapa? Gak mau nunjukkin muka calon istri di kantor lo?" tanya Joy ketus.
"Itu tau"
"Seorang Joy untungnya jarang mengeluh. Jadi gue gak ngeluh bakal nikah sama lo"
"Gak usah bohong. Udah, segera bersiap-siap. Berangkat sendiri dan jangan buat saya malu dengan penampilanmu yang siapa tahu aneh. Ketemu di Sola, kalau belum ada saya, tunggu aja pokoknya"
"Hmm" jawab Joy lalu memutus sambungan telepon. "Ribet banget timbang mau ketemuan aja" cibir Joy.
Melihat nomor Sehun belum ia simpan, terlintas dalam benaknya untuk menyimpan nomor itu. Dia lakukan. Iseng saja katanya. Joy beri nama,
Ayam besar🐥
Ia tertawa puas.
*****
Joy datang terlambat. Sehun sudah di sana lebih cepat 20 menit. Kalau begini salah siapa? Sehun sendiri telat kasih tahu jam berapa janjiannya. Sehun menatap datar si Joy yang duduk di hadapannya. Awalnya ia duduk bersender sambil bermain ponsel, lalu ia ubah jadi tegap dan meletakkan ponselnya di atas meja.
"Saya sudah pesan makanan" ujar Sehun memberi tahu. Joy hanya berdeham.
"Berasa main sama om-om gue hari ini" ujar Joy ngawur. Bak guru, Sehun manatap tajam Joy sambil membenarkan kacamatanya yang sedikit turun.
Ia melihat penampilannya sendiri. Tidak ada yang salah dari tubuhnya. Apa ia terlihat terlalu tua? Apa tidak seimbang dengan penampilan Joy hari ini? Sehun bahkan yakin 100 persen bahwa dirinya ini tampan sekali. Kasir restoran ini pasti meliriknya. Tapi kenapa Joy bilang begitu? Apa gadis itu berniat menjatuhkan harga dirinya?
Joy hanya ngawur. Ia sedang berusaha menutupi fakta bahwa nyatanya dia sedang deg-deg an bukan main. Hati dan pikirannya bekerja tidak seimbang, alias beda pendapat. Yang ia tangkap, sekarang Sehun ini lebih baik dari yang lalu. Keren banget asli meskipun masih sedikit culun dan tetap kaku. Putih, tubuhnya atletis dan wajah mulus, Joy yang perempuan saja merasa kalah cakep.
Menyadari tatapan seorang Sehun, Joy menatapnya balik seraya meletakkan tasnya. Ia mengangkat satu alisnya, npak begitu arogan.
"Oh, iya. Mau ngomong apa? Ayo, buruan keburu gue lapar" ujar Joy tidak sabaran. Sehun duduk dengan kedua tangannya saling bertautan di atas lutut, ia sedikit membungkuk. Menatap lekat gadis di hadapannya.
"Tentang mulut kamu" jawab Sehun membuat Joy bertanya-tanya. "Salah mulut gue apa?" balasnya balik bertanya.
"Kamu ngaku-ngaku pernah hamil, ya. Terus, habis ini saya harus apa? Menanggung malu, iya"
"Lo malu gak sendirian juga. Ada gue"
"Kalau ada yang tahu selain Andra dan Wendy? Gila, ya. Kamu emang niat banget apa jatuhin martabat keluarga?" balas Sehun sembari meneggakkan posisi duduknya.
"Ck, gak akan. Cuman Andra dan Wendy yang tahu. I'm promise" ujar Joy meyakinkan Sehun.
"Kalau kamu keliru?" tanya Sehun.
"Gue kabulin semua permintaan lo, deh. Gak usah dipikir pusing" jawab Joy santai sekali.
"Capek banget ngomong sama anak kecil" gumam Sehun membuat Joy menatapnya galak.
"Ngomong apa tadi? Heh, gue sama lo cuman beda 2 tahun, ya. Gak usah ngawur kalo ngomong"
"Bodo"
"Berubah banyak ya lo" cibir Joy.
"Suka-suka saya" balas Sehun.
Joy memutar bola matanya malas. Ia kembali sumringah saat pesanannya tiba. Bravo! Sehun tahu saja apa kesukaannya.
"Satu hal," ujar Sehun tiba-tiba. Joy mendongak. "Akan ada kesepakatan setelah pernikahan. Lalu, jangan harap kehidupan pernikahan kita ini seperti pernikahan pada umumnya. Saya sampai kapanpun tidak akan mengakui kamu jadi istri saya" lanjutnya menjelaskan.
Joy mengangguk paham sambil menelan makanannya. "Oke. Yang penting dress gucci, tas berlutti dan parfum dior gue ready waktu nikah sama lo" celetuknya.
"Apa?" tanya Sehun kaget.
"Bukan lo yang beliin. Tapi bokap gue" jawab Joy.
Sehun bernafas lega. Perempuan ular di hadapannya ini cukup mengerikan. Ia harus hati-hati dalam memulai semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
What?
FanfictionReaksi Joyana Prastiwi Barata Hadi di pertemuan awal antara dirinya dan Sehun Virzha Jossiah : "Apa?! Sama cowok ini?!" Dah, gitu aja.