Akhir pekan bagi keluarga Sehun Virzha Jossiah sangat agung apalagi untuk dua putra mereka. Brandon dan Garry ini sebenarnya tidak beda jauh. Kalau sudah libur, ya mereka akan menghabiskan waktu sepuas-puasnya. Bedanya, Brandon memilih di rumah sedangkan Garry keluar rumah untuk menjumpai teman-temannya. Joyana dan Sehun tidak pernah melarang, tapi mengingatkan jika Garry tetap harus ingat rumah.
Di akhir pekan, seharusnya Sehun berada di rumah. Namun, karena ia seorang pimpinan di kantornya, alhasil membuat akhir pekannya terkadang terganggu. Apabila ada panggilan dadakan, di situlah Sehun merasa kesal. Ia tidak bisa meninggalkan tanggung jawabnya meskipun keinginannya untuk menghabiskan waktu bersama keluarganya sangat kuat. Semenjak menggantikan posisi sang ayah, Sehun memang cukup sibuk.
Untuk hari ini, Sehun tidak kemana-mana. Tidak ada kerjaan yang memanggilnya dari jauh. Ia bisa menikmati waktunya bersama 3 buah hatinya. Tentu saja dengan Joyana juga. Ia bersyukur, karena Joyana memilih keputusan untuk tidak bekerja. Sehun sebenarnya menyerahkan semuanya kepada Joyana, biar istrinya sendiri yang membuat keputusan. Namun, Joyana memilih tidak bekerja karena malas mengurus kerjaan yang berat. Ia memilih di rumah. Sayangnya, dengan ia berada di rumah, ia harus merawat 3 buah hatinya yang waktu kecil sudah sering rewel, apalagi Yuli.
Brandon dan Garry, mereka sedang berada di tahap menuju dewasa. Tak terasa, 2 putranya itu sudah masuk masa remaja. Menyadarkan Sehun maupun Joyana kalau mereka ini juga sudah tua.
"Kak! Kakak!" Yuli iseng mengganggu Garry yang sedang sibuk bermain game di komputer. Sedangkan Brandon, dia sedang berada di luar mengurus tanaman. Memang 2 anak ini sepertinya memiliki kepribadian yang sangat terbalik.
"KAKAK!"
"Buset, dah!" pekik Garry. Suara Yuli bukan main kencangnya. Mungkin saja bisa merusak gendang telinganya. "Ada apaan, sih?" tanya Garry.
"Beli es krim, Kak" pinta Yuli. "Kak Enden gak mau beliin aku sekarang. Maunya nanti, tapi aku maunya sekarang" lanjutnya. Yuli memanggil Brandon dengan nama Enden.
"Ya udah, nanti aja" balas Garry.
"Ih!" teriak Yuli sampai menangis. Sedang di bawah sana ada yang bersih-bersih. Sehun dan Joyana ini kompak. Yang satu bersih-bersih, yang satunya lagi bantuin. Bagaimana Joyana tidak semakin cinta?
"Mama!" teriak Yuli lagi. Garry sudah bingung dia mau ngapain.
Sehun menatap Joyana yang sedang mengelap meja. "Ma..." panggilnya.
Joyana menoleh. "Capek, deh. Masa tiap hari begitu terus" ujarnya pasrah.
"Namanya juga anak-anak, Ma. Apalagi mereka sodaraan" jawab Sehun.
"GARRY!" teriak Joyana dari bawah kencang sekali. Sehun sampai melotot kaget. "Urusin adiknya yang bener, dong! Bantuin bersih-bersih gak mau, masa ngurusin adiknya doang gak mau juga? Mau duit jajannya dikurangin?" ancam Joyana.
Garry dengan cepat membalas. "Iya, Ma!" teriaknya lalu menggendong Yuli dan memangkunya sebentar. "Nanti kakak beliin, ya? Nyelesein ini dulu sebentar. Jangan nangis, oke?" Yuli hanya mengangguk.
"Pa, dulu pas hamil Garry aku gak banyak ngidamnya. Yang ngidam malah kamu. Tuh, jadinya begitu" celetuk Joyana asal. Mulutnya suka licin.
"Lah, kok nyalahin aku? Kan kamu yang hamil" balas Sehun tak terima.
"Tapi kan, itu bibit dari siapa? Dari kamu. Wajahnya aja lebih ke kamu dibanding aku" ujar Joyana.
"Eiy, emang sifatnya nurun siapa? Nurun kamu, lah!"
"Sembarangan"
"Dih, emang bener" balas Sehun.
Joyana fokus ngelap meja lagi. Sabar, Joy. Istri sabar kantongnya lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
What?
FanfictionReaksi Joyana Prastiwi Barata Hadi di pertemuan awal antara dirinya dan Sehun Virzha Jossiah : "Apa?! Sama cowok ini?!" Dah, gitu aja.