Alarm pagi milik Sehun untuk pertama kalinya mengusik kenyamanan Joyana yang sedang menikmati mimpi indah yaitu dibelikan produk Victoria Secret sungguhan oleh Sehun. Katanya dalam mimpi, Sehun manis sekali. Joyana jadi makin cinta. Sayangnya, itu hanya mimpi. Joyana tetap harus bangun dan menghadapi kenyataan. Ia bangun dan langsung duduk. Mengumpulkan kesadarannya terlebih dahulu sebelum mencari keberadaan jam dinding di kamarnya--ralat, kamar Sehun.
Ia menguap lalu meregangkan otot-otot di tubuhnya. Kepalanya masih terasa pusing. Dengan berat hati, Joyana menurunkan kakinya dari ranjang. Masih terduduk di tepi ranjang, Joyana dikejutkan dengan penampilannya yang sudah berganti dari yang awalnya menggunakan dress minim bahan berwarna biru, menjadi kaos putih dan celana panjang. Ia membelalakkan matanya, melihat tubuhnya. Ia berjalan, tidak ada rasa sakit apa-apa di bagian selangkangannya. Ia melirik Sehun yang sudah duduk juga. Di apartement, hanya ada dirinya dan Sehun. Apa jangan-jangan?
Joyana menghampiri Sehun, ia berlutut di depannya butuh kepastian. Tatapannya penuh pertanyaan, ia penasaran. Sehun bingung.
"Hun, jawab gue" ujar Joyana. Sehun hanya diam. "Siapa yang gantiin baju gue semalam?" tanyanya.
Sehun berdecak lalu beranjak dari sana sambil mengambil kacamata dan melangkah menuju kamar mandi. Berniat masuk juga, Joyana mengikuti Sehun meskipun akhirnya ditutup juga pintu kamar mandinya. Sehun tidak menjawab pertanyaannya dan membuatnya kesal bukan main. Joyana mengacak rambutnya.
"Pusing gue punya suami" gumamnya.
*****
Joyana terus mengikuti langkah kemana Sehun pergi. Ke meja makan, ia ikuti. Bahkan waktu Sean tengah bersiap-siap untuk pergi ke kantor pun, Joyana ikuti. Seperti saat ini.
"Sehun!" panggil Joyana frustasi karena yang dipanggil tak kunjung menjawab. "Jawab gue, please..." lanjutnya lirih.
Sehun meliriknya. Mengangkat satu alisnya. Dasar, batinnya. Ia yang baru selesai menggunakan dasinya pun menghadap ke arah Joyana. "Kalau iya emangnya kenapa?" tanyanya membuat Joyana berhenti merengek dan mengerjapkan matanya berkali-kali.
"T-tapi..."
"Jangan mikir yang aneh-aneh. Enggak mungkin saya melakukan hal-hal kotor semacam itu ke kamu" ujar Sehun.
Joyana bernafas lega, tapi merasa sakit hati juga. Kotor, katanya. Apa Joyana seburuk itu untuk dilontarkan kalimat yang tidak enak didengar? Tapi, ia sempat bertanya. "Terus? Enggak ngaceng gitu lo ngeliat body gue yang ngalahin Miranda Kerr?"
Sehun tercengang dengan pertanyaan Joyana yang tak bermoral. Kurang ajar. "Dress-mu saya buang. Karena kemarin, saya bukanya pakai gunting" ujar Sehun tenang sekali sembari mengenakan jas hitamnya.
Awalnya, Joyana tidak peduli, tapi ia langsung membelalakkan matanya. "APA?!"
Sehun menyeringai. "Saya susah bukanya. Daripada lama-lama, mending bagian tengahnya saya gunting aja. Terus, saya buang. Sekalian, biar kamu gak bisa pakai lagi"
"Edan" Joyana mendumal. Sehun masih menyeringai jahat, tapi itu sebuah kebohongan. Nyatanya, ada yang ia sembunyikan.
"Tapi, lo gak grepe-grepe tete gue, kan?" tanya Joyana membuat Sehun membelalakkan matanya lagi. Istrinya ini minta ditampar.
"Ngapain juga saya pegang-pegang? Dih" balas Sehun lalu melengos pergi meninggalkan Joyana sendirian yang meratapi dress-nya yang robek.
Sialan suaminya itu.
*****
Sehun sedang duduk terdiam di atas kursi kerjanya. Pekerjaannya sudah selesai, tapi pikirannya pergi kemana-mana. Ia ingat sesuatu. Astaga, semalam.
