25.

457 72 11
                                    

Mantan.

Satu kata yang membuat Joyana kesal setiap saat. Dulu, ada Teddy, si mantan yang menyebalkan dan jahat sekali. Sekarang, ada Lisa, mantan Sehun--kata Joyana sendiri-- yang terus mengunjungi Sehun. Joyana hanya bersedekap dada saja melihat keakraban mereka.

Oh, ceritanya mau selingkuh sama mantan.

Joyana terus membatin kesal. Ampun, deh. Dunia berasa milik berdua saja tanpa memikirkan eksistensi Joyana di sini, di dekat mereka, di apartemen Sehun.

Hari ini, bagi Joyana, Sehun sangat lihai membolak-balikkan hatinya layaknya menggoreng ikan. Semalam, Joyana bisa merasakan Sehun menutup tubuhnya yang kedinginan dengan selimut. Memang, perlakuan manis Sehun ini bisa membuainya tanpa memberi salam. Lalu, tiba-tiba pagi hari keluar dari kamar, ia mendapat pemandangan tidak enak dari Sehun dan Lisa--tadi ia sempat mendengar Sehun memanggilnya begitu-- dan Sehun belum menjelaskan siapa dia.

Mereka asik bercengkrama di ruang tamu. Rasanya panas sekali melihat mereka berdua seperti itu. Joyana masih diam di ambang pintu kamar. Sampai tanpa sengaja, Lisa melihatnya dan tersenyum ke arahnya.

"Hai!" sapanya, tapi tidak direspon Joyana.

Sehun menatap dingin sang istri dari jauh. Lewat tatapannya, ia menyuruh Joyana untuk ramah dan membalas sapaan dari Lisa. Sayangnya, Joyana tak acuh dan berani masuk kamar lagi. Tapi, ia akhirnya kembali lagi meski hanya sebentar. "Hai lonte" ujarnya sarkas lalu masuk ke kamar dan menutup pintu. Sehun membelalakkan matanya, ia teriak memanggil nama Joyana karena kesal.

Di ruang tamu, Lisa dibuat bingung, tapi dibuat kesal juga. Perempuan tadi itu kenapa? "Dia siapa?" tanya Lisa penasaran.

"Joyana" jawab Sehun tenang sekali.

"Berani ya sekarang bawa-bawa anak orang sampai kamar. Gak tau sopan santun lagi" ujar Lisa sambil menepuk bahu Sehun. "Dulu aja, tiap kerja kelompok kamu gak pernah ngajak aku ke rumahmu. Malah kerja kelompoknya di rumahku terus" lanjutnya mengingat masa lalu.

Sehun tidak membalas. Ia diam saja. Membiarkan Lisa berbicara panjang sampai saatnya tiba.

"Dosa loh, Hun"

"Dia bukan orang lain" balas Sehun.

Lisa terdiam sejenak, "lah? Terus siapa? Oh, aku tau. Jangan-jangan dia saudara kam--"

Saatnya tiba. Sehun menunjukkan cincin di jari manisnya, wajahnya datar tanpa ekspresi.

"She is my wife" ujarnya dingin dan Lisa kaget nyaris terjengkang. Luar biasa sahabatnya ini.

*****

Seharian penuh Joyana tidak keluar dari kamar. Itu semua karena Sehun. Iya, Joyana menyalahkan Sehun untuk ini. Joyana tidak ingin keluar apabila perempuan itu masih di sana. Membuat risih saja. Tapi, Joyana juga tidak tahu bagaimana cara bicaranya.

Biarkan Sehun membawa temannya. Lagipula, tidak ada hak Joyana ikut campur untuk urusan pribadi Sehun. Ingatkan dia jika pernikahan ini hanya hitam di atas putih, walaupun katanya tetap saja sakral dan tak bisa dipermainkan. Sehun yang bilang demikian, tapi dia juga yang membuat Joyana berpikir untuk berpisah. Memang seharusnya sejak awal, Joyana terus mempertimbangkan dan berdiskusi dengan Sehun mengenai perjanjian yang ada dan kesepakatan perpisahan nantinya. Apa nanti saja? Tapi, apa kabar hati Joyana? Rasanya ia tidak bisa melepaskan Sehun begitu saja.

Daripada memikirkan hal yang berat, Joyana memilih tidur. Mencoba tidur maksudnya.

Pintu kamar tiba-tiba terbuka, membuat Joyana sedikit kaget dan menutup matanya. Sehun masuk dengan tenang hanya meninggalkan suara pintu terbuka. Ia menutupnya pelan lalu melangkah menuju arah kasurnya. Ia naik dan membuat sedikit pergerakkan dan mengusik ketenangan Joyana yang tengah memunggunginya.

Sehun menoleh sebentar, menatap istrinya yang sedang tidur. Ia menghela nafasnya kasar. Istrinya ini kenapa? Tumben sekali banyak diamnya. Disuruh menyapa juga tidak dia lakukan dengan baik. Sehun menahan agar kekehannya tidak keluar. Lucu sekali melihat Joyana cemburu. Sangat kentara. Mau disembunyikan seperti apa juga sulit dan tetap terlihat jelas. Sehun jadi gemas sendiri di dalam hatinya. Iya, ya. Joyana. Yang pernah membuatnya kesal karena ulahnya yang luar biasa kejam seperti VOC baginya. Tapi, giliran saat ini Joyana terlihat biasa saja dan seakan lupa dengan masa lalu. Saat ini juga, Sehun bisa merasakan suatu getaran dalam dirinya waktu dihadapkan dengan sosok Joyana yang cukup brutal. Walaupun brutal, Joyana itu cantik dan sepertinya baik. Melihat apartemen selalu bersih, beberapa pekerjaan Sehun pernah dibantu Joyana dan lain sebagainya, Sehun bisa bilang Joyana itu baik. Mungkin balasannya adalah barang-barang branded, tapi ia tidak pernah meminta sih. Joyana selalu belanja menggunakan uangnya sendiri--dari Surya yang masih disimpan Joyana.

Sehun ikut merebahkan diri. Tidak seperti biasanya, kali ini ia tidur menghadap ke arah Joyana untuk pertama kalinya. Meski gadis itu memunggunginya.

What?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang