49

532 78 7
                                    

Pagi-pagi benar, Joyana sudah bangun dari tidurnya. Ia mules, ingin buang air besar. Dan bangunnya Joyana juga membuat Sehun terbangun. Jam dinding menunjukkan baru pukul setengah 4 pagi. Joyana masih di dalam kamar mandi.

Tidak lama, Joyana selesai dengan pertapaannya. Ia keluar dari kamar mandi. Sehun langsung menoleh.

Joyana duduk di tepi ranjang sambil mengikat rambutnya.

Sehun menepuk-nepuk tempat Joyana, kode agar Joyana lebih baik tidur lagi. Namun, Joyana hanya menoleh ke belakang sekilas. "Apa?" tanyanya singkat.

"Aku mau peluk lagi" jawab Sehun.

"Selama aku tinggal di Jogja, di rumah orang tua Yerin, aku jadi tau kewajiban istri yang baik itu apa" ujar Joyana.

"Melayani suaminya?" celetuk Sehun.

"Iya juga, sih. Tapi, yang jelas harus bangun pagi" balas Joyana.

"Oh, gitu" ujar Sehun.

"Kenapa?" tanya Joyana sambil beralih duduk menghadap Sehun yang masih tiduran. "Kamu juga biasanya bangun pagi, kan?" tanya Joyana lagi.

"Aku pengen peluk-pelukan sama kamu yang lama banget. Aku kangen banget sama kamu" jawab Sehun.

Joyana tersenyum. "Aku minta maaf" ujarnya. Sehun hanya diam. "Aku banyak salah sama kamu, Sehun. Aku minta maaf. Aku bingung sendiri, kenapa kamu masih mau menerima aku dengan senang hati? Bahkan dengan tulus dan kamu berusaha melupakan yang lalu padahal itu sangat menyiksa. Aku, aku jadi merasa bersalah"

Sehun langsung mengubah posisinya menjadi duduk. "Joyana..."

Joyana meneteskan air matanya. "Aku minta maaf, Sehun" ujarnya lagi dan detik itu juga Sehun memeluk Joyana.

"Jangan minta maaf lagi, Joy" ujar Sehun.

"Maaf...."

"Joy!"

Joyana diam.

"Aku gak punya alasan untuk menerima kamu kembali dengan hati yang tulus dan penuh sukacita, karena intinya itu semua aku lakukan karena aku rindu dan aku punya hak untuk itu" ujar Sehun menjelaskan sambil memeluk Joyana.

Joyana membalas pelukan Sehun. Tangannya terulur untuk memeluk Sehun.

"Jadi, jangan merasa kamu gak pantes untuk ini, oke? Jangan merasa kamu salah besar di sini. Semua salah, aku juga salah. Aku minta maaf"

Tangis Joyana malah semakin pecah.

"Udah, ya? Kasihan bayi kita kalau kamu nangis" ujar Sehun mengingatkan. "Nanti, kalau mami lihat mata kamu merah, dia pasti penasaran. Mau bikin mami penasaran?" tanya Sehun membuat Joyana menggeleng.

"Makasih ya, Sehun"

Mereka melepaskan pelukan.

"Makasih, karena sudah mau menerima aku apa adanya juga" lanjut Joyana.

Sehun mengusap pipi Joyana. "Udah, ya? Lap dulu, nih. Udah kayak air terjun" ujar Sehun langsung mendapat pukulan menggemaskan dari Joyana.

"Oh, ya, kamu lupa nunjukkin aku hasil cek kandunganmu" ujar Sehun.

"Astaga! Iya, hampir gak aku tunjukkin" balas Joyana sambil menepuk jidatnya.

"Mana?" tanya Sehun.

"Sebentar, tasku mana, ya?"

"Di atas meja rias" jawab Sehun.

"Kok bisa sampai situ?" tanya Joyana.

"Lah? Kok nanya aku? Yang naruh kamu" jawab Sehun.

What?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang