45

462 79 10
                                    

Wajah panik dan heboh ala Yerin di malam hari membuat Joyana mengernyit. Bolak-balik cuman buat nelponin orang, batinnya. Ia baru akan tidur, baru saja akan menarik selimut. Namun, Yerin mendekat.

"Apa?" tanya Joyana datar.

"Besok lo balik ke Jakarta" ujar Yerin cepat.

Joyana mengangkat satu alisnya. "Iya. Gue emang rencananya pengen lebih cepat balik, tapi bukan besok. Gue belum sempat beli tiket" balas Joyana sambil menarik selimutnya.

"Tapi, lo harus pulang besok, Joy" ujar Yerin lagi.

"Kenapa?" tanya Joyana.

"Bentar" Yerin berdiri lagi, lalu ia keluar kamar. Entah akan berbuat apa dia. Cukup lama menunggunya kembali. Mata Joyana saja sudah tak kuat bertahan untuk melek. Sampai semua anggota keluarga ini termasuk ada ayahnya Yerin yang kebetulan pulang, ikut masuk ke kamar Yerin.

Joyana tidak jadi tidur dan memilih mengubah posisi duduknya menjadi lebih sopan.

"Eh, maaf semuanya, ada apa ini?" tanya Joyana.

"Joyana udah baikan kan sama suaminya?" tanya Bu Serina.

Joyana bingung, tapi ia mengangguk. "Sebenernya, baikan terus sih, Bu"

"Wendy tadi nelpon gue, Joy. Lo harus pulang" ujar Yerin.

"Eh? Kenapa? Ada apa sama Sehun?" tanya Joyana sedikit cemas.

"Maaf, ya, gue gak ngomong ke lo. Sebenernya, Sehun itu semenjak ditinggal sama lo tuh lemah banget, Joy" ujar Yerin lagi.

Joyana terdiam.

"Dan sekarang, ada kabar duka, bener-bener pas gue telponan sama Wendy tadi. Angelica itu akhirnya meninggal" lanjutnya. Joyana tercengang. Ia menutup mulutnya tak percaya.

"Ini sudah malam. Tidak ada jadwal perjalanan semalam ini" ujar ayahnya Yerin.

"Iya, benar" timpal neneknya Yerin.

"Terus? Gimana dong, Yah?" tanya Yerin.

"Coba kamu hubungi orang tua Joyana, siapa tahu membantu" jawab ayahnya Yerin.

"Oh, iya juga!" seru Yerin.

Sekarang, wajah Joyana berubah jadi penuh penyesalan. Ada rasa bersalah terbesar, tapi tak kunjung ia sadari.

Bu Serina mendekat. "Udah, ya? Jangan stres, Joyana. Gak boleh pusing-pusing, ya?" ujarnya sambil mengusap punggung Joyana.

"Papa lo jawab, Joy" kata Yerin.

"Apa katanya?" tanya Joyana.

"Ini, dia mau telponan sama lo" jawab Yerin sambil memberikan ponselnya kepada Joyana.

"Halo, Pa"

"Joyana, kamu masih di rumah keluarganya Yerin, kan?"

"Iya, Pa. Aku mau pulang dari kemarin-kemarin, tapi mau beli tiket mager banget. Sekarang kalau aku ke stasiun gak sampai waktunya, apalagi ke bandara. Udah gak ada perjalanan jam segini, kan?"

"Gini, send location aja ke papa, ya? Nanti papa akan kirim asisten papa dengan cepat sekitar satu jam lagi sampai sana, nanti sekalian papa siapkan jet pribadi, oke?"

"Terima kasih banyak, Pa" tiba-tiba, Joyana menangis.

"Jangan nangis, dong! Ayo, gak boleh nangis"

"Iya, Pa. Enggak nangis lagi, kok"

"Ya udah, papa hubungi asisten papa dulu. Siap-siap aja, ya"

What?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang