40

560 75 11
                                    

Mengejutkan. Sehun terkejut atas tidak adanya Joyana di apartemen. Ia mencari ke penjuru apartemennya tidak ada Joyana. Ia mencoba menghubungi nomor Joyana, tetapi tidak tersambung. Ia mengacak rambutnya frustasi. Bayangkan, semalam ia tidak pulang karena kedua orang tua Angelica menyuruhnya menginap saja berhubung hari sudah larut malam. Sehun ingin menolak, tapi tak enak hati. Alhasil, ia menyesalinya. Saat ini ia sudah di ambang keputusasaan dalam mencari Joyana. Pulang subuh pun tak membantunya bertemu sang istri. Sehun menangis. Ia tidak tahu akan jadi seperti ini.

"Kemana sih kamu, Joy?! Kalo emang gak ngijinin aku buat jagain Angel juga gak apa-apa. Jangan kayak gini, dong!" gumamnya merutuki nasibnya sendiri. Ia masih terus mencoba menghubungi nomor Joyana walaupun hasilnya nihil.

Ia berjalan sampai dapur, berdiri di depan pantry. Ada surat di sana. Ia langsung meletakkan ponselnya dan membuka amplopnya tak sabar.

Iya, ini surat dari Joyana.

Sehun,

Mungkin ini mengejutkan sekali. Gue—ralat, aku pergi tiba-tiba. Gak, kamu gak boleh nangis. Aku rasa juga gak nangis sih. Kamu gak usah cari aku. Walaupun kamu gak ada niatan nyari aku, ya aku cuman bilang aja. Mau kamu tanya kemana pun, gak akan menemukan jawaban. Karena jawabannya ada di aku aja.

Aku pergi, karena aku jujur aja gak bisa ngeliat suamiku 24/7 merawat orang yang pernah ia cintai sangat, sampai ada yang namanya pengorbanan. Bukan berarti aku gak suka kamu merawat Angel. Bukan berarti aku gak ngijinin. Aku ijinkan. Angel perlu kamu, dia butuh kamu sekarang. Kamu jangan biarin dia sakit terus.

Aku perlu waktu untuk menenangkan diri biar gak tersulut emosi aja. Kalau aku emosi, aku yakin banget kita perang dan aku gak mau itu terjadi. Kalo berantemnya gak serius sih gak masalah. Ehehe. Untuk itu, aku pergi sebentar dan akan kembali nanti. Kamu tunggu aja, aku gak bohongin kamu. Aku pasti kembali, dan kamu jangan lupakan tugas kamu saat ini untuk Angelica. Kalau kamu sengaja lupa, aku gak akan pulang.

Yang kemarin, aku pengen melakukannya sama kamu, sama suamiku sendiri. Bukti bahwa aku menerima kamu apa adanya. Luka di tubuhmu, di hatimu, walaupun itu untuk orang lain, aku tetap akan menerimanya. Karena saat ini, kamu milikku, begitu juga sebaliknya.

Walaupun kita menikah bukan karena cinta awalnya, tapi karena takut sama orang tua, ujung-ujungnya juga cinta tumbuh sendiri kan? Aku gak nyangka. Dulu, kamu kesel banget tiap ketemu sama aku, tapi sekarang? Ehehehehehe, cinta banget gak sama aku?

Udah, ya..
Jangan kangen. I love you and always like that <3

Tertanda,
Beautiful Joyana, your wife.

"Iya, cinta banget" ujar Sehun sambil terisak. "Iya, kamu yang paling cantik, ngeselin, cuman istriku doang yang begini" katanya lagi.

Sehun tidak bisa menghentikan acara tangisnya. Hatinya terlalu lemah untuk ini. Membayangkan, harus berapa lama ia menunggu Joyana pulang?

Ia meraih ponselnya lagi dan mencoba menghubungi Yerin. Tersambung.

"Halo" Sehun sudah tak peduli lagi dengan suaranya yang gemetar ini.

"Se-Sehun? Astaga, Hun! Ada apa?"  memang pintar bersandiwara Yerin ini.

"Yerin, Rin, kamu tau gak dimana Joyana?" tanya Sehun.

"Hah? Joyana kemana?"

"Pergi"

"Apa?!"

"Gak tau kemana, saya juga bingung"

"Aduh, gimana, ya? Gue juga lagi di luar kota"

"Ah, saya pikir kamu sama dia"

What?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang