37

568 78 19
                                    

Belakangan ini, Joyana sering pulang lebih cepat dibandingkan biasanya. Teman-temannya ikut bingung. Padahal, Sehun selalu siap sedia menunggu Joyana. Tapi, kenapa gadis itu terus pulang lebih cepat? Apa ia masih dalam masalah dan terus menghindari suaminya?

"Kalian heran gak sih sama pasangan yang satu itu?" tanya Ribka di sela-sela jam terakhir kerja mereka.

"Pelan-pelan kalo gibah. Jangan sampai ada yang dengar" ujar Yesha.

"Iya-iya"

"Heran, lah. Masa pasutri gak akur begitu" jawab Endra.

"Gak akurnya ya baru-baru ini" ujar Uli.

"Kayaknya sebelumnya juga udah gak akur, deh" timpal Ribka.

"Tapi kan, sempat tuh dapet chemistry-nya. Walaupun sebentar" balas Uli.

Semua mengangguk paham.

"Ya lagian sih, suaminya kaku banget kayak triplek" protes Yesha.

"Padahal istrinya mah welcome aja, ya" sahut Endra.

"Ssssttt!" Uli memperingatkan semua, bahwa ini sudah zona bahaya. Sehun menuju ke ruang kerja mereka.

"Kalian belum pulang?" tanya Sehun sambil mencari keberadaan Joy. Semua menggeleng pelan dan menjawab pertanyaan Sehun dengan ramah dan sopan. "Joyana sudah pulang?" tanya Sehun lagi.

"Sudah, Pak" jawab semua. Sehun mengangguk mengerti lalu beranjak dari sana. Ia sendiri bingung, mengapa istrinya belakangan ini terus pulang lebih cepat. Ya, walaupun alasannya cukup kuat. Joyana selalu menggunakan alasan bersih-bersih rumah untuk pulang lebih cepat. Kadang Sehun merasa bersalah dan cemas. Apa Joyana menghindarinya dan sakit hati? Tapi kan, Sehun sudah menjelaskan semuanya. Ia juga bilang jika cintanya saat ini untuk Joyana saja. Namun, mengapa tetap saja rasanya gelisah jika Joyana terus begini?

Sehun pulang dengan pikiran yang berantakan. Walaupun berpusat pada Joyana, tapi yang ia pikirkan berantakan. Ia menyetir mobil dengan kecepatan yang cukup fantastis hanya untuk segera menginjakkan kaki di apartemen. Tiba di lobby, ia segera berlari dan buru-buru naik lift. Tiba di sana, ia dikejutkan dengan Joyana yang sedang membuang sampah. Istrinya itu tersenyum ke arahnya. "Loh? Sudah pulang?" tanya Joyana. Sehun mendekat, lalu mereka berdua masuk.

"Aku pikir kamu ada rapat" ujar Joyana berbasa-basi.

"Kenapa sih kamu pulang lebih dulu?" tanya Sehun. Ia sudah tak bisa menyembunyikannya. "Sudah hampir sepekan kamu begini terus. Sejak kamu pergi ke rumah Yerin"

Joyana terdiam meskipun tetap berjalan sampai ke wastafel. Ia mencuci tangan. Belum menjawab.

"Joyana, jawab"

Detak jantung Joyana terasa lebih cepat. Ia akan berbohong lagi. "Aku harus bersih-bersih" ujarnya menjawab sambil memutar balikkan tubuhnya.

"Ada lagi?"

"Ya, cuman bersih-bersih" jawab Joyana lagi.

Sehun mendengus. "Kalau kamu keberatan kerja, kamu bisa mundur dulu atau kita bayar pembantu. Kalau kamu kecapekan, nanti bisa sakit" ia mendekat sambil menggenggam bahu Joyana.

Joyana menggeleng pelan, "enggak. Aku biasa aja" jawabnya. Sehun memeluk Joyana erat. Perlahan, Joyana balas pelukannya.

"Aku sayang sama kamu. Aku gak mau kamu kenapa-napa" ujar Sehun.

Joyana mengangguk. Ia menepuk punggung Sehun pelan.

Di tengah-tengah acara berpelukan mereka, bel apartemen berbunyi. Menandakan ada tamu. Mereka segera melepas pelukan satu sama lain dan Sehun bergegas menuju pintu. Ia membukanya dan terlihat ada 2 orang tua yang tak lain, orang tua Angelica. Sehun tercengang. Namun, ia persilahkan masuk.

What?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang