34

456 70 13
                                    

Sehun duduk di ruang makan dan mengolesi roti dengan selai stroberi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sehun duduk di ruang makan dan mengolesi roti dengan selai stroberi. Joyana yang belum siap-siap pun menjadi pusat perhatian Sehun saat itu juga. "Kamu gak kerja?" tanyanya.

Joyana menggeleng, "aku ijin dulu, ya" jawabnya.

"Kamu udah gak masuk dua hari. Gimana kalo--"

"Kalo mau pecat ya pecat aja" ujar Joyana menyela

"Joyana" panggil Sehun dengan suara beratnya. "Jangan berdebat di pagi hari" lanjutnya.

"Siapa yang mulai?" balas Joyana ketus.

"Kamu kenapa, sih?" tanya Sehun heran. Ia melahap rotinya. Tak banyak, hanya 2 lapis. Joyana mendekat dan meletakkan segelas susu di meja makan. Ia menatap intens mata Sehun. Awalnya, ia bersedekap dada. Namun, setelahnya ia mendorong sedikit kursi Sehun agar dirinya bisa leluasa masuk dan duduk di pangkuan Sehun. Ia menatap lekat sang suami yang terkejut. Ia mengamati tiap lekuk wajah Sehun yang terlihat seperti pahatan dewa yunani. Ia menyentuh kacamata Sehun dan melepasnya. Sehun ingin menahan, tetapi jiwa singa buas dalam diri Joyana yang menang. Joyana membelai dagu Sehun. Lelaki itu jelas sedang menggeliat karena risih.

"Sehun" panggilnya seduktif dan semakin mendekat. Ia bergerak di atas pangkuan Sehun dan membuat lelaki itu merasa gusar. "Kamu yang bilang akan memulai semuanya" ujar Joyana.

Tanpa disadari, Sehun menahan pinggang Joyana karena tadi ingin mendorongnya. Namun, gagal. Sehun menatap lurus mata Joyana.

"Tapi, kenapa kamu punya rahasia besar di sini?" tanya Joyana membuat Sehun membelalakkan matanya. Joyana tahu semuanya? Detik itu juga, Joyana langsung mencium bibir Sehun penuh amarah dan ia menggigit bibir suaminya sampai berdarah. Ia sengaja. Amarahnya yang tersimpan selama beberapa hari ini meledak waktu perempuan itu benar-benar datang. Sehun menggeram, ia mengepalkan tangannya di pinggang Joyana. Ia menutup matanya, tak bisa menyeimbangkan diri.

Merasa lelah, Joyana pun melepas ciumannya dan kembali menatap lekat mata Sehun. "Masuk kerja dan segera pulang. Lalu, ceritakan semuanya nanti" ujar Joyana dan nanti siap menagih cerita.

*****

Di kantor, Sehun bertemu dengan Angelica lagi. Wanita itu datang dengan wajah anggunnya. Banyak sekali yang mengamatinya, apalagi saat masuk ke dalam ruangan Sehun.

"Sehun, aku bawain kamu red velvet! Aku masih ingat banget kalau kamu suka ini" ujar Angelica senang sekali. Dan ini, adalah pertama kalinya Sehun menjadi dingin di depan Angelica, sahabat yang ia sayangi. Iya, sahabat. Angelica tak bisa membalas perasaan Sehun karena tidak peka dan kebetulan ia punya pilihan sendiri. Sehun tidak bisa mengutarakan perasaannya sendiri karena nyalinya yang ciut. Namun, ia rela berkorban untuk seorang Angelica pada masanya. Angelica pernah diculik dan Sehun lah yang menyelamatkan.

Sehun menatap datar Angelica sambil membuka berkas. Ia menyuruh Angelica duduk dengan bahasa tubuhnya. Angelica paham, jadi ia duduk di depan Sehun.

"Kamu mau ngapain lagi?" tanya Sehun.

"Eumm, aku cuman pengen ketemu sama kamu. Kangen"

Semudah itu. Padahal, Sehun sudah berusaha melupakannya selama ini. "Aku sudah anggap kita biasa saja" ujar Sehun.

"Ya, aku tahu. Tapi kan, kita tetap sahabat" balas Angelica.

"Angel, kita tetap sahabat. Tapi, dengan kamu datang begini ke kantorku bikin banyak orang salah paham. Termasuk istri aku" ujar Sehun menjelaskan. Angelica mengerjapkan matanya tak percaya.

"K-kamu, kamu kapan nikah?" tanya Angelica.

"Sudah lama. Yang jelas, kamu duluan yang nikah" jawab Sehun tenang.

"Wow! Selamat, ya!" seru Angelica.

"Ya, terima kasih"

"Tak terasa ya, kita semua sudah satu per satu menikah dan punya kehidupan masing-masing" ujar Angelica membuat Sehun mengangguk. "Jujur aja, aku masih pengen kayak dulu lagi. Kita bareng terus, apa-apa bareng" lanjut Angelica. Sehun hanya melihat berkas pekerjaannya saja.

"Sehun, kenapa kamu dingin?" tanya Angelica. Sehun mendongak.

"Berubah gimana? Aku biasa aja" jawab Sehun membantah.

Angelica menggeleng, "kamu bohong. Sebelumnya kamu gak pernah dingin begini ke aku" ujar Angelica.

Sehun berdiri, "kalo gak ada yang penting, udahan ya? Aku ada banyak urusan"

"Kenapa kue nya gak dimakan dulu?" tanya Angelica.

Sehun menggeleng, "aku akan makan sama istriku yang kebetulan sama-sama suka red velvet" jawabnya.

"Sehun..."

"Ya?"

"Aku sakit" ujar Angelica membuat Sehun diam. "Aku sakit saat ini. Kamu ingat kan, semalam aku cerita sama kamu tentang penyakitku sejak kecil? Dan itu mulai kambuh waktu aku hamil dan sekarang semakin parah" lanjut Angelica menjelaskan. Sehun terpaku diam. Ia tahu betul.

"Itu sebabnya aku sempat sekarat setelah penculikan waktu itu" kata Angelica lagi.

"J-jadi, maksud kamu?" tanya Sehun.

Angelica mengangguk, "aku, usiaku gak akan lama lagi, Sehun" ujarnya.

"Jangan bilang begitu" balas Sehun.

"Tapi itu kenyataannya. Suamiku bahkan sudah menceraikan aku lima bulan yang lalu. Aku kepikiran buat datang ke kamu lagi setelah mempertimbangkan semuanya. Aku pikir, kamu belum menikah. Ternyata, sudah" ujar Angelica.

Sehun mendekat dan menggenggam bahu Angelica. Ia menatapnya cemas akan keadaan Angelica. "Sekarang, kamu hidup sama siapa?" tanya Sehun.

"Aku hidup sama mama dan papa di sini. Tapi, selama di Paris, aku tinggal sendiri karena suamiku memilih cerai" jawab Angelica mulai menangis.

"Jangan nangis" kata Sehun.

"Aku gak tahu harus gimana lagi, Hun. Aku capek, tapi gak mau secepat ini untuk mati" lanjut Angelica.

"Angel..."

"Aku, aku masih harus membalas hutang budi ke kamu yang sudah mau rela berkorban untuk sahabatmu" ujar Angelica sambil terisak.

"Jangan begini," Sehun memeluk Angelica. "Semua yang aku lakukan gak perlu dibalas dengan apapun" lanjutnya sambil mengusap pucuk rambut Angelica.

"Tapi, Hun. Itu akan jadi beban hidupku seumur hidup kalau aku belum bisa berbuat baik ke kamu. Waktu itu, kamu rela mempertaruhkan nyawamu untuk aku, sampai--"

"Sudah, berhenti sampai di sana" ujar Sehun.

"Kenapa? Kamu benci, ya?" tanya Angelica. Sehun melepaskan pelukannya, ia menatap wajah Angelica. "Enggak" jawabnya singkat.

"Aku pengen nebus semuanya, Hun" kata Angelica lagi.

"Udah. Tenang aja, ya" Sehun terus berusaha menenangkan Angelica.

Di luar ruangan Sehun, ada yang mengintipnya melalui kaca pintu. Uli sedang mengintip.

What?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang