19.

446 73 6
                                    

Wajah panik seorang Joyana terpasang sejak pagi tadi. Bagaimanapun juga, ia harus minta maaf kepada Sehun. Joyana bingung. Ia bolak-balik di ruangannya dan begitu terus. Memang sangat pusing memikirkan ini. Joyana malu, tapi ia perlu minta maaf juga.

Seperti biasanya, Sehun akan berangkat lebih pagi dan meninggalkan Joyana sendirian di apartemen.

"Duh, Sehun suka apa, ya? Gue pengen kasih--oh, iya! Red velvet cake aja" ujar Joyana bermonolog. Ia ingin menghubungi pihak bakery shop terenak yang pernah ada di kotanya. Namun, panggilan masuk mengganggunya. Papa, itu nama kontaknya. Joyana langsung menerima panggilan dari sang ayah.

"Halo, bersama Joyana di sini"

"Halo, bersama Surya di sini"

"Ck, gak selesai-selesai kalau gitu"

"Eheheee, jangan kelihatan kayak orang miskin dong, Joy. Pulsa beli satu milyar pun papa kuat"

"Beliin satu rumah, ya?"

"Kuat"

"Capek ah ngomong sama papa. Sombong mulu orangnya"

"Papa begini adanya, kata mama gitu"

"Bodoamat"

"Eh eh, papa gak lupa sama hadiahnya"

"Astaga! Udah seminggu lebih dan aku baru ingat kalau papa punya janji sama aku"

"Harusnya papa gak bilang, ya"

"Jahat banget sih, Pa"

"Enggak-enggak"

"Kenapa hadiahnya, Pa?"

"Papa lupa kirim ke apartemennya Sehun. Nanti kirimin alamatnya, ya. Biar papa kirim segera"

"Sip. Nanti aku share loc"

"Cakepp"

"Mantap, makasih ya, Bos!"

"Iya, sama-sama. By the way, kamu sendirian di apart?"

"Iya, nih. Siapa lagi coba yang nemenin? Orang Sehun kerja"

"Makanya, cepat-cepat kasih papa cucu"

"Loh? Apa hubungannya?"

"Kan, kalau kamu segera punya anak, papa dapat cucu, kamu punya teman selagi Sehun kerja. Apa segera papa persiapkan honeymoon kamu?"

"Ah, si papa ini. Apaan banget, sih"

"Papa cuman bilang"

"Enggak pakai honeymoon apalah itu. Ya udah, aku tutup, ya"

"Iya, jangan lupa dikunci"

"Enggak, ah. Aku gembok aja"

"Sama aja o'on"

"Daa"

Pip.

Joyana memutus sambungan telepon sepihak. "Yeuu, nyuruh punya anak gampang banget. Buatnya aja susah. Susah, kalo sama Sehun" cibir Joyana berbicara sendiri. Setelah itu, ia langsung menghubungi bakery shop langganannya.

*****

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 9 malam. Joyana memeriksa lagi, apartemen Sehun sudah rapi dan bersih. Ia bela-bela jadi rajin seperti ini. Red velvet cake juga sudah siap. Joyana akan memberikan kejutan. Sayangnya, yang terjadi tidak sesuai dugaan. Sehun pulang terlambat 30 menit. Joyana langsung menoleh ke arah pintu dan berdiri. Ia tersenyum menyambut kedatangan Sehun.

Joyana mengambil red velvet cake nya dengan hati-hati. Ia menghampiri Sehun yang berdiri terpaku. Ia bingung dengan apa yang terjadi saat ini karena hari imi bukan ulang tahunnya. Joyana memberikan kue itu, tidak ada lilin. Tapi, apa maksudnya?

Sorry, tulisan di atas kue yang bisa ia tangkap. Joyana tersenyum, "gue minta maaf karena kejadian kemarin" ujar Joyana pelan.

"Oh, saya kira ada apa"

"Tolong diterima, ya?"

Sehun diam, lalu ia mengangguk dan menerima kue itu. "Terima kasih" kata Sehun.

"Harusnya gue yang bilang itu" balas Joyana.

"Mungkin saya akan makan ini sedikit untuk malam ini. Saya akan lanjutkan besok" ujar Sehun.

"Gak apa-apa, gue udah bahagia" balas Joyana senang hati.

Bel apartemen tiba-tiba berbunyi. "Gue aja yang buka" katanya. Joyana melangkah untuk membuka pintu.

"Selamat malam, dengan Putri Surya?" tanya bapak-bapak itu.

Joyana mengernyit. Ayahnya kenapa mengatakan Putri Surya kepada kurir itu, bukan namanya? "Iya" jawab Joyana.

"Ada paket untuk anda" kata kurir itu.

Joyana melihat ada kotak besar. Astaga, ini pasti isi hadiah dari ayahnya. Joyana menerimanya lalu ia tanda tangan sebagai bukti. Setelahnya, ia masuk ke dalam diikuti kurir itu. Sehun sedang meletakkan kue di kulkas. Lelaki jangkung itu menoleh saat mendengar suara Joyana yang memberi arahan.

"Terima kasih, Pak" ujar Joyana sambil menyentuh kotak hadiahnya.

"Itu apa?" tanya Sehun sambil mendekat.

"Hadiah dari papa" jawab Joyana.

"Oh"

Joyana membuka hadiahnya. Ada secarik kertas di sana. Joyana membacanya.

Jaket hitam untuk Sehun biar bergaya dikit. Bilang, ini dari papa.

Joyana tersenyum dan mencari jaket yang dimaksud. Ah, jaket mahal dan berkelas. "Hun" panggil Joyana.

"Hm?" tanya Sehun.

"Lo dapat bagian, nih. Dari papa, tolong diterima" Joyana memberikan jaket itu. Sehun mengamatinya. "Papa baik, ya" kata Sehun.

"Papanya siapa dulu, dong" ujar Joyana bangga.

"Tapi anaknya enggak" celetuk Sehun.

Joyana mencebik, "bodoamat" katanya.

Sehun terkekeh, "makasih, ya. Saya suka. Jaketnya bahannya bagus" ujar Sehun.

"Senang deh lo hari ini dapat hadiah banyak. Dari gue juga" celetuk Joyana.

"Biasa aja. Cuman kue git--"

"Enak aja! Gue juga bersih-bersih apartemen lo, ya" ujar Joyana tak terima.

Sehun menepuk pelan kepala Joyana, "makasih ya, Bi. Gajinya besok aja" ujarnya membuat Joyana menatap kesal Sehun. "Oh, ya. Tolong siapin air hangat untuk mandi, ya. Saya kedinginan. Gak tau, kayaknya badan saya lagi rapuh" ujar Sehun membuat Joyana mendengus sebal.

"Kesempatan nih bikin gue jadi babu" celetuk Joyana.

"Ingat kata mama, ladenin suamimu dengan baik"

"Iya-iya. Hari ini aja kalo gitu, ya"

What?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang