Sehun dan Joyana hari ini pergi mengunjungi toko perhiasan terkenal Tiffany & Co. Mereka akan membeli beberapa keperluan aksesoris untuk pernikahan. Hari sudah dekat. Mereka disuruh memilih sendiri beberapa barang sesuai selera. Joyana tidak terlalu norak, jadi ia beli dengan model yang tidak terlalu mencolok namun tetap wah. Sehun hanya menurut saja. Bagiannya tinggal membayar dengan black card-nya. Selesai memilih perhiasan, giliran souvenir. Cukup lama karena perlu ada perdebatan untuk ini. Sehun ingin A, tetapi Johana ingin yang B atau C. Akhirnya, mereka memesan pilihan D. Dasar aneh.
"Eh, temenin gue belanja dulu" ujar Joyana meminta.
"Enggak" tolak Sehun.
"Please, ya. Please" mohon Joyana.
"Enggak ya tetap enggak" jawab Sehun masih kekeuh pada pendiriannya.
"Oke" Joyana memulai aksinya. "Gue bisa beli sendiri, gak perlu lo temenin. Udah, sana pergi!"
"Enak aja" kata Sehun.
"Kenapa? Lo gak mau nemenin gue, kan?" tanya Joyana.
"Saya temenin. Gak usah kebanyakan cingcong kamu" kata Sehun lalu jalan mendahului Joyana.
"Eh lo mau kemana?! Kan yang mau belanja itu gue, bukan lo"
Sehun berhenti sebentar lalu menoleh ke belakang, "berisik" katanya. Tangannya ia masukkan ke dalam saku celananya. Joyana mendengus sebal. Tidak masalah, yang penting tetap belanja.
Tiba di departement store kesukaan Joyana, Sehun berhenti. Joyana bahkan mengerjap. "L-lo tau darimana?" tanya Joyana bingung.
"Cuman nebak. Rata-rata perempuan belanjanya di sini. Mami juga soalnya" jawab Sehun dingin.
"O-oh"
"Masuk" kata Sehun yang diiyakan Joyana. Kali ini, Joyana yang jalan di depan.
"Selamat datang, Presdir Jossiah. Mari, silahkan masuk" para pegawai di sini memberi salam. Sehun tersenyum kecil untuk merespon mereka. Berjalan cukup angkuh. Sedangkan Joyana yang berada di depannya pun terpukau. Seperti ratu rasanya.
Joyana menghampiri Sehun, lalu mereka berjalan beriringan. "Gue berasa lagi jalan sama bos toko ini" bisik Joyana.
"Jangan kampungan" ujar Sehun.
"Enak aja! Gue gak kampungan, ya"
"Buktinya? Udahlah. Sekarang langsung pilih baju yang mau kamu beli. Maksimal dua"
"Kok dibatasi?!" protes Joyana.
"Waktu saya gak cuman buat kamu" balas Sehun.
"Hufftt, capek deh" kata Joyana lalu langsung menjelajahi toko ini. Sehun menghela nafasnya kasar. Ada-ada saja Joyana ini.
*****
Selesai belanja, Joyana memohon kepada Sehun untuk menuruti keinginannya sekali lagi. Ia lapar dan ingin makan. Penolakan Sehun pun tak diacuhkan. Joyana tetap memaksa Sehun untuk ikut makan. Mau-tidak mau, Sehun harus menemaninya. Joyana pergi ke restoran makanan Jepang.
"Mau pesan apa?"
"Sushi" jawab Sehun singkat.
Joyana mengangguk lalu mengatakan pesanannya kepada pelayan. Mereka menunggu cukup lama. Sehun asik dengan ponselnya, sedangkan Joyana bosan bermain ponsel dan melihat sekelilingnya.
Teddy.
Semoga ini hanya sebuah halusinasi. Tapi, memang itu benar Teddy. Ia datang dengan seorang perempuan entah siapa, Joyana tidak kenal intinya. Bahaya. Joyana harus apa setelah ini? Jangan sampai ia mempermalukan dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
What?
FanfictionReaksi Joyana Prastiwi Barata Hadi di pertemuan awal antara dirinya dan Sehun Virzha Jossiah : "Apa?! Sama cowok ini?!" Dah, gitu aja.