Joyana memang tidak menyerangnya. Tapi mendadak dirinya terasa terserang. Pakaian Joyana semalam memang kurang ajar sekali. Sehun harus membukanya dan mengganti pakaian Joyana. Tidak bisa lama-lama membukanya, Sehun menggunting bagian tengahnya dan setelah itu ia menyesal. Bagaimana tidak, Joyana ternyata tidak menggunakan bra di dalamnya. Jadi, waktu dressnya tergunting, Sehun langsung dipertontonkan dengan aset pribadi Joyana yang besar.
Sehun itu sejak dulu memang terkenal culun, kaku. Tapi, ia tetap laki-laki. Ia tetap memiliki hasrat seorang laki-laki.
Sehun meneguk air liurnya kasar. Ia menguatkan dirinya sendiri untuk terus melawan keinginan dagingnya. Ia tetap fokus mengganti pakaian Joyana. Sampai harus mengambil roknya dan menggantikan dengan celana panjang. Selesai dengan itu semua, Sehun bergidik ngeri. Di bawah saja, ada yang tegak tapi bukan keadilan. Ada yang keras, tapi bukan batu. Sial. Sehun mendengus sebal dan akhirnya ia masuk ke dalam kamar mandi. Tentu saja untuk ritualnya. Ia harus melakukan ini sebanyak 2 kali dan itu karena Joyana semua.
Astaga, apa yang dipikirkan Sehun sekarang? Ini di kantor. Ia mengalihkan konsentrasinya ke arah lain agar tidak ingat kejadian semalam.
Tiba-tiba, ada yang terlintas dalam benaknya. Sebuah perasaan bersalah yang entah harus ia apakan dan ia harus bagaimana.
"Joyana kesepian dan itu yang harus dipikirin" gumamnya pelan sambil mengusap kasar wajahnya.
*****
Pesan dari Sehun masih terpampang nyata di layar ponselnya. Joyana menatap kosong ke depan. Kebiasaan, batinnya.
Anak ayam🐣 : saya lembur.
Lagipula, mau Sehun pulang atau tidak, Joyana pasti akan tidur duluan. Pernah sekali ia berniat menunggu Sehun pulang, tetap saja berakhir tidur di kamar. Dasarnya kebo.
Joyana merebahkan dirinya di atas ranjang. Ia menghela nafasnya cukup panjang. Rasanya lelah, seharian penuh belajar memasak tapi rasanya tidak berhasil. Iya, Joyana mencoba memasak 1 makan. Hanya satu saja rasanya tidak enak. Asin, bahkan lidah Joyana tidak bisa menipu. Hari ini, apartemen terlihat masih bersih dan rapi. Alhasil, Joyana lebih memilih dapur.
Entah kerusakan apa, Joyana merasa ingin menjadi istri yang baik. Ia sendiri bingung kenapa bisa begini. Tapi, tidak ada salahnya kan untuk mencoba?
Mungkin, alasannya belum jelas. Joyana sendiri tidak tahu. Oh, sebenarnya bukan tidak tahu. Tapi, belum bisa mengakui karena kalah dengan gengsi.
Lengannya ia letakkan di atas kening. Tatapannya mengarah ke langit-langit kamar. Ia mengingat sesuatu jadinya. Tentang semalam, ia mabuk lagi. Sehun pasti kesal karena Joyana tak mengindahkan ucapan Sehun beberapa waktu lalu yang melarangnya mabuk-mabukan. Kata maaf waktu itu mungkin akan dianggap angin lalu oleh Sehun. Joyana mengakui bahwa dirinya ini benar-benar nakal. Ia bisa saja merusak reputasi Sehun sekeluarga.
Bayangkan, menantu Yoshua Sehan Jossiah adalah perempuan nakal dan tidak tau unggah-ungguh.
Bisa hancur hidupnya jadi gelandangan.
Joyana berjanji pada dirinya sendiri, untuk tidak mengulanginya lagi. Tidak akan. Ia tidak ingin merepotkan Sehun lagi dalam segala hal terutama setiap mabuk, pasti Sehun yang kewalahan mengurusnya. Ngomong-ngomong, semalam, Sehun kan yang mengganti pakaiannya? Joyana tahu betul dirinya tidak menggunakan bra. Tapi, mengapa Sehun terlihat biasa saja seakan tak tergoda sama sekali dengannya? Lagipula, berani sekali langsung menggunting dress-nya begitu saja tanpa pikir panjang? Apa Sehun tidak nafsu? Aneh, tapi nyata dan biarkan saja. Joyana memilih menutup matanya dan siap masuk ke alam mimpi.
lupa menyisipkan,,, ini waktu sehun sakit ya dan joy anggep aja udh ga enak badan gtu aowkaowkkkk
KAMU SEDANG MEMBACA
What?
FanfictionReaksi Joyana Prastiwi Barata Hadi di pertemuan awal antara dirinya dan Sehun Virzha Jossiah : "Apa?! Sama cowok ini?!" Dah, gitu aja.