43

427 75 4
                                    

Pagi di Jogjakarta adalah yang paling dinanti Joyana. Seperti biasanya, ia pasti sudah meregangkan otot-otot tubuhnya di teras rumah keluarganya Yerin. Ia juga sudah menyiapkan segelas susu khusus bumil. Setelah cek ke dokter dan memang hasilnya positif, Joyana lebih perhatian dengan dirinya. Ia merasa, saat ini bukan hanya dirinya sendiri yang perlu dijaga kesehatannya. Tetapi, ada calon anaknya di dalam rahim sana. Selesai meregangkan tubuhnya, ia duduk di kursi dan meneguk segelas susu. Yerin datang dan berdeham. Joyana menoleh. Yerin bersender di ambang pintu.

"Yang rajin bangun pagi. Padahal, biasanya kan lo bangun kesiangan mulu" celetuk Yerin membuat Joyana mendelik.

"Apa banget, deh" balas Joyana.

Yerin tertawa. "Belagu, lo. Mentang-mentang udah mau jadi ibu rumah tangga aja" katanya.

"Gue tetap jadi wanita karir, biar papa gak kecewa" ujar Joyana.

"Kayak papa lo yang bangga banget pas lo kerja. Mendingan, lo tuh di rumah, udah cocok jadi nyai. Di kantor malah ngerusuhin pekerjaan orang lain" balas Yerin.

"Sembarangan!" bantah Joyana. Yerin terkikik pelan.

"Dek, dek. Kalo kamu tau mama kamu dulu pas masih kuliah, yakin deh tante kalo kamu gak bakal ngakuin mama kamu sendiri" ujar Yerin seakan berbicara dengan janin di dalam kandungan Joyana.

"Enak aja! Jangan dengerin Tante Yerin, ya. Dia antagonis" ujar Joyana sambil mengusap perutnya yang belum membuncit.

"Nah, gini, nih. Yang sembarangan siapa, nih?"

"Lo yang mulai" jawab Joyana.

"Lo juga ikutan"

"Bodoamat" balas Joyana singkat.

"Sensian banget sih, si bumil. Eh iya, inget apa pesan-pesan dokter kemarin. Dia bilang apa? Katanya, lo harus jauh dari yang namanya stres. Lo harus jaga pola hidup sehat" ujar Yerin memberi tahu. Joyana mengangguk pelan. "Dengerin" kata Yerin lagi.

"Iya-iya"

"Susu bumilnya rutin diminum, harus rutin makan sehat juga. Tenang, nyokap gue selalu menyiapkan empat sehat lima sempoa"

"Lima sempurna, oneng" ujar Joyana mengoreksi.

"Ya, itu. Bagus" balas Yerin.

Ponsel Yerin bergetar. Sang empunya langsung merogoh kantong celananya. Ia terkejut melihat notifikasi karena ada pesan masuk dari Wendy.

"KAMPRET NGAKAK!" Yerin tertawa terbahak-bahak. Yang Joyana tahu, Yerin sedang menyaksikan video. Tapi, Joyana sendiri tidak tahu. Melihat Yerin bebas sekali menggunakan ponsel, kadang membuat Joyana iri. Joyana memilih menonaktifkan nomor di ponselnya sampai ia kembali nanti. Ia sendiri membuka ponsel sesekali jika bosan dan akan bermain game.

Tiba-tiba, Yerin menepuk bahu Joyana. "Lihat, nih" kata Yerin membuat Joyana penasaran. Setelah ia menyaksikan, Joyana terkejut bukan main. Matanya membola. Ia menahan tawa.

"Suami lo, Joy! Ahahahahah!" Yerin sudah tak tahan membendung tawanya.

Joyana menontonnya sampai video itu selesai dan diputar lagi.

"Sejak kapan..." Joyana kehabisan kata-kata. Ia tak habis pikir dengan suaminya sendiri. "Sejak kapan Sehun jadi begini?" gumamnya.

"Gila gila gila! Ini suami lo keselek apaan, sih? Pake main tiktok segala?" tanya Yerin.

Joyana tertawa pelan. "Iya, main tiktok, gak pakai kacamata, pakainya kupluk" ujarnya.

"Imut, gak?" tanya Yerin.

What?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang