Pagi-pagi benar, Sehun buru-buru akan pergi untuk melihat keadaan Angelica yang kabarnya semakin parah. Kemarin, Angelica sendiri belum sadar. Alhasil, Sehun memilih kembali ke apartemen dan tetap bekerja. Pagi ini, Roger menghubunginya. Katanya, Angelica kembali kritis. Sehun bergegas menuju rumah sakit.
Tiba di rumah sakit, Sehun langsung berjalan cepat menuju ruangan di mana Angelica berada. Ibunya Angelica sudah menangis, sedangkan Roger berusaha menenangkan sang istri. Ada Erick di sana sedang cemas, kentara sekali dari raut wajahnya.
"Bagaimana Angelica?" tanya Sehun ikutan cemas. Erick mendongak, lalu menangis. Sehun duduk di samping Erick. "Gimana, Rick?" tanya Sehun lagi.
Erick terisak. "Kondisinya memburuk, Hun" jawabnya.
"Ah, ya. Saya paham" balas Sehun lirih.
Cukup lama menunggu penjelasan dari dokter. Di dalam sana, mereka belum selesai merawat Angelica. Sehun dan keluarga Angelica yang ada di sana pun setia menanti sampai kurang lebih dua jam dan dokter bersama timnya keluar.
Roger beserta istri langsung mendekat. Erick pun demikian, ia langsung berdiri disusul Sehun.
"Dok, dokter, gimana putri saya, Dok?" tanya Roger.
"Iya, Dok. Gimana Angel putri saya?" tanya ibunya Angelica sambil menangis.
"Dok..." Erick pun ikut bersuara.
Wajah sang dokter pun terbilang datar. Namun, tetap menjawab pertanyaan keluarga Angelica.
"Dokter," panggil Sehun.
"Kondisi putri anda masih tidak stabil, Pak Roger. Jujur saja, kami tidak bisa melakukan apa-apa lagi setelah ini" jawab dokter.
"A-apa?" tanya Roger.
"Kami tetap akan berusaha semaksimal mungkin untuk putri anda. Tapi, kami gak bisa memastikan putri anda bisa sembuh dan stabil lagi. Ada kemungkinan dia bisa sadar, tapi belum tentu dia akan bertahan untuk waktu lama. Yang kita bisa lakukan saat ini hanyalah menunggu waktu yang tepat"
"Dokter!" teriak ibunya Angelica. "Jangan bilang begitu! Putri saya akan tetap hidup, kan? Iya, kan? Tolonglah kami, dokter!" ujarnya histeris.
"Maaf, Nyonya. Tapi, kami hanyalah dokter, dan dokter juga manusia. Itu semua tetap kuasa Tuhan, Nyonya" jawab dokter. "Kalau begitu, saya permisi. Kalian bisa melihat kondisi pasien lebih dekat, tapi dibatasi. Maksimal dua orang, ya. Dan jangan buat pasien merasa terganggu"
"Baik, Dok. Terima kasih" ujar Erick.
Ibunya Angelica kembali menangis. "Papa! Putri kita, Pa"
"Iya, Ma. Udah, ya? Kalau memang takdir Tuhan panggil Angelica, ya kita bisa apa? Pasrah dan berserah kepada Tuhan. Dokter sendiri sudah berusaha sebisa mereka, kita pun juga. Jadi, apa lagi?"
"Papa! Aku gak mau Angel pergi duluan, Pa. Astaga!" ibunya Angelica masih terus-terusan menangis.
Sehun hanya bisa duduk diam. Dalam hatinya, Angel, sadarlah.
*****
Sehun tidak masuk ke dalam. Ia merasa, dirinya bukan bagian keluarga Angelica. Untuk itu, ia memprioritaskan orang tua dan mantan suami Angelica. Ia duduk di depan. Hari ini, ia meninggalkan pekerjaannya.
Ponselnya berdering. Ada telepon masuk. Terpampang dengan nyata nama Andra di layar sana. Sehun langsung mengangkatnya.
"Halo"
"Halo, lo masih di rumah sakit?"
"Ya"
"Gimana kondisi Angel?"
KAMU SEDANG MEMBACA
What?
FanfictionReaksi Joyana Prastiwi Barata Hadi di pertemuan awal antara dirinya dan Sehun Virzha Jossiah : "Apa?! Sama cowok ini?!" Dah, gitu aja.